NEGERI ETAPIS

9 2 0
                                    

BUAT PEMBACA BARU JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU YA 😙😙

____________

Find a miracles in
Your imagination

_€T∆¶|S_


Gaun putih polos membalut tubuh Ruby hingga pertengahan betisnya. Rambut abu-abunya ia ikat setengah. Ruby merasa menjadi nenek sihir dalam film snow white, tapi dalam versi muda karena berhasil membunuh putri snow white.

Tok! tok! tok!

Pintu kamar terbuka, Arche tampak berdiri di depan pintu dengan tampang sok coolnya. "Kakek menyuruhku mengajakkmu ke pasar." Ucapnya dengan dagu yang di angkat tinggi, seolah menunjukkan jika ia tidak takut pada Ruby.

Ruby yang masih merasa canggung hanya mengangguk saja lalu mengekor Arche yang masih berlagak sok cool.

"Tunggu."

Arche dan Ruby yang baru akan melewati pintu harus berhenti karena panggilan dari kakek Han. "Pakai jubahmu. Orang-orang akan menangkapmu jika mereka melihat rambutmu itu."

Lalu kakek Han memberikan Ruby sebuah jubah berwarna putih. Jubah itu hanya sampai pertengahan pahanya dan menutupi kepalanya.

Setelahnya Ruby dan Arche lanjut berjalan. Ruby harus menahan rasa lapar sepanjang jalan. Suasana canggung antara ia dan Arche semakin mengurangi tingkat nyaman Ruby. Ia ingin membuka topik, tapi ia takut jika Arche akan mengacuhkannya.  Akhirnya ia memilih menunduk dan menahan rasa laparnya.

Arche diam-diam melirik gadis di sampingnya. Arche percaya jika Ruby bukanlah salah satu anggota 'Dia'. Di lihat dari tampilan Ruby, mana mungkin gadis sekecil ini menjadi monster seperti yang orang-orang katakan.

"Aku Arche." ujar Arche tanpa melirik pada Ruby. Ia masih mempertahankan sikap sok coolnya.

Ruby mengangkat pandangannya. Apa laki-laki di sebelahnya ini baru saja memperkenalkan dirinya?

"Aku Ruby. Kamu cucu kakek Han?" Tanya Ruby berusaha membuka topik lain.

"Ya."

"..."

Sial! Laki-laki di sebelahnya ini benar-benar menjengkelkan. Ia mematikan topik dengan gaya sok kerennya. Padahal Ruby masih ingat semalam laki-laki ini ketakutan melihatnya. Sekarang ia malah bersikap sok seperti ini.

Hening.

Lagi-lagi keduanya hanya diam sepanjang jalan hingga tak terasa keduanya tiba di pusat kota. Ruby takjub melihat tampilan setiap bangunan di pinggir jalan, dekorasi terpasang indah dan ramai. Bahkan penduduknya tampak begitu semangat membawa hiasan yang akan di pasang untuk mempercantik setiap sudut kota. Sepertinya akan ada festival di sini, pikir Ruby.

"Kita makan dulu, bagaimana?" Tanya Arche. Ruby mengangguk cepat. Akhirnya ia makan juga. Arche dan Ruby lalu memasuki sebuah rumah makan kecil.

Tampak sederhana, tetapi dekorasi di dalam rumah makan membuat suasananya lebih ramai dan hidup.

"Kau tunggu di sini. Aku akan memesan makanan."

Ruby mengangguk patuh. Matanya melirik ke luar rumah makan. Ruby bingung apakah tempat ini bisa Ruby sebut kota?

Suasana tempat ini sangat berbeda jauh dengan kota di dunianya. Melihat kekunoan bangunan dan gaya berpakaian penduduknya, Ruby sempat berpikir jika ia mengalami time travel seperti di film-film yang ia tonton bersama Mutia.

RUBY IN ETAPIS WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang