06

75 11 0
                                    


[Name] terbangun.

Ga, ga, kali ini bukan karna maling.

Tapi karna Sho tampak tidur dengan gelisah.

[Name] mengubah posisinya menjadi duduk dan dengan segera memutar tubuh Sho hingga menghadap ke arahnya.

Perlahan, tangannya mengelus surai hitam itu.

"..." Netranya memandang sendu ke arah Sho yang berkeringat dingin dalam tidurnya.

Dia sudah tau kehidupan yang Sho alami selama ini. Termasuk saat ia meneror seorang dokter karna merasa dikhianati.

Sho sendiri yang bersedia menceritakannya, karna ia tidak ingin ada hal-hal yang ditutupi. Apapun itu.

Meskipun dia tidak ingin [Name] mengetahui masa lalunya yang kelam, tapi dia lebih tidak ingin lagi jika [Name] kecewa padanya karna harus mendengar hal itu dari orang lain.

[Name] juga tidak mempermasalahkan.

Gini-gini, dia pecinta cowo black flag.

/khem.

Tapi jangan salah paham. Dia menerima lamaran Sho bukanlah karna rasa 'iba'.

Kalau ditanya kenapa...

[Name] juga ga tau.

Padahal dia tau kalau Sho memiliki banyak sekali kekurangan dibalik kelebihannya.

Kelebihan Sho?

Tampan dan sangat pintar, hingga [Name] rasanya ingin berteriak kesal saat tau bahwa Sho selama ini bahkan sering bolos dan tertidur selama pelajaran berlangsung, karna selama di pelajarannya, Sho selalu bersikap baik.

Padahal dia sendiri susah payah buat pertahanin nilai...

Jika kekurangan, itu lebih ke sifat Sho selama ini.

Kasar, sering berantem, merokok pula, [Name] jadi heran sendiri kenapa dia bisa nerima bocah satu ini.

Tapi semakin lama bersama Sho, dia menemukan susunan kata yang ia ubah menjadi definisi 'cinta' menurut dia sendiri.

'Cinta itu adalah saat dimana kamu dapat menemukan dan menerima kekurangan seseorang'

Tapi, itu menurutnya. Karna definisi 'cinta' itu berbeda-beda setiap individu.

"Ugh..." lagi-lagi Sho mengernyit dalam tidurnya.

Dengan cepat, [Name] memeluk Sho dan memberikan kata-kata penenang yang sekiranya diperlukan oleh Sho.

Seperti...

"Jangan khawatir... Kakak ada disini..."

"Sho jangan dengerin mereka ya?"

[Name] memang lebih suka memanggil dirinya sendiri 'kakak' di situasi tertentu, seperti saat ini.

Kenapa dia tidak berkata, 'tenang, itu cuman mimpi'?

Karna dia tau, bahwa mimpinya tidak bisa sekedar di ucapkan dalam kata seperti 'cuman' atau 'hanya'.

Karna nyatanya, mimpi itu adalah masa lalu yang pernah ia alami namun kembali teringat dalam wujud 'mimpi'.

Mata Sho terbuka dengan cepat, ia tampak kaget hingga terbangun tiba-tiba.

Saat terbangun, ia dapat melihat senyuman teduh milik [Name] yang menenangkan.

Lantas, ia segera memeluk wanita yang lebih tua darinya itu.

"[Name]..." panggilnya dengan suara serak.

"Ssh, gimana? Perasaannya udah mendingan? Atau kita ke bawah dulu buat minum?" [Name] tampak mengusap-usap punggung lebar itu.

"... Bisa peluk begini aja?" Sho menatap mata teduh milik [Name].

Tatapan itu, adalah tatapan yang sangat ia sukai.

Tidak mengandung tatapan iba, risih, kesal, atau... Tatapan yang seolah-olah mengatakan bahwa dia 'anak aneh', seperti saat ia kecil dulu dan masih hidup di daerah kumuh.

Yang ia lihat di tatapan itu justru hanyalah tatapan menenangkan, yang seolah mengerti apa yang ia alami.

Meski ia tau, bahwa 'mengerti' terlalu sulit untuk manusia, karna jangankan orang lain, mengerti tentang diri mereka sendiri saja rasanya sulit.

"Utututu, bayi kebangun, deh" [Name] menepuk-nepuk pipi Sho gemas.

"Bwaa..." Sho menirukan suara bayi sambil mendusel manja.

[Name] bersyukur.

Dulunya, ia sempat berpikir bahwa Sho hanya ingin menjadikannya candaan, karna sedikit bingung dengan tipe idaman Sho yang 'harus lebih tua'.

Yah, tapi sekarang ia tau alasan Sho memilih orang yang lebih tua darinya.

Karna dia butuh perhatian lebih.

Dia ingin diperlakukan seperti anak kecil.

Dan ia tidak ingin menjadi pihak yang dipaksa harus mengerti pasangannya.

Bukannya Sho egois.

Sho akan memberi perhatian, tapi dia tidak suka dipaksa dan di haruskan seolah-olah itu adalah bebannya sebagai seorang laki-laki.

Tapi [Name] sendiri ga yakin, kalaupun ada sosok wanita yang lebih muda, [Name] sepertinya akan meragukan kewarasan wanita muda itu karna tak sanggup memberikan hal yang Sho inginkan.

Karna mau bagaimanapun, umurnya masih labil untuk mengerti perasaan Sho, dan sebaliknya, ia akan menuntut ini-itu dan meninggalkan Sho ketika dia merasa bahwa Sho tidak dapat memenuhi keinginannya.

Dan itu hanya akan menambah luka baru bagi Sho.

Tapi bukan berarti wanita dewasa juga selalu dewasa. Contohnya saja, dokter yang dulu membantu Sho untuk terapi.

[Name] tersadar. Sekarang bukan waktunya buat mengenang masa lalu.

Soalnya...

"Zzz..."

Sho ketiduran sambil meluk dia, mana erat banget lagi.

Terpaksa, dia hari ini tidur dalam posisi duduk.

Ah, selamat datang, encokku~

A/N : Maaf kalau chapter ini agak-agak gimana gitu... Soalnya alur begini ga cocok buat aku yang suka alur yang enjoy dan bahasanya ga terlalu formal 😔.

Tapi aku usahain aja. Soalnya, kapan lagi kita bisa nyobain sesuatu yang baru dan keluar dari zona nyaman kita?

Husband | Sho [Wee!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang