03.02

484 65 36
                                    

Kesunyian menemani perjalanan peleton dua yang menuju kembali ke sekolah.

Sama sekali tidak ada suara yang terdengar, hanya suara langkah kaki yang bersahutan, itupun terasa sangat lemah. Semua yang ada disana sama sekali tidak ada yang berniat membuka mulut, jangankan bercanda seperti yang selalu mereka lakukan, kini bernafas pun terasa sulit sekali.

Dengan suasana hati yang bercampur, rasa lelah, syok, tidak percaya dan ketakutan. Mereka bertanya-tanya. Apa itu tadi? Apa yang baru saja mereka alami? Ini mimpi? Jika bisa berharap, mereka berharap semua yang tadi terjadi hanyalah mimpi belaka.

Dengan langkah yang lemah mereka berjalan dengan pandangan kosong. Hingga suara tangisan membuat mereka akhirnya keluar dari lamunan.

Semua melihat ke arah yang sama, menyaksikan Soonyi yang terduduk di jalan raya sambil menangis.

"Aku lelah, aku tidak sanggup untuk berjalan lagi," ungkap Soonyi sambil menangis.

"Eomma, jemput aku," lanjutnya.

Yoojeong dan YeonJu menghampiri Soonyi dan membujuknya untuk berdiri. Dengan susah payah mereka membujuk Soonyi, dan berakhir Soonyi yang kembali berjalan dengan Yoojeong dan YeonJu yang memapahnya.

Begitu tiba di halaman sekolah seluruh perhatian murid-murid yang sedang latihan tertuju pada mereka. Mereka heran dengan kondisi Eunbi dkk.

"Ada apa dengan mereka?"

"Bukankah mereka pergi menembak?"

"Kurasa mereka terluka parah."

"Bukankah itu Eunbi? Lihat penampilannya, sudah seperti orang gila."

Beberapa orang dari kelas 3-2 kesal mendengar itu, jika bukan karena kondisi saat ini mungkin mulut murid itu sudah diberi pelajaran.

Kondisi mereka memang jauh dari kata baik, apalagi Eunbi, bahkan bajunya yang kebesaran tidak bisa menutupi kulitnya yang menghitam karena tanah, rambutnya juga acak-acakan, siapapun yang menemukannya Eunbi dalam kondisi itu pasti merasa kalau Eunbi adalah orang gila.

Para murid kelas 3-2 itu tidak memperdulikan tatapan penuh tanya anak kelas lain, mereka hanya berjalan lurus menuju kelas mereka, memasuki kelas lalu duduk di kursi masing-masing.

Anak kelas lain yang masih penasaranpun memperhatikan mereka dari jendela, mereka sungguh ingin tahu apa yang terjadi. Mereka baru pergi ketika ada tentara yang mengusir mereka.

Setelah kepergian murid-murid kepo itu, suasana kelas 3-2 kembali hening tidak ada yang mulai bicara, mungkin masih bertanya-tanya.

"Ini, bukan bukan mimpikan?" Ungkapan Soonyi yang terasa mewakilkan hati mereka semua yang ada disana.

"Apa Bu Park, apakah dia--" Soonyi tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

Yang lain hanya dapat mendengar itu dengan sama terpukulnya.

"Maafkan aku," ungkap Hana pada Bora.

"Aku bukannya sengaja tidak membuka pintu mobil, aku hanya takut," jelas Hana.

Sedangkan Bora yang mendengar itu hanya memutar bola matanya, "lupakan saja, aku sedang tidak ingin bicara denganmu," balas Bora tidak peduli.

"Maafkan aku, Bora-a," ulang Hana.

Bunyi decitan kursi mengalihkan pandangan mereka, semua menatap Soyoon yang baru saja berdiri dari kursinya.

"Aku akan pulang," papar Soyoon.
"Aku tidak bisa tinggal disini lagi," sambung Soyoon, dia membanting rompi pelindungnya ke meja, lalu berjalan menuju lokernya.

duty after school ; Request Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang