TOKO ROTI ETAPIS

13 4 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Suara roda bus yang saling bergesekan dengan aspal dan suara bel berbunyi, menyadarkan Ruby dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara roda bus yang saling bergesekan dengan aspal dan suara bel berbunyi, menyadarkan Ruby dari tidurnya. Mata gadis itu melihat ke arah kaca bus. Sial, ia ketiduran.

Ruby dengan cepat beranjak dan keluar dari bus. Ini sudah pukul 8 malam dan ia tidak tahu pemberhentian bus keberapa ini.

Ruby melihat sekitarnya, hanya ada satu toko roti yang berdiri di seberang halte di mana ia berdiri. Dan sebuah pohon beringin dengan ukuran sedang di sebelah toko roti itu.

Toko roti Etapis,

Ruby menghela napas ketika perutnya keroncongan. Ia baru ingat sejak di sekolah tadi, ia tidak ada mengisi perutnya. Ia mencoba menghubungi sang ayah lewat ponselnya, namun lagi-lagi Dewi keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Ponselnya mati.

Matanya melirik ke kanan dan ke kiri berharap ada taksi atau ojek online yang melintas. Waktu terus bergulir, Ruby mengedipkan matanya beberapa kali mencoba menghalau kantuk yang mendera.

"Laper .... " Lirih Ruby. Melihat toko roti di seberangnya masih buka, ia memilih melangkahkan kakinya ke sana.

Suasana malam ini sedikit berbeda. Angin berembus kencang menembus pori-porinya, hingga bulu kuduknya meremang. Tapi gemuruh dari dalam perutnya membuat ia mau tak mau melangkahkan kaki masuk ke dalam toko roti.

Suasana di dalam toko roti tidak begitu ramai, hanya ada seorang nenek-nenek yang duduk di meja pojok dekat jendela, sepasang anak manusia yang tengah merayakan hari jadi mereka, terlihat dari si perempuan yang memegang sepotong roti dengan lilin kecil di atasnya.

Ruby menghentikan kegiatan mengamatinya. Ia memilih duduk di meja dekat pintu keluar. Seorang gadis seusianya datang ke meja Ruby dengan membawa daftar menu.

"Saya pesan satu roti ... Dan segelas teh hangat aja." ujar Ruby sambil melempar senyum pada gadis tadi.

"Di tunggu ya," gadis itu berbalik dan meninggalkan Ruby yang kembali melanjutkan kegiatan mengamatinya.

Ruby baru sadar di setiap jendela terpasang bendera kecil, yang jelas itu bukan bendera Indonesia. Ruby mencoba mengingat negara apa yang benderanya seperti itu. Ia seperti tidak asing dengan warna bendera itu.

"Kayanya pernah lihat, deh." Gumam Ruby.

Tidak menemukan jawaban, Ruby memilih berhenti memikirkan itu. Iris hitam miliknya kembali melirik sekumpulan remaja dengan seragam SMA tengah duduk pada meja di seberang Ruby. Mereka sekitar 4 orang, salah seorang di antaranya adalah laki-laki.

Tak lama, seorang wanita parubaya dengan apron di tubuhnya, mendekati Ruby dengan nampan berisi pesanan Ruby.

"Makasih ya," Ruby berucap sambil menunjukkan eyes smilenya.

"Ternyata kamu,"

Ucapan wanita itu menghentikan Ruby yang akan menggigit rotinya. "Maaf, ibu kenal saya?" Ruby bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

RUBY IN ETAPIS WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang