Ch 9 ; Stupid Liar

189 109 38
                                    

Gray memang tidak pernah berkata pada Adelynn, bahwa ia akan mewujudkan salah satu keinginan konyol gadis itu semasa kanak-kanak. Selama ini, ia hanya menyimpan niat itu dalam hati dan akan menjelaskannya ketika Gray merasa waktunya sudah tepat. Namun, manusia hanya bisa berencana dan suka atau tidak, mereka harus paham bila tidak semua hal berjalan sesuai keinginan.

Gray pikir, setelah ia berhasil menjadi seorang artis, itu akan mempermudah dirinya untuk kembali dekat dengan Adelynn—mengingat perpisahan mereka tidak berjalan sesuai rencana. Gray juga merasa, dengan profesinya itu, ia telah memiliki poin penting untuk menarik perhatian Adelynn. Tapi, apakah gadis itu sudah lupa dengan keinginannya sendiri?

Setelah Gray berkata pada Adelynn, bahwa gadis itu bisa melakukan apa pun yang disukainya, pria itu justru makin frustrasi memikirkan alasan, mengapa Adelynn membiarkan Lucius memilikinya. Berulang kali ia katakan pada dirinya sendiri, bahwa Adelynn akan kembali menjadi gadisnya. Namun, Gray terlalu bimbang menentukan cara mana yang lebih baik digunakan. Ia khawatir akan salah langkah dan justru membuat Adelynn semakin menjauh.

Dua hari berlalu, dan Gray masih belum menuruti permintaan Bibi Rue yang menyuruhnya meminta maaf pada Adelynn. Nyatanya, pria itu belum sepenuhnya berubah dan masih mempertahankan beberapa hal dari masa lalunya. Seperti bagaimana ia menghadapi masalah yang berhubugan dengan Lucius, maka Gray akan menjadi sedikit impulsif dan kekanakan. Alih-alih berkata menyesal telah mengganggu privasi Adelynn tentang panggilan telepon, Gray malah tidak bisa menahan diri untuk meracau melalui pesan singkat yang ia kirim pada Adelynn.

Dan siang itu, sudah sekitar setengah jam Gray membiarkan ponselnya berdenting secara berkala di atas kursi lounger, sementara ia masih betah berenang. Sesuai rencana, ia akan mengabaikan ponsel itu tanpa peduli pada respons Adelynn.

Yah, paling tidak sampai Mattew datang bersama dua jus pepaya dingin dan menaruhnya di meja bundar kecil di dekat kursi lounger. Tanpa sengaja, pemuda itu sekilas melihat nama yang tertampil pada layar ponsel milik Gray. "Dari Adelynn," singkatnya.

Gray tidak menghiraukannya dan kembali bergerak di dalam air. Kepalanya menyembul untuk mengambil napas sesaat kemudian, dan berenang hingga ke ujung kolam dengan santai. Ia harus mencari pengalihan.

"Ada empat pesan baru dari Adelynn!" Mattew kembali berkata dengan sedikit lebih keras, setelah ia mendengar lagi denting singkat dari ponsel itu. "Kurasa kau perlu membacanya."

Gray terpancing. Dengan malas ia kembali masuk ke dalam air dan menyelam hingga mencapai bibir kolam, tepat di depan kuris lounger di mana Mattew duduk. Ia lalu menyugar rambutnya yang basah dan juga membasuh wajah. "Bacakan untukku," pintanya.

Mattew kemudian mengambil ponsel itu dan masuk ke aplikasi pesan setelah Gray mengeja kata sandinya.

Adelynn terlihat membalas satu per satu pesan yang Gray kirim padannya.

Pesan pertama milik Gray yang berkata;  Kau bodoh jika masih bertahan dengan Lucius. Adelynn balas dengan santai; Ya, aku memang tidak pernah menjadi juara kelas.

Lalu, pesan kedua dari Gray; Kau kan bekerja di bar. Memangnya tidak ada pria lain yang lebih baik darinya—yang pernah kau temui? Adelynn jawab dengan sengaja; Ada. Tapi aku tidak menginginkan pria lain.

Dan pesan ketiga yang Gray kira—mungkin—akan membuat Adelynn was-was, nyatanya mendapat counter attack yang tak terduga. Pria itu bilang; Kalau kau tidak segera berpisah dengannya, maka aku yang akan pergi. Adelynn pun menjawab; Kau tahu, sebenarnya aku heran kenapa kau tiba-tiba kembali. Untuk apa?

Dan ada satu pesan tambahan yang Adelynn kirim setelah membalas semua pesan itu. Katanya; Jangan repot-repot mengancamku, Gray. Terakhir kali kau pergi, aku bahkan tidak memberimu airmata.

Play PretendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang