CHAPTER 2

59 46 9
                                    


Raya, Zena dan Kay kini sudah menuju ke parkiran, tiba-tiba ada kecemasan yang melintas di kepala Zena. "Kita mau bawa tu mobil lewat mana?, Gerbang depan kan di kunci, ada om Jono lagi."
Raya dan Kay saling tatap benar juga apa yang di katakan Zena, namun Raya hanya menarik nafas dan tersenyum, sedangkan Kay membalas ucapan Zena tadi. "Sabar dulu! Belum juga nyampe parkiran."
Mereka terus berjalan, melewati lorong demi lorong di sekolah mereka. Sebisa mungkin menghindari papasan dengan guru. Hingga akhirnya mereka sampai ke parkiran dengan selamat tanpa terlihat oleh satu guru pun.
Raya mengeluarkan kunci mobil sport miliknya dan mulai menyalakan mesin.
"Pakai mobil gue aja ya!" Ucapan.
"Ya terus kalau nggak pakai mobil Lo pakai mobil siapa lagi?" Balas Zena.
Dan Kay mengangguk.
Benar kata Zena. Lagi pula tidak ada lagi mobil yang bisa mereka pakai selain mobil Raya. Zena tidak memiliki mobil dan biasanya pergi numpang dengan Raya, sedangkan Kay dengan mobil Kakak nya.
Sedangkan Raya punya mobil pribadi hadiah dari neneknya. Bisa di bilang Raya ini anak tunggal kaya. Meskipun dia sering mengeluh tidak punya uang, pelit, dan jarang jajan.

"Kita mau kemana nih?" Kay akhirnya bersuara.
"Bentar dulu kita keluar nya gimana?"
Tanya Zena.
"Kira lewat gerbang belakang, gue udah nanya ke fernand. Katanya gerbang belakang aman. Terus kalau kita mau kemana, kita ke kafe biasa aja, abis itu main di game zone. Terus lanjut kemana mau kalian." Jelas Raya.
Raya menyetir mobilnya ke gerbang belakang sekolah. tepat di dekat gerbang terlihat beberapa murid laki-laki mengobrol sambil memandu temannya yang ingin keluar gerbang.

"Mau kemana beb?"
"Mau bolos lah gar mau kemana lagi emang."
Garfa Ardanna murid kelas XI yang terkenal friendly.
Garfa sangat sering menjadi satpam penjaga gerbang belakang, jadi wajar banyak murid nakal yang mengenalnya.
"Jadi beb Raya mau bolos? Yaudah sini afa pandu. Tapi ada ongkos nya."
Raya mengerutkan keningnya dan memasang muka tidak senang.
"Hah? Ongkos? Bayar gitu? kenapa harus bayar."
Garfa terdiam sejenak. Dia lupa kalau Raya adalah manusia terpelit di sekolah ini.
"Wajib ya bayar? Berapa emang?."
"Nggak usah mahal-mahal buat bebeb 7ribu aja."
"Hah? 7ribu mahal banget oii."
"Itu udah diskon beb. Aslinya mah 10ribu."

"Nggak bisa kurang lagi emang?"
"Hmmmm.. yaudah den 6ribu itung-itung penglaris."
"Nggak!nggak! 4ribu aja."
"Jangan gitu dong beb. Ini buat jajan rokok nihhh..."
"4ribu nggak mau tau gue."
"Yaudah deh 5ribu aja."
Kay menarik nafas dalam-dalam. Tidak heran lagi Raya memang pelit bukan main, jangan untuk bayar ini saja, untuk mereka saja, bahkan untuk diri ny sendiri Raya sangatlah pelit.
"Udah lah Ray! Lagian udah diskon. Berapa tadi fa?.
"Nah gitu dong! 7ribu aja beb Kay."
"Yaudah dih 10ribu! Harga asli aja, nggak usah diskon!."
"Seriusan!? Makasih beb Kay lope dehh!"
"Iya sama-sama. Yuk Ray jalan!"

..................

"Kok diem-diem sih, ahh nggak asikk!! Kenapa diem-diem an coba keren Lo pada kaya gitu, ngomong napa, ohh apa udah bisu?" Ujar Zena.
"Ya nggak kenapa napa lo nggak liat gue lagi nyetir!?"
"Iya ihh nanti kalau Raya nggak fokus gimana Zen, mati kita! Gue belum mah mati dosa gue banyak!"
"Ih iya dehhh! Btw ini kita kapan sampe nya sih di kafe! Lama banget anjirr!" Umpat Zena lagi.
"Sabar zenn lagi macet brutal ini!" Balas Kay dengan sabar.
Sudah 15 menit mereka terjebak di jalan yang sama, sedikit pun tidak ada pergerakan.
"Kita lewat jalan tikus aja bisa nggak ya? Kay lo tau kan jalan-jalan tikus Deket sini?"
Kay membalas dengan mengangguk.
"Yaudah lo aja yang nyetir nih gue nggak tau jalan nya."
Kay mengambil alih kemudi, dan raya pindah ke sebelah Zena.
Perlahan Kay mulai menyetir mobil keluar dari kemacetan, meskipun lumayan sulit karna jalanan penuh dengan kendaraan.

Tidak sampai 20 menit mobil mereka sudah berada di depan cafe yang ingin mereka tuju.
"Ehhh udah sampai! Cepet ya lewat jalan tikus,"
"Iya Kay kan nggak buta map. Jadi kita aman no nyasar-nyasar."
"Yaudah turun yok!"
Ketiga masuk dan memesan.
Setelah menunggu beberapa saat pesanan mereka pun sampai.

IN THE CupboardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang