"AYAH! AYAH!" Tangis Edwin pecah melihat kondisi ayah nya saat ini.
Apa dosa sang ayah hingga gadis di depannya ini tega menikam ayahnya.Raya menggaruk-garuk kening nya.
Baru saja dia melenyapkan satu orang tapi ada orang baru lagi."Jadi kau anak nya!?" Tanya Raya dengan nada dingin. Dia menatap Edwin dengan tatapan tidak suka.
Edwin melihat Raya.
Dari atas sampai bawah.
Edwin berdiri, tubuh kurus kecil itu mendorong Raya ke dinding dan mencengkram kerah baju Raya.
Mata memerah, keringat bercucuran, nafas nya terengah-engah."Dasar jalang! Sialan! Maksud nya apa ini?! Apa kau yang melakukan nya!? Hah!?" Gertak Edwin kepada Raya.
Raya menguap dan mendorong tubuh kurus Edwin. Edwin terhempas kelantai. Raya menginjakkan kaki nya di dada Edwin lalu menatap anak laki-laki itu.
"Kau dengarkan aku! Jika kau dan ayah mu yang menjijikkan ini ingin selamat, kau harus melakukan apa yang aku perintahkan." Ucap Raya penuh penekanan.
Edwin menarik nafas dengan sudah payah gadis di depan nya ini sangat menakutkan.
"A-apa yang kau mau?!"Raya tersenyum kecil dan mengambil beberapa lembar kertas dan juga pulpen.
Dia menjambak rambut Edwin dan menyuruh laki-laki kurus itu menulis sesuatu.
"Sekarang kau tulis apa yang aku katakan."
Edwin mengangguk menuruti perintah Raya.
"Saya Edwin putra dari bapak Arfan. Saya menulis ini untuk kepolisian. Saya dan ayah saya pergi bersama saudara ke luar negeri. Ini mungkin mengejutkan, orang miskin seperti kami bisa pergi keluar negeri. Jangan kan bapak kami pun terkejut. Tapi ternyata nasib memang tidak bisa di tebak. Saudara dari ayah saya ternyata sukses di negeri orang. Dan dia mengajak kami pergi untuk menukar nasib."
"TUNGGU! APA MAKSUD MU! HAH! DASAR JALANG! KAU INGIN MEMBODOHI POLISI! HAH!". Teriak Edwin pada Raya.
Raya mengerutkan kening.
"Huh dasar bego! Ya iya lah pake nanya. Oh iya udah selesaikan!?"
Raya mencengkram rambut Edwin dan melihat hasil tulisan anak itu."Aa-aku tidak bisa melakukan ini!"
Ringis Edwin, air matanya pecah. Ayah nya sudah sekarat sekarang.
Dan dia harus membuat kebohongan seperti ini. Ini sungguh menyakitkan."Hah apa!? Kau mau ayah mu itu selamat atau tidak!? Kalau tidak mau aku bisa menancapkan satu pisau lagi, tapi di kepala." Ucap Raya dengan santai tapi bermakna acaman yang mengerikan.
Edwin meringis dan bersujud di kaki Raya.
"To-tolong Jangan sakiti ayah ku lagi! Aku mohon ! Aku akan melakukan apa pun yang kau perintah kan.""Raya tersenyum, menginjakkan kaki nya di kepala Edwin. Lalu mengangkat kepala laki-laki itu dan menatap nya dengan tatapan aneh.
"Kalau begitu cepat selesai..." Bisik nya
Edwin mengambil pulpen dan kertas tadi lalu menuliskan apa yang di ucapkan Raya.
"Nahh sampai mana kita tadi!? Ahh iya ayah akan berkerja dengan saudara kami. Aku mohon maaf ayah tidak bisa datang ke kantor polisi untuk memberi kesaksiannya. Tapi aku akan menulis apa yang ayah ku tahu di sini.
Ayah ku bilang dia melihat dua orang gadis di seret oleh dua orang pria dan tiga wanita ke sebuah gubuk. Ayah ku hanya melihat itu. Ayah ku tidak berani melihat lebih dekat.
Untuk ciri-cirinya ayah ku bilang.
Dua orang pria mengenakan kemeja dan sweater. Yang satu berambut biru dan satu lagi berambut coklat. Untuk yang wanita memakai baju kemeja, dres merah dan sweater. Mereka berambut pirang, putih biru, dan coklat emas. Mungkin hanya ini yang bisa saya tulis. Pukul 13.15 nanti kami akan berangkat. Terimakasih.
~EDWIN SIAN FANCO. "
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE Cupboard
RandomKisah Raya dan hidup nya yang tak jelas, membosankan dan melelahkan. Terikat dengan masa lalu yang tak bisa di lupakan, serta masalah yang membuat Raya kehilangan akal. Semua tentang hidup Raya hanyalah cerita menyedihkan tanpa arti. Namun suatu h...