Bab 9; Teman Dekat?

2 1 0
                                    

"Yuk sayang!" ajak Cakra tanpa malu.

Dahi Rania langsung berkerut mendengar ajakan tersebut.

'Dimana-mana tuh Tuan Rumah yang ngajakin. Lah ini, tamu yang nggak diundang yang ngajakin jalan. Aneh.' Batinnya dengan sedikit kesal.

Walaupun sedikit kesal, tapi Rania tetap melangkah di depan raga Cakra. Dan tentu saja Cakra mengekor di belakangnya.

Rumah minimalis dengan gerbang hitam sebagai akses utamanya sekarang tengah Cakra masuki.

Ini merupakan pertama kalinya Cakra berkunjung ke rumah seorang wanita. Walaupun Cakra dicap sebagai cowok populer di sekolahnya, tetapi tidak pernah satu kali pun Cakra menjalin hubungan dengan seorang wanita.

"Hai, Mah. Ran Pulang." Ucap Rania dengan menyalami tangan mamahnya.

Mamah Rania pun menyambut kedatangan putri kesayangannya dengan senyuman.

"Gimana sekolahmu, sayang? apa semuanya ba-

"Permisi, Tante." Celetuk Cakra memotong pertanyaan mamah Rania.

"Loh, kamu bawa temanmu, Ran? Kok nggak bilang sih? Mari nak, duduk dulu." Mamah Rania mengajak Cakra untuk duduk di kursi tamu.

"Makasih, Tan."

"Iya, Nak. Maaf yah, tadi tante nggak tau kalau Rania bawa teman."

"Nggak papa, Tan."

Melihat mamahnya yang langsung akrab dengan Cakra membuat Rania mendengus kesal.

"Lagian dia bukan teman Ran kok, Mah. Malah tamu yang nggak diundang." Ketus Rania.

Mamah Rania pun bingung dengan pengakuan anak gadisnya.

"Maksudnya gimana Ran?"

"Ran sepertinya malu mengakui hubungan dekat kami, Tan." Celetuk Cakra lagi yang cukup nekad.

Mata Rania langsung terbelalak. Dalam hatinya mengancam Cakra yang tidak bisa mengerem ucapannya. 'Dasar si narsis! Mau apalagi dia!'

"Maksud nak..." Gantung mamah Rania.

Dan Cakra segera berdiri lalu mengulurkan tangannya dengan sopan. "Perkenalkan tante, saya Cakra. Teman dekatnya Ran. Maaf baru bisa berkunjung."

Uluran tangan dari Cakra diterima oleh mamah Rania dengan agak ragu.

'Bener-bener gila nih, cowok!'

"Ran..." Panggil mamahnya sembari melirik ke arah Rania.

Rania nampak menggelengkan kepalanya. Dia jelas tidak mau mamahnya salah paham.

Mamah Rania juga sebetulnya merasa janggal dengan pengakuan Cakra. Tapi, untuk menghormati tamunya, mamah Rania pun berusaha untuk menjaga sikapnya.

"Ah begitu yah, Nak Cakra. Ya sudah, silakan duduk kalau begitu. Tante masuk dulu yah."

"Baik, Tan."

Tepat setelah mendengar jawaban dari lisan Cakra, mamah Rania pun langsung pergi dari hadapan Cakra.

Sedangkan Rania, gadis itu terlihat masuk ke dalam kamarnya.

Sebetulnya Rania ingin sekali mengabaikan kehadiran Cakra. Namun, sedari dulu Rania tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya untuk tidak menghargai tamu yang singgah ke rumahnya.

Walaupun seperti yang sudah Rania katakan, Cakra adalah tamu tak diundang.

'Cari aman aja lah. Gue temuin dia bentar, habis itu nyusuh dia pergi, selesai.' Pikir Rania.

Antara 17 dan WasiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang