Pre-Wedding

823 105 2
                                    

viewjune

Empat hari terkurung di rumah yang seperti istana ini membuat June sangat bosan. Dia tidak menyangka rumah View memiliki ruang terpisah untuk membaca. Fasilitas gym di ruang bawah tanah. Dapurnya bersih nan luas. Dirinya tidak akan kelaparan karena lemari es di sini sepertinya cukup untuk satu sampai tiga bulan.

Mungkin tidak ada salahnya dengan menikahi putri bangsawan yang kaya raya. Tapi rumah sebesar ini terlalu sepi untuk dirinya dan beberapa pekerja yang mengurus rumah. June bahkan memohon kepada Earn untuk tinggal di rumah itu bersamanya. Saat dia kesal, June menghancurkan taman bunga milik View. Banyak tanaman kaktus yang berada di dalam pot, beberapa di antaranya setinggi dirinya.

Jika kesepian menggerogotinya, mengapa June tidak mengundang teman-temannya? Mengapa tidak mengadakan pesta atau makan malam? Sulit rasanya jika memikirkan hal itu namun kita tidaklah memiliki satu teman yang akrab sekalipun. June sangat pemalu sehingga berteman pun begitu sulit baginya. Ketika tahu dirinya dibesarkan oleh pasangan diplomat, orang-orang mulai memanfaatkan dirinya.

June menjatuhkan diri ke kursi lipat bermaksud berjemur diterik matahari yang hangat. Di bawah kanopi, dia memejamkan mata. Beristirahat sejenak, mengisi tenaga untuk menghancurkan taman bunga View kembali. Namun, hanya lima menit sebelum View menghampirinya.

"June," panggilnya, tapi June tidak bergerak meski mendengar namanya. View mengambil minuman kaleng yang diletakkan di atas meja bundar. Ia menyentuh pipi June dengan minuman kaleng dingin itu.

"Apa-apaan ini!" June berteriak, setengah kaget dan ingin memukul seseorang yang membangunkannya. "Kau mau membunuhku, kan?"

June bangkit seolah-olah hendak menghadapi View. "Aku tidak segila itu," View menyerahkan sebuah handuk putih kepada June dan dia terus memandangi handuk itu. Karena June hanya mengenakan pakaian renang berwarna merah dan menurutnya itu sedikit berbahaya.

"Kenapa orang kaya seperti mu bertingkah seperti sampah!" June berteriak saat View berjalan menjauh darinya.

"Wah, ternyata wanita pendiam sepertimu pun tak lepas dari kata-kata kasar itu. Lagi pula bukan salahku, karena kau lupa ada pemotretan pra-pernikahan hari ini," kata View dan setelah itu dia berjalan kembali.

"Sial," June buru-buru mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Earn tentang jadwalnya hari ini. Pesan itu dikirim empat jam yang lalu. June menekan tombol telepon dan menelepon Earn.

"Earn, mengapa kau tidak meneleponku?" Rengeknya.

"Aku sudah menelepon 20 kali."

"Ha?! 20 kali tidak terjawab?" June melihat kembali ke layar ponselnya dan ya ada 20 panggilan tak terjawab. Bahkan View pun telah meneleponnya.

"Jadi, bagaimana ini? Apakah pemotretannya bisa diundur?"

"Benarkah? Ini menyakiti perasaanku, June. Aku telah mengingatkanmu berkali-kali, aku tak mau harus dimarahi Nona Benyapa hanya karena memohon untuk mengundur jadwal."

"Earn, aku minta maaf, seharusnya ku angkat telponmu. Aku tidak fokus, mungkin aku hanya kesal padanya."

"Apakah dia menyakitimu?"

"Tidak, dia tidak. Tapi, sudahlah. Sampai ketemu lagi nanti. Sampai nanti."

.

.

June menutup telepon dan bergegas ke kamarnya. Ia bergegas begitu cepat sehingga ia harus buru-buru membersihkan tubuhnya dari air kalsium hipoklorit. Setelah itu, June mengambil celana pendek dan kaus abu-abu untuk pergi ke tempat pemotretan.

All Of Us - ViewJuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang