"Hisk.. Hisk..""Kenapa kakak menangis?"
Anak kecil pemilik rambut kuning itu terkejut, segera menoleh kesamping dimana ada seorang anak yang bisa terbilang lebih kecil darinya sedang menatapnya penuh bingung.
Anak yang tidak dikenalnya itu tiba-tiba muncul dari semak-semak yang lebat. Mata bulatnya yang hitam memancarkan tanda tanya, dan anak itu mendekatinya hingga sampai duduk disampingnya.
"Nama aku Rui, kalo kakak siapa?"
Anak yang memperkenalkan dirinya sebagai Rui itu perlahan menghitung jarinya. Dari satu sampai lima, lalu menatap orang yang disebutnya 'kakak' tadi dengan senyuman lebar.
"Umurku 5 tahun" ucapnya sambil menunjukkan kelima jari mungil itu.
Senyuman anak yang menangis itu terlukis indah. Membuat Rui kecil kagum dengan senyuman itu, ditambah mata sang 'kakak' yang tidak dikenalnya itu begitu indah seperti permata lautan.
"Aku Shu, salam kenal" ucap sang kakak yang akhirnya Rui tau namanya.
Rui menunjuk mata Shu dengan antusias, mata boba hitamnya berkilau penuh kagum.
"Mata kakak cantik! terang seperti laut!" seru Rui kecil semangat.
Shu tersenyum lagi, lagi-lagi anak didepannya berhasil membuat kesedihanannya hilang hanya karna tingkah sederhananya.
"Terimakasih.. Ru..i?"
Rui mengangguk penuh semangat lagi.
"Ya aku Rui. Tadi kenapa kakak menangis?"
Shu kecil sedikit terkejut, tak menyangka akan ditanyai begitu oleh anak yang lebih kecil darinya.
"Umm.. anjing peliharaanku dibuang, ibunda tidak mengijinkanku memeliharanya. Padahal anjing itu dari Edgar, dia teman pertamaku yang sangat baik. Tapi aku tidak bisa menjaga apa yang temanku berikan, jadi aku sedih dan..." Shu kecil menghentikan ceritanya.
Wajahnya kembali murung, "... dan bagaimana aku harus menjelaskannya pada Edgar nanti.." lanjutnya dengan manik kembali berkaca.
Rui kecil yang melihat itu melengkungkan bibirnya kebawah. Ikut bersedih atas apa yang menimpa kakak Shu nya, dan saat melihat mata Shu yang berkaca kaca. Rui malah sudah membuat aliran air di pipi gembulnya.
"Hisk.. ka-kakak janghan nangia...hisk.."
Shu yang melihat Rui menangis lantas panik, memeluk Rui dan mengusap kepala kecilnya. Mencoba menenangkan anak manis itu dengan kata-kata penenang.
"Hisk-hueee...khwkak Shu..j-jangan..huee..nanghiss..."
"Shh..tidak kok Rui, kakak tidak nangis" Shu menepuk nepuk kepala Rui, serta menghapus air mata yang membanjiri pipi gembulnya.
"Tap..tapi..hisk..mata kakak tadi.."
Cup~
Rui kecil menatap kaget pada Shu yang tersenyum lebar, barusan pipinya dikecup oleh kakak Shu nya.
"Tidak Rui.., aku baik-baik saja. Jika Rui menangis lagi, nanti kakak akan mengecup pipi gembulmu terus menerus. kau mau begitu hm?"
Rui menggelengkan kepalanya, dan menutupi pipinya. Di gereja dia sudah sering dicubiti pipinya karna orang-orang terlalu gemas padanya.
Sekarang dia malah mau dikecupi terus? kasihan nasib pipinya itu nanti.
Shu terkekeh pelan melihat tingkah menolak Rui yang malu-malu, lalu mengusap rambut si kecil itu gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyasar (Diabolik x Oc male)
VampireSial sekali nasibku, padahal aku hanya mencari action figure yang dinginkan adikku. Karena sebuah kecelakaan itu, jiwaku jadi NYASAR DI DUNIA LAIN?!!!! Selain itu, rupaku juga berbeda. Aku harus menjalani kehidupan yang baru dengan tubuh orang lain...