Meski dengan kemalasan dan ketidak seriusan mereka, mereka tetap ku anggap sebagai orang jenius yang tentu sangat pintar didalam mata pelajarannya masing masing entah itu mata pelajaran saintek atau soshum. Ditengah-tengah percakapan, bu Emma datang ke kelas dan tentu saja Adit dan Jean mulai kebingungan dan panik. Bu Emma yang mengetahui hal itu pun marah dan menghukum mereka untuk berdiri di luar kelas.
Pelajaran bu Emma berdurasi sepanjang 80 menit, dari jam pelajaran ke 8 hingga pulang. Namun entah kenapa bel penanda pergantian jam pelajaran berbunyi 20 menit lebih awal. Tapi aku memutuskan untuk diam mengasumsi bahwa itu hanyalah kesalahan saja. Namun asumsiku salah dan bel pulang telah berbunyi 40 menit lebih awal, lebih tepatnya pada pukul 14:20. Beberapa saat setelah bel itu berbunyi, pengumuman diumumkan di speaker kelas. Wakil kepala sekolah, pak Hans memberitahukan bahwa kegiatan belajar mengajar selesai lebih awal dikarenakan adanya rapat evaluasi performa sekolah. Karena alasan itulah anak-anak dipersilahkan pulang ke rumah atau asramanya masing-masing.
Karena aku tidak memiliki tanggung jawab dan teman-temanku tidak ada yang mengajakku bermain, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Didalam perjalanan pulangku aku mengingat buku biru misteri itu dan berniat untuk mengembalikan buku yang sepertinya berupa jurnal penyelidikan itu kembali ke kakek tua itu lagi. Jadi, aku kembali ke tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan dirinya. Namun kejadian aneh kembali terjadi, aku tidak menemukan kakek itu, melainkan aku menemukan anggota polisi yang tepat berada di tempat aku bertemu dengannya.
“Permisi, apa yang bapak lakukan disini? Apakah bapak ada tugas?” Tanyaku kepada salah satu petugas polisi.
“Hai anak muda, benar. Kami sedang ada tugas. Kami disini sedang menyelidiki kasus-”
“Hey! Jangan sebarkan detail kasus kepada warga sipil,” potong seseorang yang kelihatannya adalah seorang detektif. “Hey nak, kami disini sedang mencari orang hilang. Itu saja.”
“Bolehkah aku melihat foto orang hilang itu pak? Aku biasanya lewat sini saat pergi dan pulang sekolah. Mungkin aku bisa membantu kalian.”
Kedua petugas penjaga keamanan dan keadilan itu menatap satu sama lain, kemungkinan menanyai satu sama lain apakah mereka bisa mempercayai diriku. Lalu si detektif itu mengambil foto dari sakunya dan menunjukkanku sebuah foto. Tak kusangka, itu adalah foto dari kakek-kakek yang memberiku buku biru misterius itu.
“Hey! Aku kenal orang itu. Dia meminta tolong kepadaku untuk membawakan sebuah buku kepada cucunya yang bersekolah sama denganku. Namun … ada yang aneh. Cucu yang si kakek maksud tidak ada di data SMA IT Ganesha, dan dia sepertinya pikun gitu.”
Kedua petugas itu kembali menatap satu sama lain, “hey anak muda. Apakah kau punya waktu?”
“Ya aku punya.”
“Baiklah, ayo ikut kami ke TKP.”
“TKP? Maksud bapak?”
“Benar, kakek yang kamu temui ditemukan tewas didalam kamarnya.”
“APA? BAGAIMANA BISA?”
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan, kau anak Ganesha bukan? Cobalah cerna apa yang telah terjadi,” ucap si penyidik sambil mendekati mobil polisi.
“B-baiklah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissimula: Kakakku Seorang Mata-Mata
Tajemnica / ThrillerUpdate setiap hari Sabtu!!! "Professor Dean" adalah julukan yang sering dilontarkan teman teman Deandra setiap saat mereka bertemu. Tidak salah mengingat bahwa Dean adalah murid paling pintar didalam sejarah SMA IT Ganesha. Hal ini dibuktikan dengan...