satu

1.6K 164 13
                                    

"Minggir, gue mau masuk."

"Gak bisa, kakak harus masuk ke dalam
barisan yang atributnya gak lengkap."

"Kenapa?"

"Kenapa kakak tanya? Atribut kakak gak lengkap, gak pakai dasi dan gesper udah tau mau upacara. Jadi, kakak harus ikut barisan yang gak lengkap."

"Gue ini kakak kelas lo, harusnya-"

"Gak peduli, aturan tetaplah aturan.
Ayo, ikut baris di lapangan sekarang."

Seorang laki-laki menatap penuh seorang gadis di hadapannya ini, anak osis yang sepertinya adalah anak baru. Entah anak baru atau ia yang terlalu cuek dengan lingkungan sekitarnya?

"Kenapa liat-liat?" Tanya gadis itu. Menyadari tatapan intimidasi dari
kakak kelas, yang ada di hadapannya.

Tanpa bicara sepatah kata pun, laki laki itu memilih untuk melenggang pergi meninggalkan anak osis yang tadi sempat menegurnya. Ia harus segera masuk ke dalam, karena ia membawa sebuah benda yang nantinya akan di serahkan kepada pihak sekolah. Karena dirinya berhasil memenangkan sebuah perlombaan.

"Ih nyebelin banget, awas ya sampai gue tau kalau dia gak baris di barisan yang atributnya gak lengkap." Dengus gadis itu melihat kepergian kakak kelasnya itu.

Sampai akhirnya sebuah tepukan di bahu berhasil menyadarkannya kembali.

"Kenapa na?"

"Itu tadi ada kakak kelas yang atributnya gak lengkap, terus pas aku tahan dia malah diem dan lewat begitu aja."

Nachia Annora
Adalah gadis yang baru saja dibuat kesal dengan laki-laki yang sepertinya satu tahun diatasnya. Nachia menjabat menjadi sekertaris osis dan memang tugasnya untuk mencatat nama nama murid SMA48 yang datang terlambat dan tidak memakai atribut lengkap.

"Terus udah kamu catet?"

"Oh iya! Tuhkan, lupa nyatet namanya lagi. Habisnya dia nyebelin banget rin." Kesal Nachia, seketika tersadar bahwa ia lupa mencatat nama laki-laki tadi.

"Yaampun, kok bisa lupa sih Na."
Tanya Erine, teman dekat Nachia.

"Lupa, tapi tadi udah aku minta dia untuk baris di barisan anak yang atributnya gak lengkap. Tapi aku gak yakin kakak kelas itu beneran baris disana, soalnya tadi dia protes gitu." Ucap Nachia, ia sebagai sekertaris osis merasa kecolongan karena tidak bisa mencatat nama murid

"Oh kakak kelas? Ciri-cirinya gimana? Kamu masih inget? Tenang Na." Ucap Erine menenangkan Nachia yang panik. Ia tahu Nachia selalu bekerja dengan serius dan jika melakukan kesalahan sedikit pun, pasti anak itu akan merasa gelisah.

"Tadi sih dia bawa-bawa piala gitu."
Balas Nachia, ia ingat laki-laki itu.

"Piala?" Tanya Erine, memastikan.

"Iyaa, tadi dia bawa pial-"

'Selanjutnya sekolah kita berhasil memenangkan kejuaraan Pencak Silat se-provinsi. Beri tepuk tangan yang meriah kepada saudara :
Naladipta Abian Gautama.

Laki-laki yang disebutkan namanya itu segera maju ke depan, dengan tepuk tangan yang meriah mengiringi langkahnya saat maju ke depan. Merasa senang karena dirinya berhasil menjadi juara Pencak Silat se provinsi.

"Itu, dia! Dia orangnya rin." Ucap Nachia, menunjuk laki-laki yang berada di depan

"Oh, kak Nala?" Balas Erine, ikut menoleh kearah sumber yang Nachia maksud.

"Kamu kenal sama kakak kelas itu?"
Tanya Nachia, menunjuk arah Nala.

"Hust, jangan nunjuk-nunjuk ah. Aku kenal kok, dia temennya kak Olin. Lagipula siapa sih yang gak kenal sama kak Nala? Dia tuh emang sering ikut lomba dan menang terus dan dia juga cucu dari pemilik sekolah ini." Jelas Erine.

"Nala? Baru denger namanya." Ucap Nachia, jujur ia baru melihat dan baru tahu tentang Nala kakak kelasnya itu.

"Makanya Na, kamu itu jangan sibuk belajar terus, sibuk organisasi terus, jadi gak tau deh berita terkini." Ucap Erine, karena temannya itu memang terlampau sibuk dengan kegiatannya.

"Tapi sebenernya wajar aja sih, kamu gak pernah liat dia. Soalnya dia baru balik dari lomba, aku diceritain sama kak Olin kalau kak Nala tuh nginep gitu diasrama."

"Berita terkini apanya? Gak penting. Lagipula kalau dia beneran cucu dari yang punya sekolah, harusnya dia bisa dong ngasih contoh yang baik ke anak anak lain. Bukannya dateng terlambat dan seragam gak lengkap." Sewot Nachia, masih kesal dengan kakak kelas itu.

"Hahaha, masih kesel ya? Tapi ya biarpun dia cucu dari kepala sekolah tapi dia gak pernah gunain itu untuk macem-macem tau Na. Kak Nala tuh orangnya rapih, disiplin dan bener bener menghargai waktu banget. Tapi kok tumben dia bisa telat ya hari ini?" Ucap Erine, ini adalah kali pertama ia melihat seorang Naladipta datang terlambat dan melanggar aturan.

Nachia tidak lagi mendengarkan ucapan Erine, ia masih terus menatap kakak kelasnya yang bernama Naladipta Abian Gautama. Tidak akan ia biarkan siapapun bisa lolos dari sebuah hukuman, baginya tidak penting sebuah kedudukan jika sudah berurusan dengan yang namanya aturan. Maka aturan wajib diterapkan.

"Awas lo kak." Batin Nachia.

Disisi lain
Naladipta, Laki-laki itu tengah menerima sebuah penghargaan untuk dirinya setelah menjadi juara dari lomba Pencak Silat. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di benaknya saat matanya tidak sengaja melihat kearah gadis yang tadi pagi memarahinya. Ia bisa melihat gadis itu menatapnya dengan tatapan tidak biasa, sepertinya dia adalah anak osis yang masih tidak terima dengan kejadian tadi.

"Siapa sih cewek itu?"



*

*

*

TBC

Hai semuanya!
Akhirnya bisa buat cerita lagi hehe.
Kali ini tentang Na2 (Nachia Nala)
Semoga kalian suka dengan cerita dan tokoh baru ku. Selamat membaca!

Jangan lupa vote, terima kasih🙏🏼
Sehat dan Bahagia selalu semuanya! 🌻








Pilihanku [Na2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang