Bab 3; Calon Pacar

4 2 0
                                    

Maaf bgt authornya baru ngupload ceritanya sekarang 😭😭😭

Semoga dimaafin yakk

Jumat kemarin masih hectic readers, jdi baru sekarang bisa update bab 3

Smga tetep ditungguin yak, dan selamat menikmati ceritanya ☺☺☺🥰🥰🥰

***

Mata Rania langsung melirik ke atas. Di sana terpampang dengan jelas papan besi yang bertuliskan 'Toilet Pria'.

Terkejut dengan hal tersebut, Rania pun hanya bisa melarikan diri dari pandangan laki-laki yang meneriakinya.

"Mampus! Gue salah toilet ..." Ungkapnya yang setelah itu langsung berlari menuju toilet sebelah kiri.

Ya. Toilet yang seharusnya dimasuki oleh Rania berada di sebelah kiri, bukan sebelah kanan. Dan soal lelaki yang ditemuinya, 'Udahlah, toh dia juga nggak kenal sama gue!' Rania mengabaikannya.

Sepuluh menit kemudian.

Rania dan Cika akhirnya kembali ke dalam kelas. Pelajaran keempat telah dimulai. Pak Bram – guru seni budaya nampak menerangkan materi dengan gamblang.

Satu dua murid diberi kesempatan untuk bertanya kepada Pak Bram. Durasi untuk pelajaran seni budaya adalah 80 menit. Dilanjutkan oleh mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu pelajaran yang disukai oleh Rania.

Rania pun terlihat antusias mendengarkan Bu Irma yang tengah memberi contoh puisi bertema romansa.

"Kamu suka pelajaran Bahasa Indonesia yah, Ran?" Bisik Cika yang sepertinya sadar akan raut wajah Rania yang nampak bersemangat sekali ketika pelajaran bahasa Indonesia berlangsung.

Dengan cepat Rania menganggukkan kepalanya di hadapan Cika. Cika pun akhirnya paham dengan mata pelajaran kesukaan sahabatnya.

Dua jam serasa cepat sekali berlalu dan mau tidak mau harus digantikan dengan istirahat kedua. Kebetulan, istirahat kedua ini cukup lama. Kurang lebih 30 menit waktu yang diberikan oleh sekolah untuk murid-muridnya.

Dan waktu yang cukup panjang itu digunakan oleh Rania untuk makan siang serta melakukan hal kesukaannya.

"Memotret. Aku mau memotret sekolah baruku." Ungkap Rania yang telah siap dengan kamera digitalnya.

Selain menyukai dunia sastra, Rania juga suka mengambil gambar. Kabar baiknya adalah sekolah baru Rania memperbolehkan murid-muridnya untuk membawa alat digital yang mereka punya, seperti handphone, laptop, bahkan kamera.

Lebih dari itu, sekolah baru Rania juga menyediakan ekstrakurikuler fotografi untuk mewadahi murid-murid yang minat serta mahir dalam hal fotografi. Namun, hal itu baru diketahui Rania besok-besok, sewaktu dirinya diminta untuk memilih beberapa ekskul yang menarik untuk Rania ikuti.

"Sayang banget Cika nggak ikut. Kalau dia ikut kan, gue bisa ngefoto dia dan nunjukkin hasilnya ke mamah. Mamah pasti senang karena gue udah dapat teman baru di sekolah ini. Tapi, dia malah ngurusin rapatnya." Ungkap Rania dengan sedikit hembusan napas mengeluh lantaran Cika tidak menemaninya.

"Ish Rania! kok jadi ngurusin urusan orang sih? Kan memang udah seharusnya Cika ikut rapat itu, orang dia juga bagian dari osis." Revisi dari Rania yang sadar akan kesibukan sahabat barunya itu.

Cika memang bisa dibilang cukup friendly dengan orang baru. Buktinya, dia menjelaskan kesibukannya di organisasi OSIS kepada sahabat barunya. Bahkan, Cika juga sempat menawarkan diri untuk menyusul Rania jika rapatnya bisa selesai cepat.

Tapi Rania menolaknya karena dia tau jika rapat seperti itu pasti memakan waktu lama.

Dan sekarang, Rania juga menerima nasibnya yang akhirnya sendirian mengitari taman sekolah sembari mengambil beberapa gambar.

Antara 17 dan WasiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang