Akhirnya Denis pun pamitan dengan mereka dan menitipkan istrinya disana berharap usaha nya kali ini tidak berbuah sia sia. Iya, iming iming keberhasilan yang sangat besar itu membuat Denis jadi berharap banyak. Dia pun berangkat sekarang karena kalau tidak, akan semakin sore.
...
[pengobatan maira] - MINGGU
Sekarang maira masih terasa canggung disana, tapi ramah nya Bu Tini membuat dia sedikit lebih nyaman.
"Ini, bapak sudah buat tadi air rebusan untuk kamu minum pertama kali. Mungkin sedikit terasa pahit diujung, tapi sudah ibu tambahkan gula aren jadi bisa sedikit diterima rasanya." Ucap Bu Tini memberikan segelas air rebusan Disana. Ada masih terlihat beberapa rempah yang tertinggal disana, mungkin memang tidak tersaring sempurna.
Karena tekad yang sudah bulat, maira pun meminum nya. Tidak begitu sulit. Setelah nya bu tini membantu Maira untuk beberes bilik kamar nya. Tidak terlalu buruk pikir nya.
"Kita mandi dulu ayo, keburu sore" ucap bu tini yang mengajak maira. Kirain ada sebuah kamar mandi disana, ternyata mereka menuju sebuah sungai. Ada banyak wanita wanita desa juga yang sedang mandi. Mungkin memang desa ini tempat nya mandi di sungai. Bu Tini memang menjelaskan, kamar mandi yang ada dirumah hanya dipakai untuk buang air saja, dan sudah menjadi tradisi mereka mandi di sungai seluruh warga sini.
Maira sedikit gugup karena lokasi nya yang terbuka, tapi kembali dijelaskan bu tini bahwa mereka memiliki jam Penting, dimana batas wanita mandi jam 5 sore, sedangkan diatas nya akan bergantian pria. Lokasi nya juga bukan di tempat ini, ada di balik kelokan arus yang terlihat tertutup oleh bebatuan. Jadi secara praktis area nya terbagi dua dan waktu nya juga begitu.
"Ayo,,, buka nak, jangan malu. Kan semua wanita disini. Pakai ini untuk menutup" ucap bu tini sambil memberikan kain sarung agar dililitkan di dada nya. Meskipun ragu, akhirnya maira pun menggunakan nya. Ini pertama kali maira benar benar membuka aurat nya di ruangan terbuka, dan membuka nya tidak Hanya rambut nya, tapi hanya tersisa satu kain yang menyelimuti dada hingga paha nya.
Air nya sangat segar. Mereka mandi kurang lebih 30 menit, dan mengeringkan badan, lalu Kembali ke rumah nya. Sepanjang mandi tadi maira juga beberapa kali ditanya warga disana, dan apa yang mereka bilang membuat kepercayaan nya akan kemanjuran pengobatan bu tini dan suami nya menjadi sangat tinggi sekarang.
Malam nya bu tini masuk kedalam kamar maira lagi. Membawa lagi seduhan ramuan yang sudah disiapkan pak Martinus. Sepertinya memang pak Martinus yang bekerja meracik herbal dalam pengobatan ini. Dia minum, dan ternyata tidak sampai disana. Maira mengira setelah ini waktunya istirahat. Tapi bu tini bilang ini kali pertama dia akan dipijat bu Tini. Karena bagian dari pengobatan, maira pun setuju saja, dan sekarang kembali dia hanya memakai "kemben" dan bu Tini membaluri badan Maira dan memijatnya. Rasa nya nyaman sekali. Bahkan badan maira terasa sangat rileks dan ringan.
"Bu, ini" ucap pak Martinus yang tiba tiba masuk menyerahkan minyak urut lagi yang sudah diberikan ramuan juga. Maira sontak kaget, apalagi sekarang kondisinya hanya menggunakan kemben. "Gak usah malu, namanya juga sedang berobat." Ucap bu tini yang menyadari Maira yang kelihatan malu aurat nya dilihat pria lain. Sedangkan pak Martinus tampak hanya melempar senyum ramah saja kepadanya lalu keluar kamar nya lagi.
Baluran minyak urut itu terasa sangat berbeda dengan yang pertama. Kali ini terasa cukup hangat, tapi juga sesekali ada efek dingin. Baru kali ini maira merasakan ramuan minyak urut yang benar benar nikmat seperti ini.
------
BOOK 51 JUGA SUDAH TAYANG YA TEMAN TEMAN. TERIMAKASIH ATAS ATTENSI NYA UNTUK CERITA INI~
tiap chapter akan di update berkala setiap minggu dan untuk full chapter sudah tersedia di karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK 50 - PENGOBATAN YANG DI INGINKAN
Fantasymerupakan cerita spesial edisi buku ke 50. Kalian yang minta, kita yang kabulkan ! menceritakan kisah Maira dan Denis yang terus berusaha dan mendapatkan cobaan tekanan setelah menikah. Bukan soal uang atau kebahagiaan sendiri, tapi karena tuntut...