3. Kartu AS Tersembunyi

137 8 0
                                    

Light menggeram. Meremas ia pada ponsel di tangannya. Pesan yang Light kirim hanya dibalas dua huruf oleh penerima. Tanpa kalimat sayang, jauh-jauh hingga pesan beruntun sepertinya.

Aku akan menetap di Paris menemani Ivy untuk sepekan ke depan. Ivy mendapat tawaran untuk membuat lukisan khusus oleh Mrs. Rowling.
(13.50)

Ok.
(13.50)

Jangan merindukan aku, sayang.
(13.50)

Sayang?
(13.51)

Jangan marah, okey?
(13.51)

Aku hanya menemani Ivy saja. Dia masih asing dengan negara Paris. Kekasihnya sibuk bekerja. Jangan berpikir yang tidak-tidak.
(14.15)

Kath, jangan marah sayang ...
(14.20)

No.
(14.26)

I get it.
(14.27)

Sepekan berlalu setelah percakapan singkat mereka lewat ponsel. Light terus membuka room chat ini. Berharap ada sebuah pesan berisi satu dua patah kata, meski berupa sapaan.

Nihil.

Lea tak menghubunginya sama sekali. Tak memberi kabar atau sekadar sapaan malam. Light melamun, memandang jalanan. Memikirkan hubungan mereka berdua yang tampak dingin dan acuh.

Meskipun Lea tangguh dengan norma tegas yang ia miliki sebagai wanita. Namun sungguh, Lea adalah wanita yang bertanggung jawab, pula pada sebuah perasaan yang sama-sama terbalas.

Setidaknya, wanita itu akan memberi kabar juga rutinitas hariannya setiap pagi. Pesan singkat yang menunjukkan bahwa mereka berdua masih memiliki hubungan secara tegas.

Namun itu dulu.

Semenjak terbang ke Paris, Lea benar-benar tak peduli. Sikap dingin dan tegasnya tak lagi mampu untuk dilanggar. Ada dinding kokoh yang membatas antara mereka.

Rasa bosan menjalani hubungan kini memaksa Light untuk sedikit beranjak. Rasa hambar yang nyaris hilang kini mengendap memunculkan rasa yang lain. Light tidak suka pengabaian.

Light benar-benar tidak suka di acuhkan.

Light tersentak mendapat usapan lembut di tangannya. Menoleh ia ke samping, senyumnya terukir ke atas.

"Are you okey?" tanya perempuan itu. Light mengangguk kaku.

Light memutar sedikit tubuhnya, agar leluasa menatap wanita itu. Wajah kecil nan ayu dengan hidung kecil yang tampak menggemaskan.

Ivy.

Sahabat mereka.

Light tersenyum, jarinya spontan menepikan anak rambut yang mengganggu pipi putih Ivy. "You look happy today, Ivy."

Ivy menoleh seusai menatap jalan. "And you look sad today, Light. What's it, hm?"

Lengkung bibir Light meredup seiring ia menghela nafas. Kembali ia menilik iris mata Ivy. "Lea."

Netra Ivy sontak sayu. Tangan mungilnya merengkuh ibu jari Light. "I'm sorry. Aku─aku tidak bermaksud membuat hubungan kalian menjadi seperti ini. She must be angry that I kept you with me. Lea salah paham──"

"Hey, look at me! Ivy, look me." Terpaksa Light mendekap pipi Ivy dengan kedua tangannya. Tampak binar mata Ivy menunjukkan penyesalan. Memerah juga berair.

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang