4. Teman lama; Monalisa

115 9 3
                                    

Lea's Pov

Cangkir teh ku letakkan sedikit lebih keras. Pengar kepalaku berputar sejak tadi. Menatap setumpuk berkas memenuhi meja kerja pribadiku. Hah, sial ... isinya hanya berkutat tiga bocah malapetaka yang bisa-bisanya membuatku kesal setengah mati.

Siapa lagi jika bukan,

Rick, Ross dan Dev.

Aku tidak bodoh dan ceroboh sontak percaya dan memberi tanggung jawab kepada orang asing.

Meskipun segudang prestasi dan kualifikasi yang mereka tawarkan padaku.

Aku tidak percaya.

Sungguh, aku tidak akan memberi sembarangan orang kepercayaan, janji dan setia di pundaknya.

Aku memang membutuhkan mereka. Namun catat, prinsip dan aturanku yang main di sini. Agar orang yang berada di bawah tidak semena-mena dan berpikir bisa naik ke atas.

Perlu ku katakan, dunia ini bukan cerita dongeng. Bahkan tanpa sadar, dunia yang kita tempati ini hanya berputar pada orang-orang yang egois, cerdik dan manipulatif.

Siapapun yang mampu bertahan dihantam kerasnya hidup, maka orang itu akan terampil mengendalikan hidup. Bahkan bukan sekadar dunianya miliknya, namun juga dunia milik orang lain.

Lihatlah, para pengusaha, petinggi negara, orang kaya, para miliarder, atau klan keluarga yang digadang-gadang mampu mengontrol dunia.

The Rockefellers, The house of Saud, atau The Morgans, misalnya ...

The power of privilage itu nyata adanya, egois dan manipulatif turut bermain di tangan mereka. Jika belum mengerti, sini ku bisikkan maksud ucapanku.

Bukan kah jika dilihat-lihat orang kaya justru makin kaya dan orang miskin malah kian melarat?

Itulah aturan main mereka dibalik kata 'bantuan' yang kerap kali didermakan.

Menyedihkan bukan?

Sebab itu, aku tidak serta merta memercayai kualifikasi tiga bocah malapetaka yang mereka cantumkan di dokumen yang ku pegang ini.

Perlu ku cari tau lagi. Perlu ku pastikan keakuratan informasi ini. Atau jika bisa, ku gali data tersebut hingga ke akar-akar.

Jejak hidupnya.

Masa lalunya.

Aib kotornya.

Bahkan sikap menjijikkan yang dia punya.

Katakan saja bahwa aku memiliki trust issue. Beberapa kali aku pernah merasakan sakitnya pengkhianatan.

Mirisnya lagi, mereka adalah orang yang benar-benar ku sayang dan ku beri kepercayaan paling tinggi.

Mengingat hal itu, tanganku sontak mengepal; mencengkram dokumen tanpa sadar. Gigi gerahamku gemeretak; gemetar sorot mataku.

Sungguh, aku tak sudi mengalami hal semacam itu lagi. Meskipun Rick, Ross dan Dev adalah orang yang tepat memegang misi ini. Tetapi masa lalu mereka adalah mantan para pengkhianat.

Masa lalu memberi patokan kepada seseorang untuk berubah atau justru terjebak mengulang kehidupan yang sama.

Mereka berpotensi besar berkhianat padaku di masa depan.

Sebab itu, aku ingin mereka mengikat dirinya sendiri padaku.

Bergantung dan patuh padaku. Dan memiliki kesadaran secara utuh bahwa hanya aku Tuan mereka.

Tanpa paksaan atau penekanan.

Karena mengikat mereka secara paksa, justru menambah musuh dan petaka bagiku.

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang