-ʊ-
Seorang pria manis tengah berkutat dengan laptop nya, dia tersenyum seraya menekan tombol lalu memandang layar laptop tersebut, "Kira-kira gimana ya reaksi mereka."
Namun, tatapannya tak bertahan lama pada layar itu. Ia memalingkan wajah ke arah tumpukan kardus di sudut ruangan, tempat ia menyimpan barang-barang lama yang sudah tak terpakai. Tiba-tiba, dorongan untuk membereskan barang-barang itu muncul di benaknya. Hari ini tampaknya cocok untuk sedikit merapikan gudang, pikirnya.
Dia Bucky Emier Dzaky, pria berusia 19 tahun yang tinggal sendiri dan berkerja sebagai polisi sedang menikmati hari santai sembari membaca tulisan yang dia buat untuk novel nya terpaksa berhenti dan bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati kardus-kardus tersebut. Dia tengah berusaha untuk mengangkat sebuah kardus besar yang sedikit berdebu, lalu membawanya ke gudang dengan hidung yang disumpal agar debu tidak memasuki nya.
Bucky memandangi setiap ruangan yang dia lewati terlihat seperti kastil saja pikirnya. Langkah nya berhenti ketika dia sampai didepan pintu gudang.
Dengan gerakan cepat, Bucky membuka pintu menuju gudang. Begitu masuk, aroma debu yang bercampur kayu lapuk menyambutnya. Cahaya sore yang masuk melalui celah-celah dinding gudang menerangi sebagian tumpukan barang-barang lama.
Bruk!
"Ugh berat!" Bucky menepuk tangan yang terkena debu, dia memandangi sekitar ruangan dan mencibir. "Ini yang punya rumah sebelum nya gak pernah bersihin gudang apa, kotor banget iih."
Dinding dinding gudang dan barang barang didalam benar-benar dipenuhi debu, Bucky mengusap wajahnya hingga kapas yang menyumpal lubang hidung nya terlepas.
"Hachi!.. " Bucky menggerutu sambil mengusap hidungnya. "Ugh! Debu rese!"
Dia mengibas permukaan didepannya sambil masih menatap sekeliling hingga Pandangannya terpaku pada sebuah objek besar di sudut yang tertutup kain merah. Kain itu tampak tebal dan lusuh, menutupi sesuatu yang cukup besar.
Iris onyx itu menatap intens objek besar tersebut, semakin intens saat Bucky mendekati objek itu. Rasa penasarannya semakin kuat. Perlahan, ia meraih kain yang menutupi benda tersebut, menariknya dengan lembut. Kain itu jatuh ke lantai dengan suara berdesir, memperlihatkan sesuatu yang benar-benar tak terduga.
Di depannya, berdiri tegak sesosok pria. Tubuhnya kokoh dengan detail otot yang kencang dan kulit yang halus serta proporsional, seolah dipahat dengan penuh keahlian. Wajahnya rupawan memiliki fitur yang menonjol: rahang tegas, mata yang tertutup namun tampak dalam dan tajam, dan postur yang mengesankan. Sosok besar itu tampak seperti prajurit yang berdiam diri, menunggu untuk dibagunkan kembali setelah lama tertidur.
Bucky terdiam beberapa detik, matanya membelalak tak percaya dengan apa yang ia temukan. "Apa... apa ini mayat?" bisiknya pada dirinya sendiri.
Ia mendekat, tangannya mengelus permukaan dingin dari robot itu, merasakan tekstur logamnya yang keras. "ini.. Robot?" tanya Bucky, dia kira pria gagah didepan nya adalah manusia yang dibunuh psikopat dan di sembunyikan digudang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not just a robot
Roman d'amourBucky awalnya hanya berniat menaruh barang-barang tak terpakai di gudang, namun Saat iris onyx miliknya menangkap benda yang tertutup kain, rasa penasarannya semakin membesar. Ketika kain tersebut ditarik, ia terkejut mendapati sosok robot pria gaga...