05

84 11 0
                                    

“Ayo jalan” Sho lagi-lagi ndusel ke leher [Name].

“...” [Name] bersidekap dada. Hadeuh, kalo gini dia susah nolaknya, kan.

“Yaudah, ayo. Mau kemana?”

Ini sebenernya yang cewe mana yang cowo mana, ya?

“Hmm, mau ke taman ngga?” Sho ngelirik [Name].

“... Tapi sekarang cuacanya panas, kalo di taman pasti orangnya rame. Tempat lain aja, ya?” [Name] mengelus surai hitam Sho pelan.

“... Ah, ke pantai aja. Disana anginnya sepoi-sepoi, walaupun tetep panas, sih”

“Oke”

*****

“[Name]~ Udah siap belum?” panggil Sho yang ada di luar rumah.

“Udah kok, bentar ya” [Name] agak kesusahan masangin sepatunya.

Karna penasaran apa yang bikin [Name] lama, akhirnya Sho masuk lagi ke dalam rumah.

“[Name]? Masang sepatunya susah, ya? Sini aku bantu” ucapnya saat melihat [Name] yang sedang berjongkok memasang tali sepatunya.

“Tolong, ya. Maaf ngerepotin” [Name] ga enak karna Sho sekarang gantian jongkok di depannya sambil ikatin tali sepatunya.

Sho ketawa kecil, setelah selesai, ia berdiri dan mensejajarkan tubuhnya dengan [Name], “No biggie, kalau kesusahan minta tolong ke aku aja, ya” Sho mengecup kening [Name].

“...” [Name] cuman mengangguk dengan wajahnya yang entah kenapa tiba-tiba aneh, ga tau aja pipinya udah merona.

Melihat itu, Sho lagi-lagi terkekeh kecil lalu mencubit  hidung [Name].

“Jangan gemes-gemes, ntar aku diabetes gimana?”

“Udah ah, ntar pantainya lari” [Name] buru-buru keluar rumah.

Meninggalkan Sho yang sedang mencerna perkataan istri kecilnya itu.

Ga lama kemudian, bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan indah, “Ada-ada aja”

*****

“Haah~ adem banget” [Name] memejamkan matanya, merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya.

Sho memandang [Name] sejenak, kemudian kembali menatap ke depan, perlahan, tangan kirinya melingkar di pinggang [Name].

Mereka berdua kini sedang menikmati sunset berdua di pinggir pantai.

[Name] menyenderkan kepalanya ke bahu Sho, lalu tersenyum saat melihat keindahan pantai saat ini.

Sunset-nya cantik kan, Sho?” [Name] berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari langit yang berwarna oranye dan sedikit warna ungu disekitarnya.

Sho menatap ke arah langit yang tampak indah, bukan hal baru untuknya mengetahui bahwa [Name] sangat menyukai langit.

Entah apapun cuacanya.

“Cantik” katanya sambil memandangi warna langit.

Tak lama kemudian, dia menoleh ke arah [Name] yang membuat perempuan itu ikut menatap matanya.

“Tapi yang disebelahku lebih cantik” Sho tersenyum tulus.

Mendengar itu, rona tipis menghiasi wajah [Name], dia tersenyum.

“I love you, [Name]” Sho merengkuh [Name] erat-erat.

“Makasih udah nerima bocah yang sering nyari masalah ke kamu di sekolah dulu”

[Name] yang mendengar itu ketawa kecil, lalu membalas pelukan Sho tak kalah erat, “I love you too, bahkan melebihi langit yang selama ini selalu aku puja keindahannya”

“Makasih juga udah nerima kakak mahasiswa yang dulu kerjaannya mikirin skripsi mulu ini, Sho”

Di bawah sunset itu, Sho dan [Name] berpelukan, dengan senyum yang menghiasi wajah mereka berdua.

*****

“Hmm... Entah kenapa, rasanya kita baru aja ngelakuin hal yang memalukan” Kata Sho tiba-tiba.

“... Bisa serius dikit ngga sih?” kata [Name] dengan senyum kesal dan perempatan imajiner di kepalanya.

Padahal baru aja romantis.

“...”

Sho terdiam dengan wajah yang merona malu. Ga nyangka juga dia bakalan bilang begitu.

[Name] maklum, soalnya bocah ini ga pernah speak up soal perasaannya sendiri sama siapapun.

Habisnya, Sho sendiri ga yakin kalau ada yang bakal dengerin dia.

Tapi, Sho senang.

Dia bisa ketemu kamu yang ngertiin dan dengerin semua yang ada di pikirannya.

Kalau dulu dia jarang didengar, sekarang dia punya kamu sebagai tempat untuk bercerita.

A/N : Utututu gemasnyaaa

Husband | Sho [Wee!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang