01

216 22 0
                                    

“[Name]” tampak seorang pria yang mencium mesra telapak tangan gadis yang berusia 2 tahun lebih tua darinya itu.

“Duh, bayi besar satu ini” si gadis tampak tersenyum, kemudian, tangannya yang tadinya berada di pipi Sho beralih ke daun telinga Sho dan menjewernya.

“A, sakit” Sho berujar dengan wajah datarnya.

“Jangan manja. Tadi kamu abis bolos sekolah kan? Jangan lupa kalau bentar lagi aku juga bakalan selesai PKL disini” [Name] kembali mengelus bekas jewerannya.

“Abis itu kita bisa nikah kan?”

“Ndasmu”

Iris (e/c) itu terbuka sempurna saat ia menyadari bahwa waktu sudah pagi. Dia mengerjap, kemudian netranya beralih ke sebelahnya.

“... Sho kalau lagi tidur gini kayak orang normal” gumam [Name] saat melihat keberadaan suaminya itu.

Tangannya ia bawa untuk mengusak surai hitam itu, sebelum akhirnya dihentikan oleh tangan lainnya.

“[Name], baru pagi jangan bikin baper” kata Sho sambil menaruh tangan [Name] ke pipinya. Matanya menyipit karna masih belum sepenuhnya sadar.

“Sa ae remah rengginang” [Name] mencubit pelan pipi Sho. “Bangun, kita sarapan dulu, ga baik kalo telat sarapan” Ajak [Name], kakinya turun dari ranjang dan segera membuka gorden hingga cahaya masuk dan menerangi kamar itu.

“Hoahhm~” Sho meregangkan badannya. Dia melihat istrinya yang nampak sibuk membersihkan ranjang yang kacau.

[Name] sendiri tampak sedikit tidak percaya kalau sekarang dia udah punya suami.

Dia melihat tangan kanannya yang sudah dihiasi cincin pernikahan di jari manis, melihat itu, senyumnya mengembang.

Rasanya baru kemarin ia dan Sho berjumpa di sekolahan. Sho sebagai murid, dan dia sebagai mahasiswa yang sedang menjalani PKL.

[Name] sebenarnya agak kaget mendengar bahwa Sho itu sudah 20 tahun saat pertama kali bertemu. Dia bertemu dengan Sho saat umurnya kira-kira 22 tahun.

Tapi... Namanya juga hidup. Dia lebih tidak menyangka lagi jika anak yang menjadi muridnya dulu kini sudah resmi menjadi suaminya.

*****

[Name] sekarang sedang asik berkutat di dapur. Rencananya, ia ingin membuat sup ayam untuk sarapan di pagi hari ini.

Saat sedang asik memasak, ia merasakan pinggangnya dilingkari sepasang tangan yang memeluknya erat.

“Pagi, [Name]” sapa Sho dengan senyumannya, kepalanya ia letakkan di ceruk leher [Name].

“Pagi juga, bayi” [Name] tertawa pelan. Tangannya yang menganggur ia gunakan untuk mengelus surai hitam itu.

Sho tampak terdiam sejenak.

“[Name], kamu ga cape?” tanya Sho dengan tangan yang masih melingkar di pinggang istrinya itu.

“Huh? Cape kenapa?” [Name] menoleh, kini ia menghadap ke arah Sho.

“Semalam kan—”

[Name] sontak menutup mulut Sho dengan cepat.

“Diam” [Name] memandang horor.

Sho tersenyum jahil, “Kenapa? Kemarin itu hari paling menyenangkan, tau”

Wajah [Name] memerah, “Shht, sana mandi. Kamu bau” [Name] mendorong Sho ke kamar mandi.

“Loh tapi kan aku ngomong jujur—”

“Shoo!”

Sho tersenyum tipis. Akhirnya ia menuruti perkataan [Name] dan segera mandi.

“Dasar” [Name] menggeleng pelan.

Hidungnya kini mencium aroma makanan yang entah kenapa terasa aneh.

Eh, tunggu dulu.

“Sup-nya!!” panik [Name] lalu kembali ke dapur.

Husband | Sho [Wee!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang