Break up

459 73 8
                                    











Selama apapun sebuah hubungan, akan tetap rusak jika dua belah pihak mulai kehilangan rasa, jika keduanya tidak berusaha memperbaiki hubungan maka perpisahan adalah jalan terbaik. Bagi Karina juga Jaemin, hubungan yang terjalin bertahun-tahun itu kini sedang berada diambang perpisahan. Keduanya sadar, tidak sekali dua kali konflik serius menerjang hubungan mereka. Terlebih Karina yang bahkan hingga detik ini belum mendapatkan restu keluarga Jaemin, dan sepertinya ia tidak ingin meminta restu itu lagi karena ia akan mundur. Sekeras apapun ia berusaha, ia tidak akan bisa memenuhi segala ekpektasi keluarga Jaemin, ia terlahir dari ayah dan ibu yang sangat ia syukuri walau bagi orang lain mungkin kedua orang tua nya bukan apa-apa.

Maka satu jawaban atas segala keresahan hati Karina adalah merelakan Jaemin pergi, merelakan cintanya, soal restu bukanlah hal sepele dan Karina tidak ingin hidup terinjak-injak terus menerus.

"Karina"

"Jaemin"

Keduanya kompak saling memanggil sejak beberapa menit tak bersuara, pertemuan yang sulit ini akhirnya mereka wujudkan. Jaemin yang ingin meluruskan segala hal tentang mereka juga Karina yang ingin memutuskan segalanya.

"Soal waktu itu, aku minta maaf atas nama keluargaku. Harusnya aku bisa menghentikan mereka..." ucapan Jaemin terhenti saat Karina melanjutkan

"Tapi akhirnya tidak bisa..."

Keduanya saling menatap, mata yang sama-sama menampakkan kesedihan itu beradu, tak perlu kata untuk menjabarkan sakit yang kini merengkuh raga keduanya.

"Karina..."

"Aku tau Jaemin-ah, kamu tidak akan pernah bisa menghentikan keluargamu karena apa yang mereka katakan fakta yang harusnya membuatku sadar kalau kita memang berada dalam dunia yang berbeda, sejak awal kita memang tak seharusnya bersama"

"Tidak, jangan mengucapkan kata perpisahan aku mohon, aku mencintaimu sayang, aku mohon"

Jaemin menarik tangan Karina, menggenggamnya di atas meja cafe tempat keduanya bertemu.

"Aku mohon jangan menyerah pada hubungan kita"

Karina menghela napas pelan, "Lalu kita harus bagaimana Na? Apakah kau bisa melawan keluarganmu untukku? Apa kau seberani itu Na Jaemin? Jaminan apa yang bisa kau berikan padaku? Jaminan seperti apa yang kau janjikan agar keluargamu tidak lagi menginjak harga diri keluargaku?"

Diam, Jaemin tidak menjawab, laki-laki itu terdiam yang membuat Karina menarik tangannya.

"Akan lebih baik kalau kita selesai sampai disini Na"

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku mohon jangan"

"Aku tidak bisa maaf, aku lelah Na Jaemin, aku lelah dengan segala masalah ini, kau bahkan tidak pernah berada di pihakku saat orang-orang itu menghunuskan tatapan dan kata-kata tajam yang menghina. Aku ingin bertanya Na, apa benar kau mencintaiku? Sebesar apa cinta itu hingga aku harus rela tersakiti sedalam ini untuk mempertahankanmu?"

"Karina.."

"Aku sudah bertahan lama, sebesar apapun luka yang diberikan keluargamu aku menyembuhkannya sendiri, tapi aku mulai lelah Na"

Karina mengeluarkan sebuah kotak, cincin yang pernah Jaemin berikan ia kembalikan.

"Biarkan aku jujur Jaemin-ah, aku bertemu dengan seseorang yang mencintaiku seperti orang gila, aku menolak nya berkali-kali namun ia terus mendekatiku, dia melakukan segalanya untuk membuatku menerima cintanya tapi aku masih disini, mencintaimu, berharap kau lah yang akan datang dengan segala usaha untuk mempertahankan hubungan kita tapi semakin hari, aku semakin mengerti, Na...kau tidak akan pernah bisa berjalan ke arahku karena keluargamu, dan akupun tidak ingin memaksa dan merebutmu dari ayah dan ibumu, jadi inilah keputusanku. Let's break up"

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang