02

1.5K 155 9
                                    

-ʊ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ʊ-

Langit mulai berganti warna, menyambut mentari yang perlahan muncul di cakrawala. Bucky menggeliat pelan, mencoba mengusir kantuk yang masih menyelimuti. Namun, tubuhnya mendadak kaku ketika ia menyadari ada tangan yang melingkar erat di pinggangnya.

Mau tak mau, kelopak mata Bucky yang masih berat perlahan terbuka, membiarkan pandangan buramnya bertemu dengan sosok yang memeluk erat pinggangnya. Begitu fokus matanya mulai jelas, tatapan netral onyx miliknya kembali berpendar oleh keterkejutan yang tiba-tiba menyeruak.

Wajah seorang pria tampan dengan ekspresi tenang tampak begitu dekat, membuat Bucky tersentak. Refleks, dia mencoba mengendalikan keterkejutannya dan mulai melepaskan cengkeraman tangan si robot yang melingkar kuat di tubuhnya.

"Gila, kenceng banget pelukannya! Ini robot mau bikin aku sesak napas, apa gimana sih?!" gerutunya pelan sambil terus berusaha membebaskan diri, meski cengkeraman itu terasa kokoh seperti baja.

Pria manis itu larut dalam pikirannya, tanpa sadar, kedua kelopak matanya yang tertutup perlahan terbuka, menampilkan sepasang netra merah yang memancarkan kilau terang. L menatap wajah manis tuannya dengan tatapan lembut, lalu menepuk perlahan pipi chubby Bucky, membuat pemilik pipi itu tersentak dan langsung menoleh ke arahnya.

"Selamat pagi, Tuan." sapa L dengan suara tenang, disertai senyum tipis yang menghiasi wajah datarnya.

Bucky membeku sesaat, masih canggung dengan kehadiran L di sisinya. Ia akhirnya membalas sapaan itu dengan nada sedikit gugup, "P-pagi juga."

Mendengar balasan dari sapaannya, L langsung bangkit dan tanpa peringatan mengangkat tubuh Bucky membuat Pria manis itu tersentak kaget untuk kedua kalinya.

"Sudah kubilang, jangan melakukannya tiba-tiba." gerutu Bucky, nadanya setengah marah setengah malu.

"Maaf." Walaupun suara L terdengar datar seperti biasa, mata tajamnya memancarkan rasa bersalah yang tulus. Bucky hanya bisa menghela napas panjang, memilih diam meskipun hatinya masih berdebar karena kejadian itu.

Tanpa banyak bicara, L membawanya ke kamar mandi. "Anda mau mandi sendiri atau saya perlu membantu—"

"Mandi sendiri" potong Bucky buru-buru, suaranya nyaring. Wajahnya memerah, campuran antara malu dan panik.

L mengangguk pelan mendengar jawaban Bucky. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya kembali. Setelah itu, L menuju walk-in closet, mengambil seragam polisi dan pakaian dalam Bucky, lalu meletakkannya rapi di atas kasur. Sebelum pergi, L sempat menoleh ke arah pintu kamar mandi sejenak, seperti memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian ia melangkah keluar dari kamar Bucky.

Not just a robotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang