Effort itu tidak perlu di minta, jika memang kamu yang dia inginkan pasti dia akan melakukan apapun tanpa di minta, sebuah kabar misalnya.
Ya kalau kabar aja masih di minta, cukup SD ajalah ya, SADAR DIRI.
Pengingat dari aku, untuk aku😌😆.
Happy Reading gais🧡🌷
___________________________
Pagi sekali Seyna sudah dibuat emosi oleh Bima, karena mencari Nara.
"Makanya Bim, kalo sekolah telinganya dibawa! Udah dibilang Nara pulang ke Bandung kok gak percaya sih."
Dirinya memang berbohong kepada Bima, berniat mengerjai laki-laki tersebut.
Seyna benar-benar tak habis pikir pada Bima, padahal baru beberapa hari Nara tinggal di kos ini, dan belum lama berkenalan dengan anak kecil ini.
Namun Bima sudah seperti ditinggal minggat oleh istrinya saja, klimpungan mencarinya.
"Mbak Nara kok tega sih gak pamitan dulu ke gue," gumam Bima, dengan wajah lesu lalu duduk lesehan di tanah beraspal, di depan kos.
Seyna tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Mon maap Bim gue ngakak banget sumpah. Emang situ siapanya Nara, minta banget lo di hujat!"
Bima mendongak menatap Seyna yang sedang tertawa di atas penderitaannya.
"Mbak Sey kalo mau ketawa liat kondisi lah, gue lagi sedih ini jangan diketawain," ucapnya lalu menunduk memainkan rumput liar di depannya.
"Duh sorry Bim, gue emang suka banget ngetawain lo. Siapa suruh muka lo ngenes banget, kan jadi bahagia gue ngeliatnya," ucap Seyna lalu mengedikkan bahu acuh.
"Mbak Nara kapan pulang ya?" tanya Bima, membuat Seyna menghela nafas panjang.
"Gak tau Abi Malik anaknya Mak jenarrrr! Dah sono balik lu, pagi-pagi udah ngeganggu orang aja kerjaan lu!" ketus Seyna, membalikkan badannya berniat masuk ke dalam kosan.
Seyna membalikkan badannya kembali, lama-lama kasian juga melihat Bima yang terus menerus menanyakan kapan Nara akan pulang.
Nampaknya anak itu mulai tumbuh perasaan kepada Nara, terlihat jelas dari tingkah salting nya saat bersama Nara, juga raut wajah sendunya saat tak bertemu Nara.
"Cinta monyet," gumam Seyna, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kosannya.
🌷🌷🌷
"Arghhh, akhirnya selesai juga sumber masalah hidup gue minggu ini."
"Gue jadi ngerasa salah jurusan deh, kalau ingat dua hari ini kita mati-matian ngerjain tugas."
Nara tersenyum tipis mendengar ucapan Dita dan keluhan Fila.
Sudah dua hari Nara menginap di rumah Dita, padahal niat awalnya hanya sehari ingin menginap di sini namun tugas-tugas nya tidak bisa diajak kompromi.
Beruntungnya Dita dan Fila tidak seperti Seyna dan Tiara yang kadang rewel saat mengerjakan tugas, entah ngantuk atau bosan, pasti ada saja alasannya untuk menunda mengerjakan tugas.
Meskipun berbeda jurusan dengan Seyna dan Tiara, namun Nara sering membantu dua sahabatnya itu mengerjakan tugas.
Kadang timbul rasa iri di dalam hati Nara saat melihat Seyna dengan bahagianya bisa masuk jurusan sastra Indonesia impiannya, berbeda dengan Nara yang harus mengikuti keinginan sang ayah.
"Nar, nyari makan dulu yuk," ajak Fila.
Nara mengangguk sambil merapikan hasil kerja kelompoknya ke dalam tas. "Pamitan dulu sama ibunya Dita, soalnya gue mau langsung balik habis makan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Monyet
Fiksi Remaja"Mbak, mau jadi pacar saya gak?" "Sekolah dulu yang bener, baru ngajakin saya pacaran." _____________ Berawal dari sebuah ajakan Seyna teman kampusnya, membuat Nara yang enggan berurusan dengan cinta harus dipertemukan dengan Bima, murid sekolah me...