【 O2 】

863 105 3
                                    

Kringggg

Bel yang mendominasi seisi sekolah di siang itu membuat hampir seluruh murid bernafas lega karena akhirnya bisa lepas dari hal yang tak menyenangkan untuk sementara.

Mendengar suara yang telah dinanti sedari awal, (Name) buat langkahnya langsung melenggang pergi ke luar kelas. Bahkan langkahnya seperti diburu sesuatu begitu bel istirahat berdentang melewati rungunya.

"(Name)! mau pergi ke mana? apa tidak ingin memakan bekal makan siang?" Melihat temannya yang lewat begitu saja tanpa mengajaknya makan bersama seperti biasa membuat Chii bertanya-tanya.

Yang dipanggil menoleh sesaat mencapai pintu kelasnya. "Eh, ada yang aku harus lakukan sekarang. Aku akan segera kembali, setelah itu kita bisa makan bersama." Tetap pada posisi yang hampir berada di ujung pintu masuk kelas, (Name) menjawab.

"Ah, baiklah kalau begitu. Aku akan menunggumu." Itulah kata terakhir yang diucapkan oleh Chii pada (Name) sebelum temannya itu melangkah pergi ke tempat yang tak ia ketahui.

Tadinya (Name) ingin membuka bekal dan segera mengisi perutnya yang telah keroncongan bahkan sebelum waktu istirahat tiba. Tapi kakinya memilih untuk membuat gerakan yang bertentangan dengan pikirannya.

Setelah menuruni anak tangga demi mencapai lantai dasar dari gedung sekolah, (Name) terus melangkah maju untuk mencapai gerbang sekolah yang nampak tertutup rapat.

Dia kini melihatnya dari jarak yang lebih dekat. Ternyata memang benar sosok itu adalah pemuda yang dirinya kenal.

"Kaji?" panggil (Name) berharap orang yang sedang membelakangi dirinya menanggapi panggilan tersebut.

Sesuai apa yang diharap, pemuda dengan headphone yang terpasang rapih di kepalanya buat respon dengan menoleh ke arah sumber suara.

Karena melihat orang yang dikenal, Kaji—pemuda yang sempat (Name) sebut namanya mengambil langkah lebih dekat dengan posisi sang gadis saat ini.

"Apa yang kamu lakukan di—" Belum sempat menyelesaikan satu kalimat tanya, (Name) dibuat bungkam karena melihat sesuatu yang tengah dibawa oleh Kaji di tangannya.

Netranya sedikit terbuka lebih lebar. Bibirnya tak mengatup karena ucapan yang belum sempat terselesaikan. "Tempat bekalku!" jeritnya singkat.

Kaji mengambil alih permen yang ada di mulutnya. "Kau lupa membawa tempat bekalmu, ibumu kemudian minta aku mengantarnya." Permen yang sekarang beralih ke tangannya buat Kaji bisa angkat suara.

Sang gadis menutup mulutnya dengan satu tangan. "Bagaimana bisa aku melupakan hal sepenting ini!?" Kali ini (Name) kembali menaikkan nada suaranya walau sedikit teredam karena tangan yang menutupi mulutnya.

Kaji meletakkan kembali permen ke dalam mulutnya, mengulurkan tangannya guan memberikan kotak bekal (Name) melewati celah yang ada di gerbang.

(Name) turut mengulurkan tangan guna menerima pemberian dari Kaji. Setelahnya, dia terheran karena Kaji membalikkan badan begitu saja sebelum dia sempat mengatakan apapun.

"Eh, tunggu—" Lagi-lagi. Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, (Name) kembali dibuat terkejut karena Kaji yang tiba-tiba memanjat gerbang sekolah yang masih terbilang cukup pendek.

"Kaji, apa yang kamu lakukan!?"

Sungguh, sebenarnya kenapa hari ini semua orang terus membuatnya terkejut akan perilaku mereka?

Ingin menghentikan aksi Kaji yang terbilang tidak bermoral, (Name) buat langkah mendekat ke posisi gerbang yang sedang Kaji panjati. Tetapi apa yang dilakukan (Name) terbilang percuma karena Kaji telah berada di sisi yang sama dengan sang gadis.

(Name) tak habis pikir akan kelakuan dari pemuda bersurai silver tersebut. Dia mengambil tindakan seperti ini tanpa memberitahu apa tujuannya.

"Ayo kita makan bersama, (Name)."

𝐒𝐢𝐓𝐔𝐀𝐓𝐢𝐎𝐍𝐒𝐇𝐢𝐏 ー⌗KajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang