1

1K 78 10
                                    

Beberapa hari sebelum pembukaan LATSITARDANUS ke-44 di Balikpapan, Fabiola dan Khalifah duduk bersama di ruang tamu akademi, menerima pemberitahuan tentang penempatan mereka di Penajam Paser Utara.

"Ternyata kita satu penempatan di Penajam ya Khal." pancing Fabiola

"Hm... katanya sih gitu. Divisi promosi dan penyuluhan, ya?" jawab Khalifah tanpa memalingkan pandangan dari telfon genggamnya. Ada urusan penting sepertinya disana, dia terlihat sangat sibuk mengetik-ngetikkan sesuatu.

"Iya. Sayang banget ya katanya kita bakal tinggal di rusun bukan di rumah warga"

"Kenapa emang?"

"Penasaran aja, biar berasa KKN gitu kayak anak-anak kuliah. Kan kalo mereka pengabdian langsung nginep dirumah warga tuh biasanya."

"Ohh..." Khalifah mengangguk-angguk

"..."

Hening. Ketika Fabiola dan Khalifah berdua, canggung merayap di antara mereka seperti bayangan yang tak terucapkan. Mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara mendalam selain dari beberapa kali pertemuan untuk proyek-proyek video humas. 

Mereka tidak sekelas, bukan dari pengiriman polda yang sama, dan tidak pernah melaksanakan latja bersama. Selain dari beberapa kali syuting konten untuk humas akpol, bisa dibilang mereka sama sekali tidak pernah ngobrol. Untuk ngobrol saja tidak, apalagi main bareng. Wajar bahwa mereka berdua merasa canggung berada di dekat satu dengan yang lain. Fabiola terlalu aktif, sedangkan Khalifah terlalu pasif. Bagaikan bumi dan langit, sama sekali bukan kombinasi yang cocok.

Fabiola yang notabene lebih ceriwis biasanya selalu mencoba mengatasi kecanggungan itu dengan menjadi orang yang membuka percakapan,

"Jadi, Khal, apa yang menurut kamu jadi fokus pertama kita di Penajam?" tanya nya

Dalam TugasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang