2. Dibalik Keluarga Hangat

139 9 0
                                    

Kaki jenjang Lea menapak di halaman mansion kediaman Smith. Matanya datar menilik bangunan yang sama, seperti sebelum ia pergi ke Paris. Tak berubah sedikitpun. Hanya saja keadaan mansion saat ini tampak gelap, suram dan tak berpenghuni.

Sudut bibir Lea terangkat. Melirik ia pada supir taksi yang mengeluarkan kopernya dari balik bagasi.

"Terima kasih. Letakan saja di sana."

Setelah menunduk, supir taksi itu meninggalkan halaman luas itu.

Suara roda koper terdengar seiring Lea menarik benda itu. Tak perlu waktu lama, Lea membuka pintu depan yang menjulang tinggi. Tanpa perlu menekan bel pintu atau menunggu maid untuk menyambut, membukakan pintu lalu membawakan kopernya.

Hah, itu terlalu membuang-buang waktu.

Lea berjalan mengabaikan ruangan utama yang tampak gelap. Bahkan setiap kakinya melangkah, sebuah aroma mawar pekat meruak ke dalam hidungnya. Lea sampai harus memejamkan mata saking menyengatnya.

Perempuan itu menghela nafas. Mengingat hidungnya akan tersiksa untuk seminggu ke depan. Aroma dari mawar hitam yang berhimpun dalam vas bunga yang diletakkan di setiap ruangan bersama lilin aromaterapi.

Mawar hitam── tidak, tepatnya mawar ungu tua kehitaman yang ditemukan di daerah Halfeti, Turki. Joanna rela membeli bunga langka itu dengan harga fantastis demi memperingati satu hari yang Lea benci setiap tahunnya, mulai dari hari ini.

Mawar hitam tanda kehilangan. Mawar hitam tanda kematian cepat seseorang. Satu bulan penuh di mansion ini akan merayakan kesedihan. Mansion ini akan gelap, suram, juga berkabung. Sebagai bentuk penghormatan dan merayakan kehilangan atas sesuatu yang sangat-sangat di dambakan di keluarga ini.

Anak laki-laki.

Lea menghiraukan segalanya. Pula tatapan tiga mata yang menyorotnya sejak datang. Lea lelah, dia hanya ingin segera menemui ranjangnya untuk saat ini.

"Kathleen."

Kaki Lea berhenti seiring ia terpejam, mengepalkan tangan. "Yes, Mom?"

"Kau tak menyapa kami setelah mendapat kesuksesanmu?"

"I'm so tired, Mom. Biarkan aku istirahat dulu." Lea melanjutkan langkahnya.

"Kenapa kau semakin angkuh, Kath?" Suara lain terdengar. Lea menyamping untuk melirik orang yang meneriakinya. Bella Aster── kakak perempuannya.

Lea memejamkan mata agar lebih tenang. Lalu berbalik dan mengulas senyum tipis. "Sorry, aku benar-benar lelah."

"Duduk sini!" perintah Gary mutlak.

Rahang Lea mengetat. Namun ia melangkah jua untuk duduk bersama. Joanna mengulas senyum teduh layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkannya.

"Kau hebat, Kath. Dirimu bisa sejajar dengan deretan brand terkenal lain di dunia. I'm so proud of you, little baby," seru Joanna seraya meletakkan cangkir teh.

Mungkin dulu, hidung Lea akan kembang kempis tersanjung. Namun kini, hanya sorot datar juga sudut bibir tersungging sinis yang Lea tunjukkan.

"Thanks."

Lea duduk di sofa tunggal berhadapan dengan Gary. Pria tua itu tersenyum hangat dengan mata liar. Lea mengerling sekejap, lalu menoleh kembali saat mendengar ucapan Joanna.

"Andai Edric lahir selamat dan tumbuh menjadi pemuda perkasa. Sudah pasti dia akan bangga memiliki kakak sepertimu. He will love you, Kath!"

Rahang Lea mengeras samar. Menyorot tajam matanya hingga tak sengaja bersitatap ia dengan Gary. Kembali ia mengulas senyum manis. Sayangnya, Gary melihat tatapan itu. Sementara Bella hanya mampu memalingkan muka dengan tangan mengepal.

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang