Prolog

160 13 0
                                    


(Sequel of Abstract Love)

Apa katanya? Aku wanita angkuh, keras kepala, berhati batu?!

Pelan-pelan ku selipkan anak rambutku ke belakang telinga, agar terdengar lebih jelas. Membatin aku dalam hati lalu tersenyum sinis mendengar segelintir orang diam-diam menggosipkan diriku. Sayangnya mereka kurang satu kata lagi, pendendam. Ku akui, aku wanita pendendam. Lengkap sudah titel buruk tersemat dalam namaku.

Ku langkahkan kaki masuk ke ruangan kerja milikku dengan anggun. Andai aku bisa mendekat, akan ku bisikan kalimat indah di telinga gajah mereka. Sebab-sebab aku berwatak keras seperti ini.

Setiap orang berubah pasti memiliki alasan. Dan sepatutnya manusia berakal tidak asal men-judge tanpa mengetahui apa yang memengaruhi ia hingga berubah memiliki watak seperti itu.

"Mitty, ada agenda lain hari ini?" Ku turunkan bokongku di kursi kebesaran jabatan tertinggi di perusahaanku sendiri.

"Tidak ada, Nona Lea. Meeting tadi adalah agenda terakhir Anda hari ini."

Mitty menunduk padaku. "Bagaimana dengan rancangan busanaku yang akan di kirim besar-besaran ke buyer asal Brazil itu? Jangan sampai melebihi deadline!" tegasku.

"Produksi rancangan busananya sudah 90% nyaris selesai, Nona. Besok sudah bisa kita antar."

Aku berdehem lalu menyuruh Mitty keluar. Bersandar aku pada kursi lalu ku putar 180°. Hingga berakhir menatap hiruk-pikuk kota Amsterdam dari balik kaca dinding tebal ruangan ku.

Ku pejamkan mata sekejap seraya tersenyum puas mengingat kejadian tadi. Aku tidak ingin berbuat sejauh itu, sebenarnya.

Namun mendengar ia merintih, menyesal juga putus asa pada kehidupannya. Membuat jiwaku terbang bebas, membuncah hasratku ingin ia rasakan lebih dari itu. Aku terlihat seperti antagonis, bukan?

Dulu aku gadis baik, kok. Gadis independent, friendly yang easy-going, meski sedikit narsis. Namun itu dulu. Saat aku masih menjadi naif, gampang percaya dan mudah di bodoh-bodohi.

Terbangun dari mimpi mengerikan yang membuka seluruh topeng manusia keji berwajah malaikat di sekitarku, membuatku sadar dan beruntung. Ku amati lagi mereka agar tak salah kira. Sayangnya dugaan hati mungilku ini di sangkal habis-habisan. Ternyata benar, dunia tak sebaik hati Cinderella.

Bahkan andai kau tahu, orang yang hidupnya tidak pernah melakukan kejahatan sekalipun ia masih tetap memiliki sisi jahat yang tidak ketahui siapapun. Dan aku percaya itu. Bedanya ada yang di tekan, sembunyikan rapat-rapat. Ada pula yang di munculkan ke permukaan, terang-terangan seperti aku.

Aku tertawa miris. Manusia yang aku kira baik nan tulus ternyata hanya segerombolan manusia keji, biadab, juga tak manusiawi yang pelan-pelan ingin menghancurkan diriku.

Ibarat mereka merangkul sambil perlahan menusukkan pisaunya di bahuku. Tenang saja, sudah ku tandai wajah mereka satu persatu di dalam mimpiku. Dengan terpaksa ku akui, mimpi mengerikan itu adalah anugerah bagiku.

Sebenarnya, aku tidak ingin menebar kebencian atau mencari musuh di kehidupanku kali ini.

Tapi bukan aku yang memulai, lho. Mereka duluan yang ingin bermain-main denganku. Menyiram bensin pada percikan api kecil yang sama sekali tidak berniat membahayakan mereka. Apa boleh buat jika sudah begini?

Sudah pasti aku turun ke lapangan dan ikut bermain-main bersama mereka. Meski terasa malas, karena aku sangat-sangat mendamba kehidupan yang tenang juga banyak uang.

Namun, membiarkan mereka selama tidak mengusik kehidupanku? Hey, jelas-jelas mereka merencanakan kehancuran hidupku. Aku bukan gadis naif yang diam saja saat hendak di sakiti, di hina, di permalukan dan di hancurkan.

Harga diriku tinggi, ku tempatkan di atas langit. Membiarkan orang yang jelas ingin menghancurkan kita tanpa usaha apapun adalah perilaku tolol. Sama saja kau memberi celah pada ular yang melingkari kakimu untuk menggigit.

Berdamai? Sebentar, ku pikir lagi.

Hah, itu sama saja dengan mengaku kalah sebelum berperang. Ini bukan gayaku sekali. I'm not a naive girl.

Melarikan diri? Oh, my God! Itu tindakan pengecut yang memalukan. Membayangkannya saja membuat harga diriku rasanya terinjak-injak oleh kaki busuk mereka.

Jadi apa yang ku lakukan? Sini ku bisikan sedikit.

Akan ku lawan saja, ku ikuti permainan mereka. Ku buat mereka lengah, menganggapku naif, polos, juga baik hati. Lalu ku buat mereka saling menusuk satu sama lain dengan permainan mereka sendiri.

Menyeringai aku saat ini bagai orang gila. Setidaknya, mata harus dibayar mata. Itu bukan jahat. Hal itu wajar demi keadilan bahwa segala sakit, penderitaan, pengkhianatan harus dipukul sama rata.

Gemeretak gigiku beradu geram, mengepalkan tangan. Nyalang mataku memerah, menahan air mata. Jangan menangis atau mereka akan tertawa.

Everything must be repaid in kind, that's right?

Ku peringatkan lagi, aku tidak jahat. Tapi aku juga bukan orang baik.

Aku bukan manusia baik.

And enjoy the revenge of my love for you.

Oh, I almost forgot. Azalea Kathleen Caldwell. Panggil aku Lea.

Tbc.

10 Juni 2024

***

Sebelum lanjut, saya sarankan baca dulu Abstract Love. Semua tokoh cerita, saya ambil dari sana dengan karakter yang berbeda.

Meski begitu, tokoh disini saya bentuk dengan karakter antagonis. Bahkan tokoh utamanya sendiri.

Semua kunci dan alasan dibalik dendam Lea ada di cerita saya sebelumnya.

Saya tidak berniat PROMOSI.
Ini hanya sekedar saran agar kalian tidak bingung.

RULES :

1. Tinggalkan jejak berupa vote atau komen. Jika tidak, silahkan minggat!

2. Tidak menerima PLAGIAT dalam bentuk apapun. Meski secuil kalimat!

jika Anda membaca cerita saya hanya untuk meniru, menjiplak atau memenuhi kebutuhan tulisan Anda. Selagi saya baik-baik, dengan hormat silahkan Anda pergi.

3. Saran dan kritik dari cerita ini, saya terima dengan terbuka. Jangan pernah sungkan. Saya senang juga berterima kasih, jika Anda benar-benar melakukan hal itu.

4. Peringatan! Cerita ini hanya berisi tentang balas dendam saja. Tidak ada hal baik, karena semua tokoh, saya buat gelap sebisa mungkin.

Jika terkesan aneh, tak bermanfaat dan tak sesuai ekspektasi kalian. Silahkan tinggalkan lapak ini. Saya menulis mengikuti imajinasi saya, bukan aturan dari kalian.

5. Ini terdengar egois. Saya tahu, penulis tanpa pembaca bukan siapa-siapa. Sementara pembaca tanpa penulis, jelas-jelas mereka tidak apa-apa. Mereka bisa mencari penulis lain.

Jadi tolong, saya minta kerja samanya🤝

Saya penulis dan Anda pembaca. Mari saling menguntungkan.

Saya tanpa kalian, tidak masalah. Sementara kalian tanpa saya, jelas tidak penting. Mari saling mementingkan.

Anda tidak suka di atur dan saya tidak memaksa.
Mari saling kerja sama🤝


Salam hangat dari diamondart💋

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang