Bucky awalnya hanya berniat menaruh barang-barang tak terpakai di gudang, namun Saat iris onyx miliknya menangkap benda yang tertutup kain, rasa penasarannya semakin membesar. Ketika kain tersebut ditarik, ia terkejut mendapati sosok robot pria gaga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-ʊ-
Bucky mengembuskan napas pelan, membiarkan tubuhnya semakin rileks dalam dekapan L. Ia menyesuaikan posisi, mencari kenyamanan lebih. Melihat itu, L merapatkan pelukannya, tangannya dengan lembut mengusap perut Bucky, seolah berusaha memberikan ketenangan yang dibutuhkan tuannya.
Bucky tetap diam, meskipun pikirannya mulai terusik oleh sensasi hangat yang aneh. Keningnya berkerut, ada sesuatu yang tak masuk akal. Ia tahu pasti bahwa tangan L, tangan yang kini mengelus perutnya dengan penuh kelembutan, terbuat dari logam. Sebuah tangan buatan. Tapi kehangatan ini, kehangatan nyata yang mengalir dari sentuhan itu, sama sekali bukan sesuatu yang seharusnya dimiliki oleh sebuah robot.
'Ini beneran tangan robot, kan?' pikir Bucky, kebingungan.
Perlahan, dia mengangkat pandangannya, menatap wajah L dengan penuh tanda tanya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah ekspresi datar khas L, dihiasi senyum tipis yang nyaris menenangkan, seolah menyembunyikan sesuatu. Tak ada jawaban. Tak ada petunjuk. Hanya keheningan yang diiringi sentuhan lembut itu, membuat pikirannya terusik sekaligus bertanya-tanya.
Apakah L mengubah sesuatu? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Atau ada yang berbeda kali ini? Tapi meskipun pikirannya dipenuhi keraguan, tubuhnya tetap diam. Dia tidak bisa, atau mungkin tidak mau, menolak kenyamanan ganjil yang kini menyelimutinya.
Hembusan angin lembut menerpa wajah Bucky, membuat rasa kantuk perlahan menyergapnya. Dengan posisi yang tetap nyaman dalam dekapan L, matanya mulai terpejam. Tak butuh waktu lama hingga dengkuran halus keluar dari bibirnya, nyaris terdengar seperti melodi tenang yang mengisi keheningan ruangan.
L menundukkan kepala, memandang Bucky yang sudah terlelap. Wajah polos itu tampak damai, seperti anak kecil yang akhirnya menemukan tempat perlindungannya. Jari-jarinya masih bergerak pelan, mengelus perut Bucky dengan ritme lembut, seolah menjaga keheningan agar tetap utuh.
Tangan L, yang berada di dalam kaos Bucky, bergerak sedikit ke atas, menjelajahi punggungnya dengan hati-hati. Sentuhan itu bukan sekadar tindakannya sebagai robot, melainkan ekspresi samar dari sesuatu yang mungkin lebih dalam. Sesaat, L terdiam, menatap lekat wajah Bucky yang terlelap tangan yang masih berada didalam kaos Bucky perlahan naik lebih atas.
"Sangat lembut dan... Kenyal." L tersenyum miring lalu mengangkat tubuh Bucky dan menggandong nya ala koala, membawa si manis masuk kedalam dan menidurkan nya di kasur.
L mengukung Bucky, wajah nya sangat dekat dengan simanis, mata merah menyala itu menatap Bucky penuh arti sebelum semakin mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir ranum Bucky yang sedikit terbuka. Ia menjeda beberapa menit lalu melepaskan nya, menjauhkan wajahnya kemudian merebahkan tubuh nya di sebelah Bucky.
Menarik tubuh kecil simanis dan memeluknya, iris merah menyala itu semakin bercahaya serta membentuk lingkaran yang bergerak beberapa detik kemudian hilang dan redup seketika.