5. Manusia menyebalkan

124 9 0
                                    

Seminggu setelah pertemuan dengan Thalia, Lea disibukkan kembali dengan berbagai berkas perusahaan. Selain fokus dengan pembangunan butik yang nyaris selesai, Lea juga gencar menekan dan memberi arahan kepada karyawan Zaleen Company terkait busana rancangan miliknya yang akan diproduksi massal besar-besaran bulan depan.

Meeting bersama klien nyaris tidak pernah terlewat satu hari pun. Lea perlu memperluas relasi tim karyawannya guna menunjang kinerja mereka. Karena tidak mungkin Lea merangkap pekerjaan seperti menjahit, membuat payet, pola maupun pattern. Semua ia serahkan dan arahkan secara ketat pada staf butik Zaleen Company.

Schedule miliknya benar-benar padat. Pagi dan malam berganti tak terasa.

Meski begitu, Lea bukan seorang workaholic yang mengabaikan kesehatannya sendiri. Sebagai wanita karir yang terbiasa hidup mandiri, Lea terbiasa mengingatkan dirinya secara disiplin. Terbiasa peduli dan memporsikan kebutuhan tubuhnya dengan teratur.

Menyempatkan sarapan meski terburu-buru, beristirahat saat tubuh dirasa mulai lelah, bahkan Lea berusaha menyelesaikan pekerjaannya di sore hari agar tidur malamnya tidak berkurang dan berantakan.

Itulah bentuk self love yang sesungguhnya bagi Lea. Pola hidup sehat; makan, tidur dan olahraga seimbang.

Karena sejatinya tidak ada yang benar-benar peduli pada kita, kecuali diri kita sendiri.

“Nona, tadi Mr. Bert menelpon lewat telpon kantor. Beliau menanyakan perihal makan siang Anda,” tanya perempuan berambut sebahu yang mengikuti atasannya dari belakang.

Sudut Lea terangkat sinis. Langkahnya prima dan anggun keluar dari lift. Sebenarnya Lea tidak membutuhkan pesan dari Light yang sekedar menanyakan makan, mengingatkan istirahat, dan pujian-pujian yang sudah biasa ia dapat. Terlalu basi …

“Beri pesan padanya, aku sudah makan siang sebelum ia menelpon. Tidak berguna!” tandasnya sedikit mendesis.

Lea sudah menjadwalkan dan mengatur segala kebutuhan hidupnya sendiri, tanpa perlu diingatkan dan disuruh-suruh.

Sebab itu, jika lelaki ingin diakui dalam hidup Lea. Lelaki itu harus bercermin, seberapa berguna dirinya. Seberapa besar effort nya untuk Lea. Apakah bisa melebihi effort Lea kepada dirinya sendiri?

Karena ketika Lea pun sudah menetapkan pilihan. Dan jiwanya sebagai wanita mandiri sudah menemukan tempat berpulang. Lea juga tak akan ragu menginvestasikan seluruh hidupnya.

Ini bukan egois, tapi salah satu bentuk dari sistem kehidupan; timbal balik. Karena ada beberapa hal yang harus sama-sama dibalas, diperjuangkan dan diuntungkan.

Door!

Door!

Karena Lea sendiri adalah tipe orang yang tidak sudi untuk dirugikan.

Door!

Seutas senyum terbit di bibir Lea. Tangannya masih memegang senapan; menodong pada target yang sudah ditentukan.

Peluru terakhir tepat menembus bullseye. Lea menurunkan senapan di tangannya. Berbalik ia membuka kacamata pengaman dan penutup telinga. Menoleh Lea seraya menyunggingkan senyum sinis pada pria yang melatihnya.

“Masih tidak mengakui kemampuanku?” tanya Lea dengan angkuh.

Dev sedikit menyeringai. “Sedikit berbakat.”

Lea menghela nafas. Setelah kemarin berhasil menguasai dua pistol dengan kedua tangan, Lea beralih pada senapan. Senjata api dengan ukuran yang sedikit lebih besar dengan jarak tempuh yang jauh.

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang