Chapter 19

2.2K 170 10
                                    

Dikantin kampus, Jaemin hanya mengaduk makanannya tanpa minat. Sudah tiga hari sejak kejadian mereka menjauhkan Jeongwoo dengan Mark, Jeongwoo belum terlihat hadir dikelas

" Jeongwoo kok gak masuk ya Jen, udah tiga hari"

Berbeda dengan Jaemin yang tidak selera makan, Jeno justru makan dengan lahap. Bukan karena dia tak perduli soal temannya, tapi memang itulah caranya menutupi rasa khawatir yang ia rasakan

" Gak tahu gw, dikeluarin mungkin "

" Sama siapa?"

"Suaminya lah"

Jaemin menepuk keras lengan Jeno

"Jangan bicara sembarangan, gw khawatir tahu"

"Emang lo doang? Gw juga khawatir kalik"

Jaemin hanya menghela nafas, mengenal Jeno cukup lama membuat Jaemin tahu kebiasaan pria itu saat sedang merasa khawatir atau cemas, nafsu makannya bertambah. Pantas saja perbedaan tubuh mereka jauh berbeda

" Jeeennnn gw khawatir "

Jaemin menggoyangkan tangan Jeno acak

"Aduhhhh ya gw harus apa Jaem, gw gak tahu"

Jaemin berhenti kemudian berdiri dari kursinya

" Ayo kerumah Jeongwoo "

"Emang lo tahu rumahnya?"

Jaemin kembali duduk dan menjatuhkan kepalanya diatas meja bikin Jeno reflek jauhin piring Jaemin

"Gw gak tahu rumahnya" Gumam Jaemin lemas, tapi beberapa detik kemudian dia kembali menegakkan tubuhnya membuat Jeno tersentak

"Tapi rumah keluarga Bang pasti banyak yang tahu kan Jen? Secara kan mereka terkenal"

"Iya jug-"

Brak

"Emang pinter gw"

Jaemin kembali berdiri, narik tangan Jeno menuju keluar kantin

"Mau kemana?"

"Nyari rumah Keluarga Bang lah"

Mereka akhirnya keluar dari gedung fakultas setelah mampir bentar ke kelas buat ambil tas

"Pake mobil lo ya, gw gak bawa motor" Ujar Jeno setelah keluar dari gedung fakultas mereka

" Lah gw juga gak bawa, mobil gw dipinjem mama"

Keduanya berhenti didepan parkiran

"Terus kita pake apa kesana?" Tanya Jeno bingung

"Pake tax-"

"Sama gw aja"

Keduanya reflek noleh kebelakang, entah sejak kapan Mark udah dibelakang mereka sambil nenteng tas dibahu kirinya

"Apaansih Mark, gak ada yang ngajak lo" Ketus Jeno kesal, kalau bukan sepupunya mungkin udah Jeno tendang saking muaknya

" Kalian mau ketemu Jeongwoo kan, ayo sama gw. Gw tahu dia tinggal dimana"

Jaemin mengernyitkan keningnya
"Tahu dari mana?"

"Semua tentang Jeongwoo gw tahu"

Jeno rolling eyes

"Gak makasih, kita gak mau Jeongwoo dalam masalah karena lo"

"Yaudah biar gw sendiri yang kesana"

Mark mau masuk kedalam mobilnya, tapi keburu ditahan Jeno dan Jaemin

"Ngapain lo mau kesana?" Tanya Jeno ketus

"Gw khawatir sama dia"
.
.
.
Di sebuah ruangan Hyunsuk dan saudaranya tengah berkumpul, mereka sedang membicarakan hal serius dengan Yedam lewat telepon. Tatapan mereka sesekali melirik layar besar diruangan itu yang menunjukkan rekaman cctv setiap sudut rumah, lebih tepatnya pandangan mereka mengarah pada Jeongwoo yang duduk diam dikamar Haruto ditemani si pemilik kamar yang berusaha ngebujuk Jeongwoo untuk makan, sudah tiga hari Jeongwoo sulit disuruh makan, beberapa kali mereka harus mengancamnya agar mau memakan makanannya dan tentu saja Jihoon yang melakukan itu

"Apa yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Yedam setelah Mashiho keluar dari ruangannya

"Bagaimana hasil pemeriksaan Jeongwoo yang pernah Daddy lakukan?" Tanya Hyunsuk to the point

" Testnya belum keluar, ada apa? Kalian terlihat khawatir "

" Kapan testnya keluar daddy?" Tanya Jihoon tanpa menjawab pertanyaan Yedam

"Dokter Kim sedang ada tugas diluar kota, mungkin bulan depan kita baru dapet hasil testnya"

Mereka semua saling menatap satu sama lain

"Daddy, apa Doyoung boleh bertanya?"

"Kalian menelpon memang untuk bertanya kan? Tanyakan saja"

" Apa benar keluarga kita sangat tidak diperbolehkan memiliki keturunan perempuan?"

Terdengar helaan nafas dari sebrang, dilayar laptop milik Hyunsuk Yedam terlihat menutup berkas pekerjaannya dan fokus pada layar

"Sudah pernah daddy katakan dan adik bungsu kalian adalah buktinya"

Sebuah rahasia keluarga mereka, jika didalam keluarga inti terdapat keturunan perempuan yang lahir dikeluarga itu tak akan hidup lama, atau jika mereka berumur panjang hidupnya akan sangat menderita, hal itu sudah terjadi turun temurun dan salah satunya adik bungsu mereka. Anak kesepuluh Yedam adalah seorang perempuan, umurnya hanya bisa mencapai 3 tahun

"Baiklah Dad, terimakasih. Kami akan menghubungi mu lagi nanti"

Hyunsuk memutuskan sambungan telepon dengan Yedam setelahnya bersandar disofa disusul helaan nafas berat

"Bagaimana jika Jeongwoo bisa hamil?" Gumam Jaehyuk memusatkan seluruh perhatian padanya

Pintu ruangan terbuka, Haruto masuk dengan wajah lesunya. Pandangan mereka beralih dengan kompak kelayar besar diruangan itu, Jeongwoo sudah tertidur pulas

"Bagaimana Jeongwoo?" Tanya Asahi setelah Haruto duduk disebelahnya

"Awalnya sulit untuk dibujuk makan, tapi akhirnya mau setelah....aku sedikit mengancamnya "

Jihoon menepuk bahu Haruto, paham benar apa yang adiknya itu rasakan

"Ngomong-ngomong, apa yang kalian bahas?"

Mereka saling menatap satu sama lain, bingung memulai dari mana

"Kak, menurut lo Jeongwoo bisa hamil?" Pertanyaan yang jelas-jelas Haruto tidak tahu jawabannya itu terlontar dari mulut sibungsu

" Gw gak tahu"

Mendadak ingatan pada hari dimana mereka melakukan itu terbayang diingatan Haruto

" Kalau Jeongwoo bisa hamil dan melahirkan anak perempuan, bagaimana?"

Semuanya diam mendengar pertanyaan Yoshi, Tiba-tiba mereka merasakan takut dengan kemungkinan yang terjadi

" Udahlah lagian belum tentu Jeongwoo bisa hamil " Sahut Junkyu berusaha menenangkan saudaranya, tapi perkataan Jihoon membuat mereka terdiam

" Bagaimana jika bisa ? Malam itu tidak mungkin tidak membuahkan hasil kalau memang Jeongwoo bisa"

"Sudahku bilang kan tahan diri, jangan terburu-buru. Kalau sampai Jeongwoo hamil dan anaknya beneran perempuan gimana?" Haruto mengacak rambutnya frustasi, mereka sudah menikah tapi kenapa seperti habis menghamili orang lain?

" Kalau perempuan ya gugurin"

Pernyataan gamblang Hyunsuk membuat mereka menatapnya kaget

"Lo gila kak" Doyoung

"Gw lebih gila kalau sampai anak itu lahir dan membuat luka untuk kita semua, terutama Jeongwoo. Karena itu jangan sampai Jeongwoo menyadari lebih dulu kalau dia hamil"

"Gimana mung-" Jaehyuk

"Ngapain mereka kesini?" Perkataan Jihoon membuat mereka menoleh cepat kearah layar besar diruangan itu, tiga orang yang tak asing tengah berdiri didepan rumah mereka

"Berani banget tu cowok kesini"

Jihoon bergegas keluar diikuti saudaranya yang lain, tapi langkah haruto terhenti ketika ponselnya berdering

"Halo?"

" Tuan dimana, jadi kan berangkat ke Eropa?"

"Ah sial, aku sampai lupa. Aku akan bersiap secepatnya"

Setelah mematikan telepon Haruto bergegas menuju kamarnya untuk bersiap ke EropaEropa

The continuous

Jeongwoo Harem V2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang