04

79 10 0
                                    

Prang!!

[Name] terbangun dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara benda pecah dari lantai bawah.

Ia mengucek matanya pelan, lalu menoleh ke arah Sho yang masih memeluknya erat.

Perlahan, dia mengguncang badan Sho.

“Shoo~” panggil [Name] dengan wajah mengantuknya.

“...[Name]?” Sho akhirnya terbangun. Dia mendudukkan dirinya dan memandang khawatir ke arah [Name], “Kenapa? Ada yang sakit?”

“Dibawah...” gumam [Name] yang masih bisa didengar oleh Sho.

“Kenapa dibawah?” tanya Sho heran.

Prang!

“Aku juga gatau, tapi daritadi bunyi piring pecah mulu” kata [Name] yang kini sudah sadar sepenuhnya.

“...Apa aku naruh piringnya ga rapi, ya?” Sho ovt.

“Hoahhm~ Mending kita cek langsung aja, yuk”

Sho kadang ga tau harus bersyukur apa engga dapat pasangan yang ga kenal takut begini.

“Yaudah, ayo”

Mereka berjalan berdua menuruni tangga, tentunya dengan [Name] yang memegang sapu di tangannya, jaga-jaga katanya.

Prang!!

Kesabaran [Name] kian menipis tiap kali suara pecahan piring terdengar.

‘Kalo begini terus kita makan pake alas apa lagi!?’ [Name] berteriak frustasi di batinnya.

Saat mereka berdua berhasil mencapai lantai bawah, [Name] langsung mengecek dapurnya.

Dan benar saja, disana terdapat seseorang yang sibuk memecahkan barang-barang, seolah-olah sengaja ingin membuat keributan.

Tapi, [Name] ga bisa liat wajahnya karna dia membelakangi [Name] dan wajahnya juga ditutupi kain hitam.

[Name] memasang deathglare nya, kemudian mengganti sapu dengan panci yang sudah digantung di dinding.

[Name] bergumam pelan, “Bismillah headshot”

Tung!

“Gaah—!”

Bruk

[Name] akhirnya puas setelah memberikan pukulan kasih sayang ke orang yang udah mengikis kesabarannya.

“...” Sho memandang kejadian itu dengan raut wajah seolah-olah mengatakan, ‘What the fxck!?’

Sho mendekat dengan langkah pelan, melihat orang yang diduga maling itu dengan benjolan di atas kepala.

“... Jadi... Dia mau di gimanain?” tanya Sho.

“... Ayo kita kubur di belakang rumah aja!” [Name] memberikan idenya dengan tatapan berbinar.

“Kamu mau dikeroyok warga, [Name]??” Sho ga habis pikir.

Padahal [Name] dalam kehidupan sehari-hari memiliki pikiran yang normal dan sifat dewasa, tapi entah kemana perempuan itu membuangnya saat kesabarannya yang tersisa hanya setipis tisu dibagi 2.

Akhirnya Sho menelpon polisi yang kebetulan kenalannya.

Saat Sho sibuk berbicara di telpon, [Name] malah asik menoel-noel lengan orang yang tidak sadarkan diri itu.

Ga berperikemalingan memang.

“Sho, udah belum? Kalo lama begini aku malah kepengen benjolin kepalanya lagi” [Name] marah, soalnya piring mereka udah banyak yang pecah.

Ini maling ngapain grasak-grusuk di rumah orang, si!

“Sabar” Sho akhirnya nepuk-nepuk bahu istrinya itu mencoba menenangkan.

Setelah beberapa saat, akhirnya maling itu berhasil ditangkap tanpa perlawanan.

Ya iyalah, wong masih pingsan kok.

“...” [Name] masih natap kesal ke arah maling yang dibopong sama polisi itu.

“Udah, udah. Tidur lagi, yuk” Sho ngegendong [Name] ala bridal style.

“Ada-ada aja ni hidup” [Name] menghela nafas pelan, lalu mengalungkan tangannya ke leher Sho.

“Mau tau cara nenangin diri ngga?”

Entah kenapa firasat [Name] buruk soal pertanyaan ini.

Tapi karna ga mau nethink ke Sho, akhirnya dia ngegeleng.

“Ngga. Apaan emang?”

“Main, yuk”

“Hah?”

Loading...

Waktu udah sadar, akhirnya [Name]  mukul pelan dada Sho, “Yang ada aku makin stres mikirinnya, bodoh”

“Ngga. Makanya coba dulu”

“TUNGGU- AAAAAAA!!”

*****

“[Name]?” Sho kebangun dari tidurnya saat cahaya matahari memasuki kamar mereka.

Tumben banget dia ga dirusuhin [Name] pagi-pagi begini.

“...” Sho malah ngeliat [Name] yang masih tepar.

“[Name], u okay?”

“Bocah setan” gumam [Name] yang masih kepengen bobo buat ilangin capenya.

Rasa ingin marah 📈

Sama aja tapi abis liat muka Sho 📉

Husband | Sho [Wee!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang