CHAPTER 3

64 45 12
                                    

Setelah lelah berputar-putar, dan terjebak di keramaian jalan yang padat.
Raya, Kay dan Zena memutuskan pulang.
"Guyss mau nginep di rumah gue nggak?" Tanya Raya.
"Kayak nya nggak dulu deh Kay, mama gue lagi sakit." Tolak Kay.
"Owhh yaudah dehh, gapapa, sampaiin salam gue ke mama moga cepet sehat."
"Iya nanti gue sampaiin."
"Kalau lo Zen mau nggak. Mau yaahhhh." Bujuk Raya ke Zena.
"Ehhmmmmmm boleh dehhh" jawab Zena.
Raya tersenyum senang mendengar jawaban Zena.
"Yaudah kita Anter Kay dulu."

....................

"Guyss makasih banyak buat hari ini ya. kalian ngga mau mampir dulu nih?"
"Iya Kay sama-sama, ngga dulu deh lain kali aja."
"Yaudah kalo gitu."
"Kita pamit ya, sampaikan salam kita ke mama. Byeee!"
"Iya nanti gue samperin. Bye juga."

"Zen kita nggak langsung pulang ya."
"Emang kenapa Ray?"
"Ada urusan yang harus kita selesai in Lo nggak lupa kan?"
Zena tersenyum miring. Dia paham sangat apa yang di maksud Raya.
"Hahahaha oke gue ngerti. Yok cepet di selesai in."
"Okeee..."

.....................


Langit sudah mulai gelap, matahari tidak lagi bercahaya di langit.
Kini bulan datang Menganti nya, menerangi malam yang kelam dengan cahaya nya yang lembut.

"Huhhh akhirnya pulang jugaa!!! Badan gue pegel bangettt!
"Hahaha gue juga, lu mau langsung mandi Zen?"
"Iya gue duluan ya yang mandi, udah ngga tahan nihh."
"Oke oke lu duluan, ambil handuk di kamar gue! Nanti baju gue siapin."
"Oke sipp!"

Zena berjalan dengan langkah besar ke menuju kamar Raya untuk mengambil handuk lalu ke kamar mandi.
Raya memantap teman nya itu dengan tatapan penuh binar. Jarang sekali dia punya teman tidur. Jarang sekali teman nya bisa menginap di rumah. Jadi jika ada teman nya yang menginap Raya akan sangat bahagia.

"Rayyyy!! Jangan lupa masak gue laperrr!!" Teriak Zena dari kamar mandi.
Raya tersadar dari lamunannya.
"Iya iya. Lo mandi aja sana." Jawab nya.

Raya berjalan pelan ke kamar nya.
Di bukanya lemari untuk mencari baju nya yang pas untuk Zena.
Dia mengambil dua macam baju untuk di pilih teman nya itu.
Namun tiba-tiba selipat kain jatuh ke kedekat kaki nya. Kain yang tidak asing bagi Raya. Dia ingat betul
"Ini kan syal yang di mall tadi!" Gumam nya dengan heran.
"Kok bisa disini? Kan gue nggak beli ni syal? Apa jangan-jangan..."
Raya tersenyum dia yakin ini pasti ulah Zena. Pasti Zena membelinya syal ini dan meletakkannya ke lemari saat dia mengambil handuk tadi.
Raya sangat senang di pakai nya syal itu melingkar di leher, dan berputar putar di depan kaca.

"Ray Lo ngapain?"
Lagi-lagi suara Zena menyadar kan Raya.
Raya tersenyum dan mendekati teman nya yang hanya memakai handuk itu.
"ZENNN LO BELIIN GUE SYAL INI? LO KOK TAU GUE MAU SYAL INI? LO ADA UANG? INI KAN MAHAL?"
Tanya nya dengan antusias ke Zena.
Tapi orang yang di tanya hanya menatap Raya dengan bingung.
"Rayy tenang dulu, Lo kebiasaan deh pecicilan, itu bukan gue yang beliin sumpah, gue aja ngga tau lo suka Syal itu."
Jawaban dari Zena membuat antusias Raya hilang seketika.
Dia yakin teman nya ini pasti berbohong, tapi dilihat dari wajah nya kelihatan kalau Zena serius.
"Buahahahhahaha jangan bohong Zen , ngga lucu tau!"

Zena menatap teman nya itu dengan tatapan serius
"Rayy gue ngga bohong! gue serius Raya! Bukan gue yang beliin lo syal itu!"
Raya kembali terdiam.
"K-kalau bukan lo terus siapa?"
"Mungkin itu syal punya Lo yang udah lama tapi mirip sama yang lo liat di mall."
"Ngga Zen, gue cuma punya 2 syal hitam sama mocca, gue ngga punya yang warna sama modenya kaya gini."

Mereka berdua saling bertatapan heran bukan main.
"Apa jangan-jangan ini orang lain yang beliin terus di kasih ke lo?"
"Ngga mungkin Zen! Lagian gue dapet syal ini dari lemari waktu gue mau ngambil baju buat lo, ngga mungkin ada yang masuk ke kamar gue kan! Rumah gue kan di kunci, dan kita juga baru pulang."
"Gimana ya, mungkin ini rejeki Lo Ray. Udah terima aja lagian lo suka kan sama syal nya. Simpen aja!"
"Ummm iya dehh"

IN THE CupboardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang