03

526 60 2
                                    

warning : this chapter contains slightly delapan belas coret innuendo because cerita ini masuk kaetegori mature so if you're underage atau gak nyaman bacanya mending click back.

***

" Thanks, Rachel"

Rachel yang baru keluar dari kamarnya setelah mengganti baju basahnya dengan baju kering menoleh kepada Steve yang baru saja keluar dari kamar mandinya.

Ya, Steve bilang dia menahan pipis sejak mengantarnya. Jadi saat mereka sampai ke kontrakan Rachel, Steve menumpang buang air kecil.

Bukan. Ini bukan modus yang biasanya dilakukan lelaki untuk mencari kesempatan dalam kesempitan. Rachel bisa membedakannya, oke? Wanita itu bukan wanita polos

Mata mereka tanpa sengaja bertemu dan dia bisa melihat Steve langsung menundukkan pandangan.

Huh. Anak baik seperti itu tentu saja sangat sopan.

Sayang sekali, dalam cerita ini Rachel yang sangat tidak sopan. Rachel tidak mengalihkan pandangannya dari Steve yang entah kenapa terlihat makin tampan dengan baju dan rambut basah seperti itu.

Pipinya tanpa sadar bersemu merah.

ASTAGAAAAAA GANTENG BANGET?

Rasanya tidak menyangka ada orang setampan Steve di dalam kontrakannya. Sejujurnya, ia merasa aneh karena sudah sejak lama dia tidak memiliki tamu pria di tempat ia tinggal.

Rachel melihat Steve yang melangkah mendekati pintu utama untuk keluar.

Apakah pria itu akan pulang sekarang?

Sial. Rasanya tidak rela!

Rachel mendadak sedih karena sadar ini pasti akan menjadi hari terakhir mereka bertemu. Fakta bahwa Rachel tidak akan pernah bertemu lelaki sesempurna Steve lagi dalam hidupnya membuatnya tidak ikhlas.

Rachel melihat Steve menoleh kearahnya dan memberinya senyuman kakunya.

" Gue pamit pulang ya, Chel"

" Jangan!"

Oh. Shit.

Menangkap wajah bingung Steve, Rachel seketika panik. Ini semua diluar rencana Rachel, oke?

" M-maksud gue ganti baju dulu, Steve. Baju lo basah. Nanti lo masuk angin"

Bangsat, gue kedengeran modus banget!

Steve memperhatikan pakaiannya. Lelaki itu terdiam cukup lama sebelum akhirnya mendongak dan menatap Rachel ragu-ragu.

" Boleh?" Tanya Steve ragu dan entah kenapa Rachel merasa gemas.

Kenapa selain tampan, Steve harus menggemaskan juga?

" Iya! Bentar, gue ambilin bajunya"

Rachel dengan segera lari masuk ke dalam kamarnya. Dia punya satu kaos oversize dan celana basket  milik-uhm, mantannya-dulu. Dia yakin kaosnya akan muat ditubuh Steve namun untuk celana basket, dia rasa akan sedikit kependekan karena Steve sangat tinggi.

Rachel keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Steve yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

Bagaimana tidak terkejut? Wajah Steve sangat dekat dengannya.

Rachel menangkap lelaki itu refleks mundur dan menggaruk tengkuknya. Ahem, Rachel berdeham dan mencoba menetralkan ekspresinya.

" Ini coba dipakai, Steve"

Rachel menyodorkan baju tersebut dan Steve menerimanya.

" Gue izin ganti ya, Chel"

Steve berbalik dan masuk ke dalam kamar mandi yang berada tepat di depan kamar Rachel. Setelah pintu tertutup, Rachel langsung memukul kepalanya sendiri.

the unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang