10 [End]

76 10 0
                                    

Mari kita langsung melihat waktu kalian di penghujung umu-- /plak

9 bulan kemudian.

“...”

“...”

“... Tidak kuduga, ternyata kamu jago memanfaatkan wajahmu ya, Sho” tukas [Name] dengan perut besarnya sedang duduk di tempat Sho kini memulai bisnisnya.

“Sayang kalau ga dimanfaatin” ujar Sho dengan senyum karirnya.

“Haha” [Name] tertawa. Ternyata suaminya ini sadar diri kalau ganteng.

Tapi kok dia kesel y?

Ya, kini Sho sudah membuka bisnisnya, yakni restoran.

Sangat tidak... Terduga.

Meski begitu, restorannya lumayan ramai.

Karna apa?

Tentu saja karna baik pegawai maupun si pemilik restoran itu tampan.

Ah, ya. Pegawai.

Sebenarnya, selama beberapa bulan restoran ini berdiri, Sho hanya ikut andil secara langsung selama 1 bulan, sisanya ia kerahkan pada pegawai baik hati yang dapat ia andalkan.

Pegawai-pegawai di toko Sho : Ini bukan kerja! Ini perbudakan yang diberi gaji!!

Tentu saja pegawainya laki-laki.

Selain karna Sho tidak ingin [Name] marah, dia juga kurang suka bekerja dengan perempuan yang selalu berusaha mencari perhatiannya hingga mereka tidak fokus dengan pekerjaan.

Dan jadilah bisnis ini ✨

“... [Name], kita balik aja ya? Disini pemandangannya bikin eneg” Ujar Sho yang sedang melihat pegawai laki-laki yang sedari tadi tersenyum ramah pada pelanggan yang datang untuk memesan makanan.

Tapi pelanggannya juga datang untuk diberi asupan cowo tampan seperti itu, jadi tidak ada masalah sejauh ini.

“Yah, padahal baru juga melihat keindahan dunia” murung [Name].

“‘Baru’? Ayolah, padahal tiap hari kamu juga ngelihat aku. Apa perlu aku pecat mereka?” Sho memasang senyum mematikannya seraya menatap para pegawai, hingga yang ditatap membatin tersiksa merasakan hawa dingin dari Sho.

“Jangan, dong. Kasian muka tampannya” [Name] tertawa melihat wajah Sho yang sudah menggelap tak suka.

“Pulang, yuk. Aku cape”

Seketika wajah Sho kembali berbunga-bunga, “Ayo”

Pegawai lantas membatin, ‘Giliran sama pawangnya aja langsung baik, dih’

Julid sekali ya kalian.

Mirip siapa sih?

Di dalam mobil, [Name] terus bersenandung ria.

Kadang juga ia akan bercerita hal-hal random yang ditanggapi dengan baik oleh Sho.

“Nah terus pas dia ngehina tuh— ouch”

Muka [Name] mendadak kicep.

Sho noleh ke arah [Name].

“[Name]? Kenapa?”

“Sh-Sh-Sho... Si dedek nakal banget...” Ujar [Name] dengan senyum pasrah.

“Heh? Kenapa?” Sho langsung meminggirkan mobil mereka.

[Name] tersenyum dengan ekspresi nelangsa.

“Sho, kayaknya dia mau liat dunia luar.” Ucap [Name] dengan wajah tertekan sambil memegang perutnya.

Sho yang baru ngeh langsung panik.

“Hah!? Yang bener!? Bentar aku telpon— anjir nelpon siapa, damkar?”

...

‘Am I a joke for you? :)’ —[Name]

Melihat Sho yang sedang tidak bisa berpikir rasional, terpaksa [Name] menggunakan kekuatannya untuk menggeplak kepala Sho.

“Kamu ga liat tempat kita parkir itu di depan rumah sakit!?” Kacau sudah rencana [Name] yang ingin menjadi ibu normal biasanya.

Disaat-saat mau brojol begini, kalau ibu lainnya fokus menenangkan diri untuk menghemat tenaga, dia malah fokus ngebalikin kewarasan suaminya.

“Ah, iya” Celetuk Sho yang baru ngelihat bangunan besar itu.

[Name] pasrah /pose buddha.

Setelah kewarasan Sho kembali, Sho kini menggendong [Name] dan memanggil perawat untuk segera membantu proses persalinan.

Kira-kira 11-12 jam Sho menemani [Name] yang sedang menjalani proses persalinan.

Lama?

Ya, karna [Name] ingin dia melahirkan secara normal.

“[Name]...” Sho memandang sendu ke arah [Name] yang sedari tadi berkeringat.

Plak!

Alhasil, geplakan lah yang diterimanya.

“Ngapain masang muka begitu! Aku yang mau lahiran, bukan kamu!”

Sensi sekali bumil satu ini.

“Sho, tangan” pinta [Name] sambil menyodorkan tangannya.

Dengan raut bingung, Sho menaruh tangannya di atas telapak tangan [Name].

“Makasih, kalo sakit, tahan ya” [Name] memberi aba-aba dengan senyuman manis.

“Hah? Iya?” jawab Sho ragu.

Grep!

“Khh-” Sho menahan suaranya mati-matian sambil menunduk, merasakan tangannya yang kini digenggam erat oleh wanita yang sayangnya istrinya ini.

“Maaf... Sho, tapi aku sendiri juga ga kuat” [Name] menangis imajiner dengan wajah nelangsa.

Para petugas medis yang melihat kerandoman pasutri itu hanya terbengong.

Bisa-bisanya lagi proses persalinan gini malah ngedrama?

Tapi sesaat kemudian mereka menggeleng dengan tawa kecil dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Hingga akhirnya—

Oeee
Oeee!

Suara tangis bayi terdengar di dalam ruangan.

𝐒𝐢𝐤𝐥𝐮𝐬 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 = 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐦𝐮 - 𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 - 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 - 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢.

Husband | Sho [Wee!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang