04

519 59 3
                                    

warning : this chapter contains slightly delapan belas coret innuendo because cerita ini masuk kaetegori mature so if you're underage atau gak nyaman bacanya mending click back.

***

Steve pusing. 

Hidung lelaki berkulit putih memerah dan mengeluarkan cairan yang terus ia seka dengan tisu. Sedari tadi ia juga terus-terusan bersin. 

Lelaki itu berusaha fokus pada laporan keuangan kuartal yang ia baca namun tidak bisa karena kepalanya pusing. 

Ia menghela nafasnya dan menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Sedikit mendongak, punggung tangannya menutupi matanya yang terpejam.

Jelas sekali bukan? Steve jatuh sakit.

Setelah drama hujan-hujanan dengan Rachel kemarin, lelaki itu jatuh sakit.

Ya, sungguh konyol ia jatuh sakit karena seorang wanita yang menurut standarnya 'tidak menarik' itu. 

Tapi setidaknya perasaan bersalahnya berkurang sekarang.

Steve juga ingin membuktikan kepada Bima bahwa dia bukan laki-laki brengsek. Dia laki-laki yang bertanggung jawab.

Ingat, Dia melakukan semua ini bukan karena khawatir dengan Rachel. Peduli saja sebenarnya tidak.

Ngomong-ngomong, Rachel sedang apa ya? Apakah Rachel sakit juga sama seperti dirinya? Wanita itu sudah sarapan atau belum?

Pikiran Steve buyar kala seseorang membuka pintu ruangannya tanpa permisi. 

" Morning, brengsek" 

Sapa lelaki tinggi yang tentu saja tidak lebih tinggi dari Steve. Lelaki itu duduk di sofa dan membuka toples cookies yang ada di meja. 

Steve berdecak dan memutar bola matanya kesal. 

Siapa lagi kalau bukan Bima, sepupunya yang menyebalkan itu.

" Gak usah sok suci, brengsek" Balas Steve tidak terima. 

Bima hanya terkekeh dan menyenderkan tubuhnya di sofa sembari menikmat cookies coklat tersebut.

" Jadi gimana semalem? Habis gue bilang kalo dia bisa aja lagi nunggu, lo langsung matiin panggilan gitu aja"

Ya. Steve memang langsung mematikan sambungannya dan bergegas mengambil kunci mobilnya.

Steve berniat menjawab namun lelaki itu malah bersin. Dua kali. Sepertinya flunya cukup parah.

" Bener dugaan lo, dia nungguin. dua jam. Is she dumb?"

Bima menyeringai mendengar jawaban sepupunya itu.

" Dan lo kehujanan gara-gara dia. Are you dumb?"

Steve yang hendak mengambil tisu menghentikan pergerakannya dan menatap Bima penuh tanya.

" Tau darimana gue kehujanan gara gara ngejar dia?"

Bima terkekeh mendengar pertanyaan Steve.

" Bro, I know you sejak kita masih zigot. Of course gue tau lo tuh paling gabisa kena hujan. Buktinya langsung sakit gitu. Ngomong-ngomong, gue cuma tau part lo kehujanan aja. Gue gak tau lo ngejar ngejar dia sambil keujanan? Seriously? Drama banget lo!"

Sialan. Steve keceplosan. Dan Steve tahu Bima akan membahas ini selama sebulan kedepan.

" Gue cuma—"

" Cuma naksir?" 

Balasan Bima membuat Steve membulatkan matanya tidak percaya.

" Gak mungkin banget. Gue cuma kaget aja dia nangis sambil hujan-hujanan" Steve menjawab sesuai fakta yang terjadi.

the unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang