Bab 5; Kasmaran

4 1 0
                                    

"Kenapa Ran?" Rania langsung mengelak dengan kalimat "Nggak papa, Cik."

"Aku lanjutin, Ran." Ujar Cika sembari terus menatap pertandingan basket yang ada di hadapannya.

"Cowok yang rambutnya rapi plus mukanya kalem itu namanya Bimo. Kalau cowok di sebelahnya yang tingginya agak pendek dari Bimo, namanya Tio. Mereka kakak beradik. Cuma... si Tio ini menurut gue lebih bar-bar sih. Apalagi soal cewek. Dia kayaknya gonta-ganti pasangan banget!" lanjut Cika yang didengarkan oleh Rania dengan seksama.

Cukup menarik juga anggota-anggota Fivgers ini. Tapi sebentar, kita belum sampai ke puncaknya.

Dan Cika masih meneruskan ceritanya.

"Kalau yang itu Ran." Tunjuk Cika ke satu cowok yang sudah dua kali Rania temui, pertama di toilet sekolah, dan kedua di taman sekolah.

Siapa lagi kalau bukan, "Yap, dia ayang kamu sekaligus cowok paling populer di sekolah ini, Cakra. Cakra Aditama. Ketua osis, ketua ekskul basket, dan ketua Fivgers." Lengkap sudah tahap perkenalan Fivgers oleh Cika.

Rania yang sedari tadi mendengarkan, kini tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali dan mengakhiri reaksinya dengan senyum kecil.

"Loh? Udah nih, Ran? Nggak ada reaksi lagi dari kamu?" Heran Cika.

Memang tidak biasanya Cika mendapati hal seperti ini. Cerita tentang Fivgers adalah cerita yang ditunggu-tunggu oleh anak baru di sekolahnya.

Tapi, Rania agaknya berbeda dari yang lain. Dia tidak terlihat antusias dan ekspresif. Melainkan bereaksi seperlunya, bahkan terlihat biasa-biasa saja setelah mendengar cerita Cika.

"Aku emang harus bereaksi apa, Cik?" Ucap Rania yang malah berbalik tanya ke Cika.

"Nggak deh, nggak jadi. Aku aja yang kaget sama hal baru." Jawab Cika dengan memalingkan wajahnya ke depan dan kembali menonton pertandingan bola basket.

Rania yang mendengar hal itu hanya bisa menjawabnya dengan kata ok.

'Tahan Cika, tahan. Dia sahabat baru lo. dan dia juga masih anak baru di sini. Wajar kan, kalau dia agak lain.' batin Cika seraya menenangkan dirinya sendiri.

Terlepas dari keanehan itu, Cika tetap mengajak Rania untuk menikmati tontonan yang ada di hadapan mereka.

Sampai akhirnya, waktu istirahat kedua telah berakhir. Murid-murid kelas 11 dipersilakan untuk kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan kegiatan belajar mereka.

Tanpa basa basi, Cika pun langsung mengajak Rania untuk kembali ke kelas mereka. Rania pun menyetujuinya.

Hanya saja, belum sempat langkah kedua remaja itu pergi dari lapangan basket, tiba-tiba saja,

"Tunggu, Manis!" Teriak Cakra yang membuat semua mata tertuju ke tengah lapangan basket.

Entah apalagi yang hendak dilakukan oleh Cakra. Tapi yang membuatnya tersenyum adalah, Rania menjadi salah satu orang yang manik matanya tertuju pada Cakra dan sekarang dia sedang memandanginya.

Begitu pandangan keduanya terkunci, Cakra pun dengan lihainya memasukkan bola basket yang ada di genggaman tangannya ke ring basket dan berkata, "Ini untukmu, manis."

"Tring!!!"

"Nice! Lima poin tambahan diberikan kepada SMA Garuda!" Teriak pembawa acara di pertandingan bola basket tepat setelah Cakra memasukkan bola ke dalam ring.

"Good, my bro!"

"Pemain nih ..."

Cakra tersenyum senang. Dan jangan lupa dengan lirikan mata dari kaum hawa di sekitar mereka.

Antara 17 dan WasiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang