DINNER

177 21 1
                                    


Tiba di restoran, sambil menunggu pesanan tiba, langit dan damar duduk berhadapan, langit hanya diam sesekali melihat ke sekeliling restoran, lain hal nya dengan lelaki yang lebih tua itu sibuk dengan handphonenya, entah siapa yang menelponnya di suasana quality time mereka.

"Bisa tolong rekap data keuangan Minggu lalu?"

"Tanyakan pada bagian pemasaran, ada berapa produk yang masuk dan keluar."

"Lalu kirimkan file nya ke handphone saya."

"Baik terimakasih kembali mrs."

Damar menaruh kembali benda persegi empat tersebut, kemudian melihat lelaki sipit di hadapannya yang terus saja menatap dirinya. "Kenapa hm? Ada yang aneh ya sama penampilan mas hari ini?" Ucapnya sambil tersenyum.

Langit menggeleng dengan posisi satu tangan menopang dagu. "Mas sibuk banget ya? Di luar jam kerja pun masih saja membahas kerjaan." Ujarnya dengan wajah masam.

"Ini penting, jadi mas harus segera menyelesaikannya." Ujar damar.

Langit mengerti sebetulnya, hanya saja, ia ingin Damar lebih mementingkan quality time mereka malam ini dari pada pekerjaannya, terdengar egois bukan?

"Baiklah." Langit mengerti.

Tak lama makanan mereka tiba.

"Eum.. mas?"

Damar menatap langit. "Iyaa kenapa ?"

"Mas, langit gak bisa makan cumi." Tunjuknya pada hidangan didepannya.

Damar menepuk jidatnya. "Mas lupa, maaf ya, kalau begitu tukar sama punya mas saja."

Karena tadi damar yang memesankan semuanya, langit terima beres, namun Damar lupa kalau langit tidak bisa memakan makanan berbahan cumi dan udang.

Jadi, damar menukar makanannya yang sama sekali tidak ada olahan laut didalamnya.

"Terimakasih banyak mas, maaf mas harus makan yang tidak sesuai pesanan mas sendiri."

Damar menepuk kepala lelaki sipit tersebut. "Tidak masalah, ini keteledoran mas juga, jadi makanlah." Ujarnya sambil tersenyum.

Sepertiga jika orang lain melihat mereka berdua, mungkin yang terlintas di pikiran orang-orang, keduanya adalah pasangan, karena perlakuan Damar yang sangat lembut pada langit. Keduanya pun terlihat serasi.

-----

Mereka tiba di rumah sekitar pukul 9 malam, langit langsung bergegas menuju kamarnya untuk bersih-bersih sementara Damar menuju ruan kerja nya.

"Nanti jam 10 bintang akan ke sini, jadi kamu boleh tidur duluan, tidak perlu menyambutnya."

Langit mengangguk, kemudian masuk kedalam kamar.

"Malam bi, saya mau ketemu Damar, Damar nya ada di rumah kan?"

Bibi mengangguk, kemudian mempersilahkan sahabat tuannya itu untuk masuk, bibi kenal betul dengan bintang, jadi tidak perlu bertanya janji dan semacamnya.

"Ada pak bintang, silahkan masuk, pak damar ada di ruang kerja nya."

"Hatur nuhun bi."

*Hatur nuhun= terimakasih

Bibi mengangguk sambil tersenyum, kemudian kembali ke belakang.

Sementara itu bintang sudah berdiri di depan pintu ruang kerja damar, di ketuknya sebanyak tiga kali. Damar pun menyahut didalam sana. "Siapa? Langit? Masuk saja pintu nya tidak mas kunci kok."

Ketukan keempat kali nya. "Langit jangan bercanda ya sudah malam ini."

Ke lima kali nya. "Ck, apa mau nya anak itu." Monolognya.

Lalu damar beranjak dari duduknya menuju pintu, saat dibuka. "Kamu ini mau nya ap-

"Hehee, pasti ngiranya langit ya? Hayoh wae langit langit langit."

*Hayoh wae = terus aja

Damar berdecak. Sahabatnya ini ada ada saja. "Bintang? Kamu kan bisa langsung masuk, kenapa harus mengetuk sampai beberapa kali."

Bintang terkekeh. "Biar beda aja."

"Yaudah masuk dulu, biar saya nyuruh bibi bawain minum." Kemudian damar mnyuruh bibi membawakan minum hangat untuk bintang dan dirinya.

"Langsung saja ke inti nya, saya ingin istirahat." Ucap damar.

Bintang mengangguk, ia membahas masalah keuangan yang kita bahas di restoran tadi.

Mereka berdua pun mmbahas pekerjaan sampai pukul 12 malam. Setelah selesai, bintang pamit pulang. Dan damar pun pergi ke kamarnya.

"Dah urang balik dulu, salam aja buat si langit."

"Iyaa, hati-hati tang."











To Be Continue

I Don't Know How I Feel || Jeongbby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang