Adelynn kira, tidak ada hal yang lebih buruk dari kenyataan bahwa Gray telah kembali ke St Luzern. Nyatanya, kehadiran pria itu hanyalah pemicu, yang berhasil menyeret kembali kisah-kisah lama mereka dan hampir membuat gadis itu teralih. Malam setelah pertemuan mereka di kafe, Adelynn pun tak kuasa menghindari serbuan kenangan. Dia bahkan menikmati bunga tidur tentang pria itu. Dan, dalam lelapnya, Adelynn melihat dirinya kembali ke masa lalu.
Kala itu, Adelynn yang merasa sekolah tak kunjung usai, terpaksa menahan mual akibat haid di hari kedua. Dia tak bisa fokus mengikuti materi, menghabiskan waktu istirahat di kelas dengan kepala tergeletak di meja dan mata terpejam. Adelynn bahkan sengaja mendiamkan Gray tanpa alasan. Namun, perubahan sikapnya yang mendadak itu tak lantas membuat Gray kesal. Gray tahu, hal yang membuat Adelynn seperti itu pasti karena tamu bulanan.
Gray : Kau dimana? Ayo pulang bersama. Aku menunggumu di air mancur.
Adelynn tak menghiraukan pesan itu. Dia memang sengaja tinggal di kelas lebih lama, sampai tubuhnya mau bekerja sama untuk bergerak.
Gray : Apa kau sudah pulang?
Adelynn masih tak mengacuhkannya. Dia pun menolak panggilan masuk dari pemuda itu.
Gray : KAU DIMANA, MAWAR LIAR???JANGAN MEMBUATKU KHAWATIR!!!
Gadis itu berdecih kesal. Dia mengangkat kepalanya perlahan, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan cepat.
Adelynn : Aku di kelas.
Tanpa membalas lagi, Gray bergegas menghampirinya. Namun, mereka akhirnya bertemu di koridor loker sekolah. Gray mendekati Adelynn yang sedang memasukkan beberapa buku ke loker, tapi gadis itu mengabaikannya. Dia bahkan melengos begitu saja setelah menutup pintu loker dan membiarkan Gray berjalan di belakangnya.
Di ujung koridor, Adelynn hendak membuka pintu besi yang mengarah ke parkiran sepeda. Namun, Gray berhasil menahan lengannya.
"Tinggalkan saja sepedamu di sekolah. Besok pagi kita berangkat bersama."
Adelynn bergeming sejenak sebelum melepas cekalan tangan Gray. Dia tidak memenuhi perintah itu dan tetap membuka pintu besi di depan mereka.
Gray mengikutinya hingga sampai di parkiran sepeda. "Akan lebih baik kalau kau pulang denganku," katanya, menahan sepeda yang hendak Adelynn keluarkan. "Kalau ada apa-apa di jalan, bisa bahaya. Ayo, kita pulang bersama saja."
Tapi, Adelynn menolak. Dia tetap berusaha mengeluarkan sepeda itu dan membuat Gray melepaskan tangannya dari boncengan sepeda.
"Apa kau tidak mengerti? Aku mencemaskanmu!" Gray berkata seraya menghadang gadis itu. "Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu di jalan?"
"Aku akan baik-baik saja." Adelynn mendorong sepedanya. Gray pun dengan sigap menelentangkan kedua tangannya untuk memblokir jalan. Kemana pun sepeda itu bergerak, dia mengikuti arahnya. Namun, Adelynn sedang tidak ingin bercanda dan kesabarannya tak sebanyak biasanya. "Menyingkirlah, Gray! Kau menghalangi jalan!" Dia pun berteriak.
Gray berkedip heran. Dia hanya bisa bergeming saat Adelynn mengambil sisi kiri untuk melewatinya. Namun, ketika dia sadar Adelynn kian menjauh, Gray bergegas lari mengejar gadis itu. Selanjutnya, tanpa peduli mau atau tidak, Gray mengangkat tubuh Adelynn dan memikulnya dengan paksa. Kemeja kuning yang dikenakan oleh Adelynn praktis tersingkap saat dia memberontak. Tapi, pukulannya di punggung Gray tak menghasilkan sesuatu yang berarti. Ujungnya, dia tetap berakhir di mobil dan mereka duduk bersebelahan. Gray mendapat makian dan umpatan, namun dia seolah tak mendengar apapun. Sementara itu, Mattew mencoba tetap fokus mengemudi.
