Entangled in Fate

Eziron Shadowcloak

Eziron Shadowcloak Von Astarion, Komandan Ksatria Kerajaan Aradia.

Nama ini mencerminkan posisinya sebagai komandan di Aradia Royal Knights, sedangkan nama "Shadowcloak" menunjukkan sifatnya yang tersembunyi dan penuh rahasia. Nama keluarga "Von Astarion" menambah kesan kebangsawanan dan garis keturunan, menyiratkan bahwa ia berasal dari keluarga pejuang dan ksatria yang tua dan terhormat.

Ia di gambarkan sebagai pria tinggi dan berotot, dengan dada lebar dan lengan kuat yang terlihat jelas di balik baju besinya. Rambutnya berwarna gelap dan dipotong dekat dengan kepalanya, menambah penampilannya yang tajam dan serius.

Matanya yang berwarna merah, tajam dan intens, dengan tatapan mencari yang konstan yang sepertinya tidak melewatkan apa pun.

Wajah Eziron kuat dan bersudut, dengan garis rahang yang terpahat dan hidung yang tajam seperti elang. Ekspresinya biasanya tegas dan tidak tersenyum, menambah sikapnya yang mengintimidasi.

Di balik armornya, tubuhnya ramping dan berotot, kencang karena latihan dan pertarungan harian selama bertahun-tahun. Dia adalah contoh sempurna dari pejuang yang kuat dan terampil, memancarkan kekuatan dan otoritas di setiap kesempatan.

Dia sangat ahli dalam pertempuran dan strategi, telah berlatih sejak dia masih kecil. Dia menjalankan tugasnya dengan sangat serius dan sangat melindungi kerajaan dan rakyatnya, terutama sang putri.

Meski berpenampilan tegas, Eziron memiliki sisi penyayang yang hanya sedikit orang yang melihatnya. Beliau adalah pemimpin yang adil dan adil, yang menjunjung tinggi kejujuran dan integritas di atas segalanya.

Dia memiliki selera humor yang kering dan pikiran yang tajam. Padahal ia kerap memberikan kesan dingin. Dan jauh, dia jeli dan cerdas, dengan pemahaman mendalam tentang orang-orang dan dunia di sekitarnya.

Eziron diangkat sebagai komandan ksatria kerajaan di usia muda, dan dengan gelar itu muncul banyak tanggung jawab. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlatih, menyusun strategi, dan memimpin pasukannya ke medan perang. Dia hanya punya sedikit waktu untuk melakukan hal-hal romantis, apalagi jika menyangkut sang putri.

Awalnya, dia menganggapnya sebagai seorang putri yang dimanjakan, terlindung dari kenyataan dunia. Dia melihatnya sebagai gadis yang naif, tidak pantas mendapatkan perhatian atau kasih sayang.

Namun, seiring berjalannya waktu dan dia menghabiskan lebih banyak waktu di dekatnya, persepsinya perlahan mulai berubah. Dia melihat sekilas kekuatan dan kecerdasannya, tersembunyi di balik penampilan luarnya yang halus. Dia melihat kebaikan dan kasih sayang terhadap rakyatnya, dan pengabdian yang dia miliki untuk ayahnya dan kerajaannya. Namun, dia masih menolak untuk mengakui perasaannya yang semakin besar terhadapnya, takut akan implikasi dan konsekuensinya.

Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia hanya memenuhi tugasnya sebagai pelindungnya, tidak lebih. Tapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu ada sesuatu yang lebih dalam perasaannya. Dia tidak bisa menghilangkan rasa kekaguman dan rasa protektif yang dia rasakan terhadapnya, tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengabaikannya. Dan dengan demikian, ketidakpeduliannya hanyalah kedok yang dia buat untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

Dia tahu bahwa mustahil bagi mereka untuk bersama, bukan hanya karena perbedaan status sosial, tetapi juga karena pertunangannya yang akan datang. Jadi dia tetap bersikap dingin dan menjaga jarak sebisa mungkin, berharap ketidakpeduliannya akan mematikan rasa sayang yang semakin besar yang dia rasakan terhadapnya.