MANEKIN LUCIAN & 'SI BULE'

18 2 3
                                    

HAI HAI HAI ...
KETEMU LAGI KITA

SELAMAT MENIKMATI MALAM MINGGU DENGAN NYANTAI BACA CERITA RUBY ;)

THANKS YA BUAT YANG UDH KOMEN :)

MAKIN CEMUNGUT DEH.

_€T∆¶|S_

Suara gemercik dan hantaman air yang jatuh dari ketinggian lima meter tak menggangu tidur Lucian sama sekali. Laki-laki dengan alis tebal itu masih setia terpejam dengan tubuh yang bersandar di pohon tabebuya.

Wajahnya yang putih bersih tampak berkilau karena sinar matahari yang sepertinya mulai mengusik tidur Lucian. Alisnya mulai mengerut tanda ia merasa terganggu.

Bola mata biru mulai terlihat seiring kelopak matanya terbuka. Menghembus napas pelan, Lucian membenarkan posisi duduknya.

Matanya melirik sekilas pada sang Surya yang berani mengusik tidurnya. "Huhh ..."

Lucian bangkit dan berjalan ke tepi sungai untuk membasuh wajahnya. Rambut keemasan miliknya terlihat basah karena percikan air. Merasa lebih baik, lucian kembali duduk di bawah pohon Tabebuya. Ia saat ini berada di Ligth forest.

Ada peraturan mutlak dari raja Holmes, yaitu tidak ada yang boleh memasuki hutan ini sembarangan. Tapi ini Lucian, ia begitu lihai mengelabui penjaga hutan hingga bisa masuk.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya, seperti biasa ia akan lari. Ulang tahunnya adalah hari terburuk bagi Lucian. Ia tidak perduli dengan hari yang berharga untuk kebanyakan orang itu. Baginya hari kelahirannya adalah hari yang paling sial.

Sekarang pasti Raja Holmes sudah mengerahkan pasukannya untuk mencari Lucian.  Ia takkan kembali ke istana sebelum malam ini ia menemukan 'Dia'.

Mengingat hal itu, tangan Lucian mengepal kuat. 'bajingan' itu!

Lucian mengacak rambutnya kesal ketika kembali mengingat apa yang ia ketahui 5 tahun silam. "Sialan!"

Sudah 5 tahun berlalu sejak ia mengetahui penyebab kematian ibunya. Dan sudah 5 tahun sejak ia mulai bertekad untuk menemukan pelaku pembunuhan ibunya dan dalang di balik kejadian mengerikan 20 tahun silam.

Lucian  kembali bersandar di pohon dan memejamkan matanya. Tiba-tiba bayangan wajah gadis yang mengerut kesal terlintas di benaknya.

Gadis berambut abu-abu.

_€T∆¶|S_

"Malam ini akan di adakan festival lentera. Kau mungkin sudah mendengar banyak dari Arche. Tapi aku kembali ingatkan jika kau tidak boleh keluar dari rumah lewat tengah malam."

Lagi-lagi kakek Han mengatakan hal yang sama sedari tadi. Ruby hanya menganggukkan kepalanya.

"Jangan hanya mengangguk."

"Iya kek. Ruby nggak akan keluar rumah." Ujar Ruby.

Arche tersenyum geli melihat raut sengsara Ruby. Ketiganya kini berada di kebun belakang rumah.

Ada kakek Han yang tengah menanam bibit sayur. Padahal ia sudah tua tapi masih kuat untuk membungkuk seperti sekarang ini. Sedangkan Ruby duduk di atas batu yang lumayan besar di dekat sana.

"Ayolah kakek tua, kau membuat penyihir kecil ini tertekan." ujar Arche, laki-laki itu mengambil posisi duduk di sebelah Ruby. Lagi-lagi ia merangkul Ruby dengan gaya sok asiknya.

Sejak dari pasar, Arche mulai dekat dengan Ruby. Ralat, sok dekat. Laki-laki itu gencar menggoda Ruby dengan ejek-ejekan kecilnya.

Ruby memutar matanya malas. Ia melepas rangkulan Arche. "Jangan asal merangkulku." ketusnya.

RUBY IN ETAPIS WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang