3 | Kucing dan Anjing

44 19 27
                                    

"Melangkah dalam kepastian untuk mendapatkan kebenaran, melangkah dalam ketidakpastian untuk mendapatkan keberuntungan."

----------

Monolog Alya

Seorang pria mesum, bejat dan ga bermoral.

Julukan yang sangat negatif kuberikan kepada seorang pria misterius yang tiba-tiba muncul di medan perangku.

Dia adalah pria yang sangat aneh kurasa. Selain itu sifatnya sangat buruk! Dia kasar, sombong, dingin, cuek, tidak peka, mesum, bejat, ga bermoral!

Meski begitu ...

Dia muncul seperti titik terang di tengah malam gelap, membawa kehangatan dan kebahagiaan yang tak terduga ke dalam hidupku.

----------

(Saat bersamanya)

Di kedalaman hutan yang sunyi, terdapat dua sejoli yang sepertinya tidak pernah bisa berada dalam satu ruang tanpa adu mulut.

Raka, seorang pria dingin yang memiliki mulut tajam bak silet. Alya, seorang gadis sensitif yang selalu mengeluarkan isi hatinya tanpa ragu-ragu. Perpaduan yang sangat buruk diantara kedua orang ini menciptakan tiupan terompet sangkakala yang menghancurkan suasana hutan sampai ke akar-akarnya.

"Hahahaha dasar payah! Memanjat tebing seperti ini saja ga bisa? Kamu ga malu kalah sama gadis cantik ini?" ledek Alya yang melihat Raka kesulitan memanjat sebuah tebing kecil.

"Berisik gadis monyet! Satu-satunya keahlian monyet memang hanya memanjat kan?!" teriak Raka kesal.

"H-hah?! Kurang ajar! Dasar pria mesum, bejat, ga bermoral!" balas Alya.

Beberapa saat kemudian ...

"Wah sepertinya buah ini sangat enak! Aku makan ah ..." ucap Alya sambil memandangi sebuah buah dengan warna merah yang indah dan mencolok.

"Buah itu beracun, bodoh!" peringat Raka sebelum Alya sempat memakan buah itu.

"Eh? Benarkah? Tu-tunggu sebentar! Kenapa kamu berbicara seakan lebih tau?" tanya Alya.

"Karena aku memang lebih tau." jawab Raka dengan percaya diri.

"Hah! Mengapa aku harus percaya kata-katamu?!" tanya Alya.

"Pertama, banyak buah beracun memiliki warna yang sangat mencolok, seperti merah terang, kuning, atau biru tua. Warna-warna ini sering kali digunakan oleh tanaman untuk memperingatkan hewan agar tidak memakannya." jelas Raka.

"Ta-tapi di desaku ada buah dengan warna seperti itu yang bisa dimakan!" bantah Alya.

"Kedua, buah beracun sering kali memiliki bau yang ga sedap. Coba saja cium buah itu. Apa baunya seindah tampilan visualnya?"

Alya langsung mencium buah itu dan benar saja, buah itu mengeluarkan bau yang tidak mengenakan.

"Ta-tapi di desaku juga ad-"

"Ketiga, buahnya dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau gatal saat disentuh. Apa kamu ga merasakan sesuatu?" tanya Raka.

"Ka-kalau dipikir-pikir, sepertinya tanganku mulai sedikit gatal ..." ucap Alya yang mulai merasakan gatal pada tangannya.

"..."

Raka tersenyum dengan wajah meremehkan.

"JA-JANGAN SOMBONG DULU KAMU!" teriak Alya kesal.

Adu mulut mereka terus berlanjut selama perjalanan. Entah mengapa salah satu dari mereka selalu memulai perdebatan untuk membalas perdebatan sebelumnya. Siklus ini terus berputar dan terulang sehingga membuat mereka tidak bisa berhenti berdebat. Rasa gengsi dan tidak mau kalah memang se-menakutkan itu ya ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Mimpi: Cinta yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang