“Nduk, kok tambah panas ya?” tanya Ati kepada sang anak.
“Iyaa Bu, aku mikirnya obatnya kurang cocok.” sahut Raras wanita muda yang sedang makan siang dengan keadaan tidak nafsu. Seorang ibu mana yang tidak sedih melihat sang anak dengan keadaan tidak sehat? Ia sangat khawatir dan di penuhi rasa takut. Apa lagi kejadian seminggu yang lalu di desanya ada seorang balita dengan keadaan panas tinggi yang berujung meninggal dunia. Itulah alasan utama mengapa dirinya tidak nafsu makan karena otaknya di penuhi pikiran pikiran negatif.
“Di bawa periksa sekarang aja Nduk.” titah Ati pelan karena cucunya kembali tertidur dalam gendongannya usai rewel sejak tadi.
“La motore gak ada Bu, mau di antar siapa?”
Sebenarnya wanita yang sedang duduk di ruang makan ini sudah sejak tadi ingin membawa sang anak ke klinik terdekat. Namun karena tidak ada kendaraan membuatnya menunda nanti. Karena kendaraan yang ia miliki satu-satunya sedang di bawa oleh adiknya yang masih duduk di bangku tiga SMA.
“Nanti tak cari orang buat nganter kalian.”
“Gak usah lah Bu, nanti nunggu Sekar pulang aja.” balas Raras cepat. “Gak enak juga sama yang nganter, nanti di sana lama ngantrinya.” lanjutnya.
“Kesuwen Nduk, masih jam dua. Sekar pulang e jam empat masih lama.” ucap Ati tidak setuju dengan perkataan sanga anak. (kelamaan)
“Yawis terserah Ibu.” ucap Raras sebelum beranjak menaruh piring kotornya ke wastafel dengan sisa nasi yang tidak habis.
“Anakmu tak taruh di kamar Nduk, Ibu mau cari orang buat nganter nanti. Sekalian ke rumah Lik Jati.” Ati sebelum melangkah memasuki kamar sang anak untuk meletakkan cucu putrinya yang sudah terlelap di gendongannya.
Sementara Raras hanya mengangguk.
°°°°
“Buu! Ibu ...!” seru wanita muda dengan anak balita berada di gendongannya memasuki rumah sederhana tanpa mengetuk.“Ada apa Ras? Neng umah e wong kok gembor-gembor.” sahut Ati muncul dari pintu belakang bersama sang pemilik rumah. (Di rumah orang kok teriak-teriak/ teriak-teriak sambil nangis)
“Kenes Bu! Kenes kejang-kejang!” seru Raras dengan air mata yang sudah membasahi pipi mulusnya.
“Ya Allah! Putuku! Ayo ndang bawa kerumah sakit Nduk!” ajak Ati membawa sang anak serta cucu pergi dari rumah tersebut. (cucuku)
“Mbak tak golekke kang gojek e yo...” tawar Lik Atun istri dari Lik Jati yang ikut panik melihat Raras datang kerumahnya dengan keadaan menangis. (Carikan)
“Iyoo, tolong golekke Tun.” ucap Ati sebelum pergi dari halaman tersebut. (Carikan)
Mereka kembali ke rumahnya dengan keadaan jalan kaki, jarak rumah dirinya dengan rumah Lik Jati harus melewati lima sampai enam rumah terlebih dahulu baru sampai ke rumahnya. Banyak orang-orang yang penasaran dan bertanya-tanya mengapa Raras menangis dan mereka terlihat tergesa-gesa.
“Ti! Ada apa toh?” tanya wanita paruh baya kurus yang usianya lebih tua darinya menghampiri Ati yang sedang jalan tergesa-gesa karena tertinggal oleh langkah sang anak.
“putuku kejang-kejang.” balas Ati cepat lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda meninggalkan para ibu-ibu tua serta muda yang sejak tadi penasaran.
“Piye Tun? sudah dapat kang gojek e belum?” Ati bertanya melihat kehadiran Atun datang kerumahnya dengan keadaan ngos-ngosan, mungkin sejak tadi beliau berlarian membuat dirinya ngos-ngosan seperti saat ini. (gimana)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Terakhir
Aléatoire✓Konflik ringan ✓Duda & Janda ✓Berlatar di Jawa ✓Campur bahasa Jawa °°°° Menceritakan tentang seorang pria duda bernama Gandi Nataprawira yang memutuskan untuk menikah lagi bersama wanita pilihannya yang bernama Kanigara Rarasati yang berstatus jan...