Bab 2: Hari yang Janggal Part 3

0 0 0
                                    

Siapa yang menyangka bahwa kebaikan Deandra telah menuntunnya ke dalam misteri pembunuhan. Duduk di kursi belakang mobil kepolisian, mendengarkan sirine yang berulang-ulang. Mengingat dan membayangkan apa yang kakek itu rasakan, meninggalkan pertanyaan dan menghilang tanpa jejak Kata sama sekali tak terucap, rasa penasaran memenuhi pikiran.

“Hey nak. Siapa namamu?” Tanya petugas polisi yang sedang menyetir.
“Namaku …Deandra.”
“jangan gugup. Selama kamu tidak bersalah jangan gugup. Deandra, mohon kerja samanya ya. Kamu adalah saksi kunci dari kasus ini. Kakek yang kau temui sama sekali tidak menemui siapapun sebelum dia meninggal kecuali kau. Oh ya, panggil saya kak Bima aja ya. Gak usah panggil saya pakai sebutan pak, saya masih muda soalnya.”
“B-baik kak Bima.”
“Oh ya, sekalian juga ya. Orang yang di sebelahku ini namanya kak Jeri. Dia detektif swasta yang kami sewa.”
“Lagian kepolisian daerah kok bisa ga punya detektif segala. Ketahuan banget kalau ada korupsi.”
“Waduh, kalau ngomong hati hati ya,” ujar Bima dengan senyum sarkasnya.

Jeri menghiraukan ucapan Bima dan melanjutkan untuk melihat keluar jendela mobil. Banyak yang dipikirannnya saat ini. Pertama adalah bagaimana bisa kepolisian daerah tidak memiliki detektif yang bertugas. Kedua adalah bagaimana caranya si pembunuh bisa membuat tempat kejadian yang terlihat rapi dan terkesan tanpa meninggalkan bukti penting seperti sidik jari dan bekas senjata. Satu satunya bukti yang mengarah ke pembunuhan hanyalah tubuh korban yang tertusuk dari belakang.

“Hey, kak Jeri. Sudah berapa lama kau menjadi detektif?”
“Saya sudah ada di bidang kriminologi sejak saya berumur 22 tahun. Sekarang saya berusia 27 tahun. 5 tahun.”
“Baiklah.”
“Jangan ganggu dia dengan pertanyaan. Kalau kau tertarik dengan kami, kau bisa tanyakan saat kasus sudah selesai,’ potong Bima, “hey lihat. Kita sudah sampai!”

Mobil polisi mengelilingi rumah itu. Rumah dengan gaya bangunan Belanda dengan warna dinding yang dominan gelap. Tua, kuno, dan rapuh adalah kesan yang dirasakan saat ada di depan halaman. Terdiri dari dua lantai, kurang bisa dipercaya bahwa rumah berukuran sedang ini hanya ditinggali oleh seorang kakek berumur 43 tahun.
Ketiga orang yang baru datang itu memasuki TKP utama. Pembunuhan terjadi hari ini pada pukul 9 pagi. Tubuhnya ditemukan terbaring di depan meja kerjanya. Di samping kepalanya, adalah buku. Buku yang sama dengan yang ia titipkan kepadaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dissimula: Kakakku Seorang Mata-MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang