-ʊ-
Bucky terbangun dengan tubuh yang terasa sakit, apalagi dibagian bawah. Ia meringis pelan ketika mendudukkan tubuh nya.
"Aku salah posisi tidur atau kenapa sih, kok sakit banget." Keluh nya dengan wajah masam.
Bucky merapikan tempat tidurnya sambil sesekali meringis. Ia berjalan tertatih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Air dingin yang mengalir membuatnya sedikit lebih segar, meski rasa nyeri di tubuhnya masih terasa.
"L?" panggilnya setelah keluar dari kamar mandi. Tidak ada jawaban. Bucky mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, mencari sosok robot yang biasanya selalu ada di dekatnya.
Di meja nakas, ia menemukan secarik kertas dengan tulisan rapi:
"Saya ada urusan sebentar. Sarapan sudah saya siapkan di meja makan. Jangan pergi kemanapun sampai saya kembali. - L"Bucky mengernyitkan dahi membaca pesan itu. Ada sesuatu yang berbeda dari nada pesan L, tapi ia tak bisa memastikan apa. Dan dia bingung sejak kapan robot terlibat sesuatu hingga memiliki urusan? Bucky menghela nafasnya Sambil mengangkat bahu, ia berjalan ke dapur.
Di meja makan, tersaji sandwich dan segelas susu hangat. Bucky tersenyum melihat perhatian L, meski ada sedikit rasa khawatir yang menggelayuti hatinya. L tidak pernah meninggalkannya sendirian seperti ini.
Bucky memandangi sandwich lalu duduk di kursi dan mengambil nya. Dia memakan sambil sambil menimbang-nimbang. Walaupun L memintanya untuk tetap di rumah, ia merasa tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Lagipula, ia punya tanggung jawab sebagai seorang polisi.
"Maaf L," gumamnya pelan sambil menggigit sandwich itu. "Tapi aku tidak bisa berdiam diri saja di rumah."
Setelah menghabiskan sarapannya dan meminum susu hangat, Bucky bergegas bersiap untuk bekerja. Ia mengenakan seragam kepolisian seperti biasa, lalu menyambar tas kerjanya. Rasa nyeri di tubuhnya masih ada terlebih dibagian paha dalamnya, tapi ia berusaha mengabaikannya.
Di perjalanan menuju kantor polisi, Bucky terus memikirkan sikap aneh L belakangan ini. Robot itu menjadi lebih posesif dan protektif terhadapnya. Bahkan pesan yang ditinggalkan pagi ini terkesan seperti sebuah perintah, bukan permintaan.
'Mungkin ada sesuatu yang tidak dia ceritakan padaku.' pikir Bucky sambil menghela napas.
Sesampainya di kantor, Bucky disambut oleh suasana yang tidak biasa. Rekan-rekan polisinya tampak sibuk dengan berkas-berkas di tangan, beberapa bahkan berlarian di koridor.
"Bucky! Syukurlah kau datang!" Hoan, rekan kerjanya, menghampiri dengan wajah serius. "Ada kasus pembunuhan berantai yang aneh. Beberapa teknisi laboratorium ditemukan tewas pagi ini."
Bucky mengernyitkan dahi. "Pembunuhan berantai? Di mana?"
"Di laboratorium pusat penelitian. Yang aneh, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, tapi mereka semua tewas dengan ekspresi ketakutan. Dan lagi..." Hoan mendekatkan wajahnya, berbisik, "semua sistem keamanan canggih di sana seperti dinonaktifkan dari dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not just a robot
Roman d'amourBucky awalnya hanya berniat menaruh barang-barang tak terpakai di gudang, namun Saat iris onyx miliknya menangkap benda yang tertutup kain, rasa penasarannya semakin membesar. Ketika kain tersebut ditarik, ia terkejut mendapati sosok robot pria gaga...