Bab 2: Hari yang Janggal Part 1

0 0 0
                                    

Terbangun sebuah villa pribadi milik seorang saudagar kaya. Saudagar membangun villa megah tersebut untuk dijadikan rumah bagi dirinya dan istri cantiknya, Ecka Gourn. Semuanya berjalan sesuai dengan mimpi mereka berdua, hidup bersama dalam harmoni cinta yang semakin membesar setiap harinya. Namun, tanpa disangka-sangka hubungan mereka akan berakhir mengenaskan.

Hari Minggu, 15 April 2007.  DItengah derasnya air hujan, saudagar kaya pulang dari pekerjaannya sebagai pemilik tambang emas. Lelah di punggung, ia membuka pintu rumahnya. Berjalan dengan keinginan untuk menemui istrinya, ia pergi ke kamar. Rasa heran mengakar, terpampang pintu kamar yang terkunci dari dalam. Meraba sakunya, diambillah kunci cadangan. Dibuka pintu itu dan kunci terlepas dari genggaman tangannya. Tanpa menyangka suatu kejadian, terlihat didepan kedua matanya, istri yang ia sangat sayangi telah tewas.

Suara hujan yang menenangkan kalah dengan suara sirine dari mobil polisi dan petugas kesehatan. Ecka Gourn disimpulkan tewas dibunuh dengan cara dicekik dan ditusuk di kepala berulang kali. DItemukan sebuah pisau tumpul di dekat korban, yang kemungkinan besar adalah senjata sang pelaku. Sayangnya, hanya itulah bukti yang bisa ditemukan petugas forensik. 3 Jam kemudian, saudagar kaya itu diinterogasi oleh detektif. Terpintas di kepala para penyidik bahwa si suami adalah pelaku sebenarnya. Namun protokol yang digunakan terlalu keras. Sang suami, ditemukan tewas membunuh dirinya sendiri didalam sel penjaranya hanya dalam jangka waktu 5 jam setelah ia menemukan istrinya.

Penyidik tidak menemukan apapun yang terlalu mencurigakan dari interogasi sang suami. Alibinya sempurna dan tidak ada motif ditemukan bagi sang suami untuk membunuh istrinya. Beberapa saksi interogasi mengatakan bahwa teknik pendekatan yang dilakukan penyidik dinilai terlalu keras dan memaksa, bahkan sampai melukai sang suami dengan tamparan. Protokol keras dan kasus ruang terkunci ini menggema di media berita Indonesia. Kritik dan cacian pedas menyerang kepolisian. Meski dengan tekanan yang diberikan, kepolisian tidak memberikan kompensasi kepada korban-korbannya mengingat sang suami dan sang istri keduanya adalah yatim piatu, tidak memiliki kakak atau adik, dan tidak memiliki anak.

Saat sedang asik membaca, bel masuk berbunyi. Sedikit menyebalkan, tetapi aku harus patuh dengan aturan yang ada. Kelasku 11 MIPA 1, hanya berjarak 1 lantai, jadi aku tidak keberatan untuk mondar-mandir dari kelas ke perpustakaan. Disaat aku memasuki ruangan kelas, ku menemui Aditya dan Jean yang sedang adu panco ditemani dengan Kenny dan Rasya yang menyoraki mereka. 4 orang itu adalah satu-satunya kelompok orang yang aku percaya dengan sepenuh hatiku. Aditya, jean, Kenny, dan Rasya adalah temanku sejak SMP. Menurutku, mereka adalah orang-orang yang sempurna untuk kujadikan teman.

Aku memilih mereka ber-4 dengan berbagai alasan. Contohnya Aditya, dia adalah orang yang terkenal sangat jujur oleh teman-teman bahkan oleh guru. Jean memiliki sifat yang dapat dipercaya dan tak pernah mengingkari janjinya entah itu padaku atau ke orang lain. Rasya adalah orang yang apa adanya dan tak pernah berbohong dengan apa yang terjadi. Jika aku salah dia akan menyalahkanku, tetapi tanpa memarahi. Jika aku benar maka dia akan memujiku tetapi tanpa melebih-lebihkan fakta. Orang terakhir adalah Kenny, dia adalah peraih peringkat ke-2 setelah diriku. Nilai kami saling salip-menyalip akhir-akhir ini, dan aku bangga ada orang yang mampu menyeimbangiku. Saat aku berada di titik terendahku, mereka selalu bisa kuandalkan sebagai tempat kembali.

“Hey, sejak kapan kalian adu panco?” Sapaku dari belakang.
“Ya begitulah, mereka itu kalau gak ada yang menang ya gak berhenti,” ucap Kenny menandakan pertandingan panco ini sudah berjalan lebih lama dari yang aku kira.
“Wah, tugas fisika kalian emang udah selesai? Kok bisa sesantai itu.”
“Fisika?!” Adit dan Jean menghentikan pertandingan panconya, melihat kesempatan yang ada, Jean langsung mengakhiri Adit dengan kekuatannya. “Yes! Menang. Omong-omong, emang ada tugas fisika ya?”
“Ada. Tugasnya bu Emma ituloh … yang tugasnya ada rumus gaya gesek.”
“Ouh, belum hehe. You udah Je?” Tanya Adit.
“Belum juga … Ken, aku boleh gak nyontek punyamu?” Jean memohon.
“Yaelah nyontek lagi, nyontek lagi. Kapan bisanya coba kalau nyontek terus. Yaudah ambil aja deh di tas.”
“Eh kata siapa aku gabisa, kalian lupa kalau aku dan Adit ini peringkat 4 dan 5 di bawah kalian?”
“Udah, kerjain cepet!”

Dissimula: Kakakku Seorang Mata-MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang