Haii para readers!🧡🤍
Malming kalian ngapain nich??
Karena aku updatenya malming aku mutusin buat double up nichh!!
Sebelum membaca, aku mau mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang sudah mampir dan meluangkan waktu untuk membaca cerita ini yang masih banyak kurangnya🥺🧡🤍
Dan mohon maaf sebesar-besarnya yaww🙏🙏 Kalo setiap partnya selalu pendek, karena apa? Karena takut kalian bosen wirr!! Terus nanti kabur deh, kek doi hiksss!!🤧😫Semoga always suka dan gak bosen yaww🥺🤜🤛
Sekian, terima kasih🧡🤍
Seperti biasa jangan lupa dukung cerita ini dengan cara :
Vote & komen sebanyak-banyaknya!!Selamat Membaca part 11 dan 12 yaww!!🧡🤍
✍️✍️✍️
“Ness, mriki kalih Uti. Niki Utimu lhoo.” ajak Muji pada sang cucu, yang baru saja datang ke rumahnya. (sini sama. Ini)
Sesuai perkataan Ati tadi pagi, putri kecil Raras akhirnya di antarkan kemari pada sore harinya bersama Tante serta Omnya.
Raras yang sedang mandi, membuat gadis kecil itu mencarinya. Dan tidak mau diajak oleh siapapun, termasuk Gandi ayah barunya, walaupun mereka berdua sudah akrab.
“Ayo tumbas jajan kalih Ayah, purun mboten?” ajak Gandi, direspon anggukan cepat oleh putri kecilnya. Akhirnya gadis kecil itu berpindah pada gendongan ayahnya yang semula bersama tantenya, Sekar. (beli jajan sama, mau gak)
“Lho, sampun ten mriki, padahal mau dijemput.” ucap Raras, keluar dari rumah mertuanya usai mandi dan shalat ashar. (sudah di sini)
“Wong wau nangis kejer kanti moh papung kok Mbak, soale bangun tidur gak ada Bundane.” kata Sekar, ngundag tawa mereka yang duduk lesehan di teras depan rumah. (Wong tadi nangis sampe gak mau mandi,)
“Nggeh toh? Adek wau nangis?” tanya Raras, yang tidak balas oleh sang empunya, malah justru memeluknya dengan erat dan menyembunyikan wajahnya didada sang Ibu. (Iya toh? tadi)
Raras dibuat ketawa lagi melihat kelakuan sang anak.
“La Mas e mboten melu, Mbak?” tanya Muji pada Sekar, mempertanyakan Giandra yang tidak ikut. (tidak ikut)
Sekar menggeleng kepalanya, “wau mpun diajak, tapi mboten purun ndherek.” katanya. (tadi sudah diajak, tapi gak mau ikut)
“Wau esuk mpun ngomong Ti, mboten purun nginep ten mriki.” kata Raras, memberitahu mertuanya bahwa sang putra tidak mau menginap dirumahnya. Sejujurnya Raras sendiri merasa tidak enak dengan ibu mertuanya itu, karena putranya tidak mau menginap di rumah nenek-kakek barunya. (Tadi pagi udah bilang, gak mau nginep disini)
“Oalah... Cah bagus ora gelem nginep, wong mengko meh dijak jalan-jalan kok.” uap Muji yang di balas senyuman oleh Sekar. (anak bagus/ganteng gak mau nginep, wong nanti mau diajak jalan-jalan kok)
Para wanita berbeda usia itu duduk lesehan di depan teras bagian kiri, dengan anak-anak yang sedang bermain boneka-bonekaan yang telah di ambilkan oleh Rana sejak tadi. Sedangkan teras kanan didepan garasi yang terdapat kursi rotan itu diduduki oleh kedua pria, Gandi dan Bima yang entah sedang membicarakan apa.
“Mboten saget nginep dirumah orang Bu, gak bisa tidur nanti. Soale pernah nginep endinge niku mboten saget bobo.” kata Raras, menceritakan perihal anak sulungnya yang tipe tidak bisa tidur dirumah orang lain. (Gak bisa, itu gak bisa tidur.)
Muji yang mendengar tertawa, Sekar pun demikian ketika ingat dengan kelakuan ponakannya itu.
“Dek, ayo wangsul.” ajak Bima pada Sekar yang di balas anggukan. (pulang)
“Bu Hajjah pamit wangsul riyen nggeh.” tutur Sekar, sebelum bersalaman dengan wanita paruh baya itu, di lanjut dengan kakak perempuannya. (pulang dulu ya)
“La kok buru-buru Mas, wong sek dolan.” ucap Muji pada Bima yang sudah menaiki motornya. (lagi main)
“Badhe mampir tumbas tiket, Bu Hajjah.” balas Bima. (mau mampir beli)
“La kamu jadi berangkat besok, Bim?” tanya Raras, mempertanyakan sang adik prianya yang akan berangkat ke rantaunya lagi.
Bima mengangguk, “Iyaa, wong gak boleh libur lama-lama.”
“Sesuk ben diantar Gandi mawon, Mas.” tutur Muji, membuat Bima menolak dengan gelengan kepala. (besok biar diantar Gandi aja)
“Mboten usah Bu, enjang kulo budale kalih kancane.” katanya. (gak usah, besok aku berangkatnya sama teman.)
“Oalah... yawis, ati-ati Le. Sek, sek, niki ngo sangu ning dalan.” ucap Muji, sembari merogoh saku baju daster panjangnya, lalu menyerahkan beberapa kertas uang berwarna biru pada Bima. (yasudah, sebentar, ini buat saku di jalan)
Bima berusaha menolak, namun Muji kekeuh, membuat pria itu pasrah dan menerimanya. “Matur suwun, Bu.”katanya, lalu pamit pulang bersama Sekar yang berada di jok belakang motornya.
Usai kepergian kedua adik Raras, dan ibunya yang memasuki rumahnya, Gandi mendekati sang istri yang masih duduk lesehan menemani anak-anaknya bermain.
“Dek, tumbas sate yuk?” ajaknya, setelah duduk di samping wanitanya. (beli)
“La bukane Mas mboten doyan daging?” Raras bukannya menjawab, justru bertanya. (gak suka)
“Sate ayam Dek, bukan sate daging sapi atau kambing.” jawab Gandi, membuat Raras terkekeh.
“Oiyaa yaa, aku lupa Mas, kalo ada sate ayam.” katanya dengan meringis dan meminta maaf atas kelupaannya.
Gandi hanya mengangguk.
“Mangke mawon pripun, Mas? Habis maghriban, Mas purun 'kan?” kata Raras yang di balas anggukan kepala oleh suaminya. (Nanti aja gimana? mau)
“Kak Rana, Adek, ayo masuk, udah mau maghrib.” ajak Raras pada anak-anaknya agar segera memasuki rumah, karena hari semakin petang, tidak baik untuk anak-anak petang menjelang adzan berkumandang di luar rumah.
“Cucu Uti mau pada jalan-jalan toh? Uti badhe ndherek entuk mboten?” canda Muji, mendapati cucu-cucunya yang memasuki rumah berserta orang tuanya. (mau ikut boleh gak)
Kenes gadis kecil itu mengangguk kepalanya beberapa kali. Membuat Muji yang melihatnya gemas. Lalu membawa cucunya itu ke pangkuannya.
“Mangke nggeh Ti, ba'da maghriban.” ucap Raras, bermaksud memberitahukan jika ibu mertuanya itu benar-benar akan ikut mereka keluar nanti. (Nanti ya, habis)
✍️✍️✍️
Cungg yang mau dapat uang dari uti????
Aku juga mawww🤧☝️
Jangan lupa tinggalkan jejak yaww!👌
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Terakhir
Random✓Konflik ringan ✓Duda & Janda ✓Berlatar di Jawa ✓Campur bahasa Jawa °°°° Menceritakan tentang seorang pria duda bernama Gandi Nataprawira yang memutuskan untuk menikah lagi bersama wanita pilihannya yang bernama Kanigara Rarasati yang berstatus jan...