08

543 63 22
                                    

Bel apartemennya berbunyi sebanyak tiga kali. Ponselnya juga berbunyi namun pemilik ponsel tersebut masih tertidur. Dia masih tidak masuk kerja karena sakit. Dia juga harus mengisi energi untuk makan malam dengan Rachel.

Steve baru saja pulang dari rumah orang tuanya jam sebelas siang tadi.

Niatnya ingin istirahat namun suara berisik mengganggunya. Steve melihat ponselnya dan mendengus saat melihat nama sepupunya disana.

" Hmmm?" Tanya Steve mengantuk, malas berbicara.

" Yang mulia, tolong bukain pintu ya. Gue takut dikira debt collector nih" Pinta Bima menyebalkan.

" Lima menit lagi" Balas Steve, matanya masih memejamkan.

" Gue kayanya gak sengaja ketemu Rachel—"

" Dimana?!"

Steve langsung bangkit dari tidurnya. Ia memdengar Bima terkekeh geli, membuat Steve mau tak mau mendengus.

" Fuck you"

Steve kesal dengan Bima namun rasa kantuknya hilang setelah mendengar nama Rachel. Pada akhirnya dengan berat hati ia berjalan membukakan pintu untuk sepupu laknatnya itu.

" Gue cari di kantor, kata mereka lo izin sakit" Ujar Bima yang dibalas anggukkan oleh Steve.

" Udah mendingan. Nanti malam gue mau keluar"

Siapa yang tanya? Tidak ada. Sudah dibilang, Steve itu tipikal oversharing.

Lihat hasilnya, sekarang Bima tengah menyeringai penuh makna pada Steve. Tapi melihat sepupunya tengah sakit, Bima jadi tidak enak untuk menjahilinya.

" Nih, gue bawa makanan!"

Makan.

Kata makan mengingatkan Steve pada makan malam. Makan malam mengingatkan Steve pada Rachel. Mengingat kata Rachel membuatnya kembali kepikiran soal status pertemanannya dengan wanita itu.

" Bim"

Steve memanggil saudaranya yang tengah menyiapkan makanan di meja makan tersebut.

" Cara buat cewek seneng gimana?"

Tumben? Steve bahkan tidak pernah bertanya hal ini saat PDKT atau pacaran dengan Gwen.

" Hmm...Kalo gue sih kasih hadiah. Lebih bagus lagi kalau lo tahu apa yang lagi dia butuh— Eh lo mau kemana?!"

Bima melongo melihat sepupunya masuk ke kamar dan keluar lagi dengan jaket, kunci mobil, ponsel, dan dompet.

" Lo tunggu sini bentar ya. Gue mau keluar bentar"

" Mau kemana?!"

Steve dengan buru-buru memakai sepatunya dan langsung berniatmenutup pintu apartemennya tanpa menjawab pertanyaan Bima.

" Steve!"

Dan pintu tersebut tertutup dengan sempurna.

" Oh brother..."

****

Rachel sibuk membuka lemarinya dan mencari baju paling bagus miliknya. Matanya tertuju pada dress semasa ia kuliah. Dress selutut itu merupakan hadiah dari ayahnya. Desainnya sangat simple sehingga tidak akan terlihat ketinggalan jaman.

Ini hanya makan malam biasa, tapi dia tidak ingin terlihat jelek untuk kedua kalinya di depan Steve. Ya, Rachel menganggap ini adalah kesempatan keduanya. Tidak akan ia biarkan Steve kabur lagi!

Belum mengganti pakaiannya, pintu kontrakannya sudah diketukan. Racel melihat jam di ponselnya. Sekarang masih jam setengah tujuh!

" Sebentar!"

the unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang