Part 18

59 8 1
                                    


Happy reading :)


Akhirnya Mew sampai dirumahnya, ada beberapa mobil polisi dan ambulan yang sudah terparkir rapi dirumahnya. Mew keluar dari mobil dan berlari masuk seperti orang kesetanan. Dia melihat tandu pertama yang keluar dengan tubuh yang tertutup oleh kain putih dan ada bekas darah dikain tersebut.

"Tunggu,"teriak Mew lalu menghampiri tandu itu, dan membuka kain putih itu, seketika matanya melotot lebar melihat tubuh siapa yang tertutupi kain putih itu.

"MAMAAAAAA!"Teriak Mew sambil melihat wajah pucat mamanya.

"Apa? Apa yang terjadi? Mamaaaa! Ada apa ini?"teriak Mew histeris, lalu ada tandu lagi dengan tertutup kain putih yang dibawa keluar dari rumahnya, membuat Mew lemas dan menghampiri tubuh itu memastikan siapa orang yang didalam tandu itu.

Dengan tangan yang gemetar serta air mata yang tidak terbendung, Mew membuka kain putih itu, lalu seketika dia berteriak histeris,"PAPAAAAAAA!"

"ada apa ini? Katakan padaku ada apa? Kenapa mereka berdua seperti ini?"tanya Mew masih histeris dengan keadaan orang tuanya.

Tidak mendapat jawaban dari paramedis, akhirnya Mew semakin memasuki rumahnya, disitu dia melihat Pat (orang suruhannya) akan dibawa dengan tandu, ada luka tembak juga di perutnya, namun sepertinya masih hidup. Lalu Mew beralih kearah polisi yang sedang memborgol seseorang.

"Ada apa ini? Kenapa kalian memborgol Kana?"tanya Mew sambil mendekati Kana dan menggenggam tangan Kana, sementara Kana hanya menunduk dengan pandangan kosong.

"Kana? Ada apa? Apa kau terluka sayang? Jawab aku? Jangan membuatku takut,"tanya Mew semakin histeris.

"Tuan Gulf akan kami bawa untuk pemeriksaan lebih lanjut, mengenai korban, kami akan melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya,"ucap polisi yang sudah akan membawa Kana.

"Tunggu tunggu, ini pasti salah, Kana tidak mungkin melakukannya, tolong lepaskan dia, Kana bicaralah, bukan kamu kan yang membunuh orang tua ku?"tanya Mew sambil melihat wajah Kana yang sedikit sembab, namun Kana hanya diam dan terus menunduk, tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya, membuat Mew semakin putus asa.

Para polisi itu segera membawa Kana pergi, tentu saja dengan sedikit penolakan dari Mew. Namun yang membuat Mew heran, kenapa Kana hanya diam saat para polisi membawanya.

Mew lemas seketika, kakinya tidak bisa digerakkan, kematian orang tuanya sangat mendadak, bahkan polisi membawa pergi Kananya.

Tak lama Singto dan Krist tiba dan menemukan Mew sudah terduduk lemas, lalu Singto membantu Mew untuk berdiri dan duduk disekitar mobilnya.

"Ada apa Mew?"tanya Singto, dia tadi mendapat telfon darurat dari Mew dan segera menyusulnya.

"Aku juga tidak mengerti sama sekali, orang tuaku...tiba-tiba...mereka....dan Kana,"lirih Mew.

Sejam kemudian, mereka menuju kantor polisi untuk menemui Kana. Ditemani Singto dan Krist, mereka bertiga ikut merasa putus asa mengenai peristiwa yang sudah terjadi.

"Apa? Kana jadi tersangka? Bagaimana mungkin?"teriak Krist yang mendapat keterangan dari polisi yang sedang bertugas.

"Tuan Gulf sudah mengakui perbuatannya, dan di pistol yang berada di lokasi hanya ada sidik jarinya,"jelas polisi itu.

"Tidak mungkin,"lirih Mew lalu memundurkan langkahnya dan keluar dari kantor polisi.

.............

Saat ini Kana berada di sel sendirian, duduk termenung di pojok sel, sambil sesekali melihat kedua tangannya. Tak terasa air mata mentes dari mata indahnya. Namun Kana hanya bisa menangis dalam diam. Memikirkan kembali kejadian yang baru saja dia alami.

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang