【 O3 】

645 95 4
                                    

(Name) kini memiringkan kepalanya setelah mendengar ajakan dari Kaji—lebih seperti pernyataan daripada ajakan sebenarnya.

Beberapa jeda di sana hanya terisi oleh hembusan angin karena seseorang belum dapat mencerna apa yang baru saja terjadi, atau apa yang sang pemuda katakan tadi.

Karena tak mendapat respon dari orang yang diajak bicara, Kaji mendekatkan dirinya pada (Name) kemudian membuat gerakan menarik tangan kanan (Name) untuk jalan bersamanya.

"E-eh, Kaji.." Hanya itu kata-kata yang berhasil lolos dari lisan (Name) saat mengetahui tangannya sudah ditarik tanpa izin dari dirinya.

Kaji tak begitu mengetahui denah sekolah yang (Name) tempati. Jadi, dia hanya berjalan asal ke belakang sekolah dan mencari tempat sepi yang nyaman.

Tanpa sang gadis sadari, sekarang dia dan Kaji sudah duduk bersama di bawah pohon rindang yang menutupi jalannya sinar mentari yang lumayan menyengat siang itu.

"Buka bekalmu sekarang. Kau pasti lapar, kan?" Akhirnya sebuah suara menginvasi atmosfer di antara mereka berdua yang lebih banyak diam sedari tadi.

Bagai menuruti perintah, (Name) kemudian melepas  kain yang membungkus kotak bekalnya dengan rapih, membuka tutup dari kotaknya dan mengambil sumpit yang juga tersedia di dalamnya.

Sebelum makan, (Name) mengatupkan kedua tangannya dan memberi rasa hormat pada makanan yang akan dia nikmati setelah rasa lapar yang memang sudah melanda perutnya. Dia mulai menguyah karaage yang memang jadi salah satu lauk pauk yang dibawa.

Di sisi lain, Kaji yang duduk dalam posisi menaikkan lututnya mulai menyandarkan kepalanya ke lutut dengan wajah yang masih menghadap ke arah sang gadis di sampingnya.

Kunyahan demi kunyahan (Name) lakukan demi memuaskan hasrat laparnya. Sedangkan Kaji tetap pada posisi yang sama, menatap lekat wajah (Name) yang terlihat sedang menikmati makanannya.

Tangan (Name) yang mengulurkan sebuah lauk pada Kaji membuat pemuda yang mulutnya setia menempel dengan permen sedikit terheran karena aksi sang gadis yang tanpa sapa.

"Kaji juga sebaiknya makan. Tadi kamu mengajakku untuk makan bersama, kan?" ungkap (Name) di sela mulutnya yang masih menguyah lauk yang belum lunak dalam mulutnya.

Kaji buat kepalanya tak lagi ditaruh pada lututnya. Mengambil permen dari mulutnya yang sekarang sudah tampak habis sempurna.

"Yang aku maksud hanya menemanimu makan. Jadi, tak perlu membaginya denganku." Nada khas Kaji yang lewat pendengaran (Name) membuat dia mengerutkan keningnya karena jawaban yang didapat.

"Tak apa. Aku tidak masalah membagi sebagian bekalku denganmu." Yang dimaksud (Name) di sini bukan sekadar basa-basi belaka, melainkan serius mengatakannya. "Tanganku pegal kalau harus terus mengangkat sumpit di udara seperti ini." Dia mengisyaratkan tangan kanannya yang telah memegang sumpit berisi satu potong karaage ukuran sedang.

Sang lawan bicara tetap diam dan hanya menatap dalam netra sang gadis yang juga sedang menatapnya. Tak lama kemudian dia langsung melahap satu karaage utuh yang memang telah dipegang oleh (Name).

Melihat Kaji seperti sangat menikmati rasa dari karaage yang baru saja ia makan, membuat sebuah senyum tipis terbit dari bibir (Name) karena melihat pemandangan tersebut.

"Ini, makan saja sebanyak yang kamu inginkan," ucap (Name) seraya menyerahkan kotak bekalnya yang masih tersisa cukup banyak.

Ucapan (Name) buat Kaji menggeleng pelan sebelum menjawab. "Aku ingin disuapi." Jawaban Kaji ini lantas buat (Name) menggelengkan kepalanya beberapa kali. Kekanakan sekali pemuda yang umurnya sama dengannya ini.

Walau begitu, (Name) tetap menuruti apa yang Kaji pinta. Saat Kaji terlihat ingin makan lagi, (Name) akan dengan telaten menyuapi Kaji dengan porsi yang pas.

Dia harus meminta maaf pada Chii setelah kembali ke kelas nanti, karena tidak dapat makan bersamanya hari ini. 

𝐒𝐢𝐓𝐔𝐀𝐓𝐢𝐎𝐍𝐒𝐇𝐢𝐏 ー⌗KajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang