★ ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم ★
"Jika kebaikan seseorang membuat kita jatuh cinta kepadanya, seharusnya kita akan lebih selalu jatuh cinta kepada Allah yang kebaikan-Nya tiada habis-habisnya."
- Rifdah Laluna Alwistaria -
. . . . .
"Assalamualaikum, wahai ahli surga!" pekik seorang perempuan yang baru saja datang ke rumahnya dari Gramedia bersama kakak laki-laki nya–Zai.
"Sst! berisik dek!" jawab Zai.
"Iya-iya maap elah."
Datanglah sepasang suami istri yang berasal dari atas dan menuruni beberapa anak tangga.
"Waalaikumusalam, siapa yang teriak-teriak tadi hm?" ujar Ayahnya–Rayyan.
"Hehe, maaf yah ga sengaja."
"Rifdah sayang, lain kali jangan teriak teriak begitu ya. Pengang ini kuping bunda." ujar Bundanya–Kinan, sambil menunjukkan senyuman nya yang mengerikan, Rifdah yang melihat itu hanya bergidik ngeri.
"I-iya bunda, maafin Rifdah yang cantik nan imut ini yah." Kinan yang melihat itu hanya menatap anaknya datar. Rifdah pun yang melihat tatapan datar bundanya hanya menyengir.
Rifdah dan Zai pun menyalimi punggung tangan kedua orang tua nya secara bergantian.
"Sayang, ada yang ayah mau dibicarakan sama kamu"
"Bicara apa yah?"
Rayyan yang melihat itu hanya tersenyum tipis, lalu Rayyan berjalan ke sofa rumah nya di susul Kinan, Zai dan Rifdah.
"Jadi ayah mau ngomong apa?" tanya Rifdah.
"Sayang, apa kamu mau.. ayah masukin pesantren?"
Deg!
"Pesantren? tapi gimana sama sekolah Rifdah disini yah?"
"Iya, ayah mau kamu ayah masukkin di pesantren teman ayah, supaya kamu bisa menggali ilmu agama lebih dalam lagi, gapapa tinggal pindah sekolah di pesantren nanti ayah yang ngurus. Jadi gimana keputusan kamu? nanti juga ada yang membimbing kamu disana."
Rifdah yang mendengar itu berpikir sejenak, jika di pikir pikir perkataan ayahnya itu benar supaya dirinya bisa mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDARIF
Fiksi UmumSeorang laki-laki mantan ketua geng motor yang merupakan anak dari pemilik pondok pesantren yang kini tengah melindungi gadisnya dari incaran musuh geng motornya. "Jika ingin menyentuh perempuan saya, lewati dulu mayat saya." . . . . . Seorang pere...