SELAMAT MEMBACA
Ruby terus berlari mengejar kucingnya yang berwarna putih. Tadi dia akan memandikan kucing itu, tapi si kucing tiba-tiba berlari keluar seolah sedang mengejar sesuatu.
Langkah Ruby berhenti di depan sebuah lemari usang. Ruby tersadar ia tidak tahu ada di mana ia sekarang karena terlalu fokus mengejar kucingnya _ Piko. Ia menatap sekelilingnya, ini seperti tempat pembuangan sampah.
"Huffh, lihat saja Piko tidak akan aku beri whiskas." gerutu Ruby sambil membuka pintu lemari. Iris hitam miliknya menatap sebal Piko yang tengah meringkuk di dalam lemari.
"Kamu lain kali jangan nakal. Aku capek ngejar-ngejar kamu terus."
Kucing putih itu hanya mengeong pelan, badan kucing itu gemetar seperti sedang takut akan sesuatu. Ruby dengan pelan mengusap bulu Piko lalu berbalik untuk kembali ke rumah.
Namun bukannya tumpukan sampah atau barang rongsokan yang ia lihat, melainkan ratusan orang yang terlihat saling mengayunkan pedang.
Erangan, bunyi pedang, sebuah bendera yang saling berkibar, dan teriakan kesakitan membuat Ruby begitu ketakutan sambil memeluk Piko yang sama takutnya dengannya.
"Ini di mana?!" Pertanyaan Ruby itu seakan angin lalu, kakinya melangkah mundur dengan gemetar.
Srett
"Siapa kau?!"
Suara berat dan dingin itu menyapa telinga Ruby. Matanya terpejam erat, bibirnya hendak menjawab namun sebuah ujung pedang nyaris menggores lehernya.
"A-aku ... " Ia benar-benar bingung ingin menjawab apa. Kucing di pelukannya melompat dan berlari menjauh meninggalkan Ruby.
"Lari." Ujar pria dengan baju zirah yang melekat di tubuhnya tanpa menurunkan pedangnya dari leher Ruby.
"Ha? A ... I-iya. Lari!" Ruby berlari kencang meninggalkan tanah luas itu. Ini benar-benar di luar nalarnya. Ia yakin ini hanya mimpi. Pasti, hanya mimpi!
"Zefmon!"
Pria berbaju zirah itu menoleh, peperangan tampaknya sudah selesai. Prajurit dari musuh tampak memilih mundur dengan jumlah sedikit.
Tatapannya kini beralih pada gelang kecil di tangannya, gelang dengan bandul batu Ruby berwarna merah.
"Ruby," gumam Zefmon lalu menatap ke arah Ruby yang tengah berlari.
Bagaimana gadis itu bisa sampai kemari?
_£T∆¶|S_
"Ruby! Bangun!"
Ruby menarik kuat selimutnya untuk kembali menutupi tubuhnya yang kedinginan. Suara bundanya tak berpengaruh, ia tetap melanjutkan tidur.
"Satu, dua, ti-"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY IN ETAPIS WORLD
Fantasy••"Being able to see doesn't mean you can change"•• _£T∆¶|S_ Seharusnya Ruby paham jika apa yang ia alami beberapa hari terakhir adalah peringatan untuk Ruby. Seharusnya ia tidak tertidur di dalam bus dan masuk ke dalam toko roti itu. Seharusnya ia...